Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Virtual Class di GEN RI 4.0

17 Maret 2018   09:48 Diperbarui: 22 Maret 2018   15:21 960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Virtual Class (Sumber :www.iba.ac.id)

Pemerintah fasilitator dan regulator

Bagi perguruan tinggi swasta, regulasi yang mengatasnamakan penjaminan mutu adalah hal yanh selalu dikejar. Dengan otonomi sebenarnya (baca: (dibiayai sendiri) memastikan diri untuk melampaui standar.  Padahal katanya filosofi standar penjaminana mutu pendidikan yang jumlahnya 24 itu untuk menjadi acuan, bukan memojokkan. Kenyataannya, disitu yang memicu munculnya pertanyaan dimana kehadiran negara sebagai fasilitator.

Padahal sejak 1 dekade lalu, Tidak sedikit perguruan tinggi swasta yang tentunya tidak sedikit mengeluarkan dana investasi untuk pembangunan sistem yang tidak murah di masa itu, tetapi sulit penerapannya secara optimal. Berbatas pada izin yang berdampak pada legalitas ijazah lulusannya.

Sistem yang dibangun pun hanya menjadi cara pembelajaran "optional" yang secara tidak langsung sistem ini menjadi "aus" dan lebih memilih sistem lama yang cenderung menyuapi mahasiswa.

Pemanfaaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung pembelajaran

Ada banyak contoh PJJ yang juga diminati oleh banyak orang di belahan dunia. Seperti Coursera yang setidaknya diikuti oleh 8 juta peserta. Terlaksana dengan sistem yang mumpuni, yang mengajar Yale, harvard, MIT, bahkan MK yang diambil melalui coursera dapat di redeem dengan menunjukkan sertifikat.Ini adalah reward. Meski ada aturannya

Di cambridge ada future learn dengan konsorsium. Di Harvard dab  Barkeley ada edX Courses

Implementasi pembelajaran terbuka, bahkan ilmu dari professor terlemuka ini dapat kita akses secara gratis. Konsepnya adalah berbagi.

Dengan keterbatasan dan pembatasan tersebut, dimana posisi kita, yang terpenting di mulai dulu. Setidaknya memahami dulu kurikulum Gen.RI 4.0 dan berdoa negara jika belum mampu menjadi fasilitator yang baik cukuplah dengan tidak membatasi hak anak bangsa untuk menjadi cerdas hanya alasan ketakutan akan aksi tipu-tipu di di dunia pendidikan tinggi.
Jika pemerintahnya sendiri tidak mempercayai akademisinya. Bolehkah rakyat tidak mempercayai pemerintahnya?.

Persoalannya, Indonesia menjadi target pasar negara maju efek pasar di tempat mereka sudah jenuh, karna itu Indonesia menjadi pasar baru. Apakah kita hanya akan terus menjadi buruh 3D dirty, difficult dan dangerous di era digital di negeri kita sendiri.

Selamat Pagi Indonesia
Teknologi untuk memudahkan, selalu bahagia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun