Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru - Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dari Blora ke Hati: Surat Cinta untuk Pramoedya

2 Februari 2025   14:24 Diperbarui: 2 Februari 2025   14:45 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Mengenang seabad Pramoedya Ananta Toer (Sumber: Freepik)

Gmbar: Quote Pramoedya Ananta Toer (Sumber: Freepik)
Gmbar: Quote Pramoedya Ananta Toer (Sumber: Freepik)

Dalam Sunat, aku belajar tentang harapan yang sering kali terperangkap dalam realitas yang keras dan tak terduga. Seperti anak dalam cerita itu, kita sering kali berharap untuk diterima oleh dunia, namun kenyataannya justru mempertemukan kita dengan kekecewaan. Kau mengajarkan aku untuk melihat harapan bukan sebagai sesuatu yang hanya ada di masa depan, tetapi juga sebagai kekuatan yang harus kita jaga meski kenyataan tidak selalu memberikan ruang bagi impian kita.

Setiap kalimat dalam Kemudian Lahirlah Dia mengingatkan aku pada kekuatan perubahan yang bisa menghancurkan segalanya—bahkan hubungan yang paling dekat. Ketegangan sosial, perbedaan pandangan, bisa begitu cepat merusak dinamika yang telah kita bangun dalam hidup. Cerita itu adalah pengingat bagiku, Pramoedya, bahwa dalam hidup kita harus menjaga keharmonisan, belajar untuk menerima perbedaan, dan tak mudah terpecah belah oleh angin ketegangan yang datang tanpa diduga.

Namun, ada satu cerpen yang sangat menggugah jiwaku: Pelarian yang Tak Dicari. Dalam cerpen ini, aku melihat seorang wanita yang terjebak dalam pilihan-pilihan hidup yang tak mudah. Aku merasa bahwa begitu sering dalam hidup, kita dikelilingi oleh jalan-jalan yang tampaknya menawarkan kebebasan, namun sesungguhnya menyembunyikan beban yang lebih berat di ujungnya. Kau mengajarkan aku, dengan penuh kebijaksanaan, bahwa setiap langkah harus diambil dengan hati-hati, karena kita tak tahu kemana jalan itu akan membawa.

Gambar: Pramoedya Ananta Toer dengan penuh kecintaan menuliskan karya-karyanya (Sumber: Freepik)
Gambar: Pramoedya Ananta Toer dengan penuh kecintaan menuliskan karya-karyanya (Sumber: Freepik)

Dari Hidup yang Tak Diharapkan, aku belajar tentang ambisi yang sering kali membutakan kita dari apa yang sesungguhnya penting. Terkadang, kita terlalu terfokus pada tujuan besar yang ingin dicapai, namun lupa pada hal-hal yang seharusnya kita pelihara—keluarga, kedamaian batin, dan kehormatan. Cerpen itu mengingatkanku untuk terus menjaga keseimbangan, bahwa dalam mengejar cita-cita, kita tak boleh kehilangan diri kita sendiri dalam prosesnya.

Hadiah Kawin membawa aku pada kesadaran tentang betapa cepatnya takdir bisa berubah. Suatu waktu, kita merasa segalanya berjalan baik, namun sekejap mata, perbedaan prinsip bisa mengguncang hubungan yang kita anggap tak tergoyahkan. Kau mengajarkan aku, Pramoedya, bahwa hidup ini penuh dengan ketidakpastian, dan kadang yang kita anggap pasti, bisa berubah begitu saja hanya karena pilihan yang kita buat.

Dan dalam Anak Haram, aku merasa begitu terluka untuk setiap ketidakadilan yang dialami oleh Ahyat. Kau membuka mataku pada kenyataan betapa kita sering kali menilai seseorang berdasarkan latar belakang mereka, tanpa memberi kesempatan untuk mereka menunjukkan siapa diri mereka sebenarnya. Kau mengajarkan aku untuk tidak cepat menghakimi, dan untuk selalu memberi ruang bagi mereka yang terpinggirkan untuk menemukan cahaya dalam kegelapan yang mereka hadapi.

Pramoedya yang kurindukan,

Gambar: Quote Pramoedya Ananta Toer (Sumber: Freepik)
Gambar: Quote Pramoedya Ananta Toer (Sumber: Freepik)

Meskipun engkau telah pergi, setiap kata-katamu tetap hidup dalam setiap detak jantungku. Karya-karyamu bukan hanya sekadar cerita masa lalu, tetapi adalah hidup yang terus mengalir, mengajarkan kami untuk tidak pernah berhenti berjuang, untuk tidak takut melawan ketidakadilan, dan untuk terus mempertahankan kemanusiaan kita, meski dunia tidak selalu berpihak. Engkau telah meninggalkan warisan yang tak ternilai harganya, dan melalui setiap tulisannya, aku merasa terus berada dalam perjalanan yang tiada henti—sebuah perjalanan yang tidak hanya mengajakku untuk mengenang, tetapi juga untuk melanjutkan perjuanganmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun