Mohon tunggu...
Karmel Simatupang
Karmel Simatupang Mohon Tunggu... Ilmuwan - The Batakland

Pecinta Keutuhan Ciptaan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menimbang Inisiatif Geopark Kaldera Toba

11 Januari 2016   17:47 Diperbarui: 11 Januari 2016   18:15 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia kemudian memelihara lingkungan dengan tradisi dan adat, antara lain berpantang menebang kayu sembarangan dan mengotori danau. Sebab kayu dan Air Toba bernilai sakral. Meludah saja pun ke danau adalah ‘dosa besar’ apalagi membuang sampah sembarangan. Menebang satu pohon, menanam tiga bibit pohon sebagai pengganti. Tanah yang subur memberi beras, buah dan sayur yang cukup bagi keluarga petani. Urusan lauk, tersedia ikan-ikan di danau yang segar bugar.      

Sekian waktu berlalu, ‘orang luar’ mulai menyisir dan mengusik kecantikan Danau Toba dan harmoni di dalamnya. Mereka, berhasil ‘memainkan gendang’ yang membuat warga lokal menari-nari, hampir lupa, meski halamannya dicemari, kayu-kayunya ditumbang, kecantikannya kian kendur. Kendati gerakan penolakan kian terus disuarakan, pemerintah seperti tidak punya kekuatan dan lepas kendali menghentikan status quo ini. Diperlukan langkah luar biasa bagaimana kemudian mengembalikan keutuhan ciptaan.

Kembali ke Geopark. Dalam teori lokalisasi, menyatunya norma internasional dan lokal dibutuhkan keterlibatan tokoh lokal sekaligus memiliki bargain nasional. Tokoh yang dimaksud harus benar-benar dipercaya  ‘steril,’ tidak punya andil dalam melegitimasi keberadaan perusahaan multinasional yang mereduksi lingkungan Danau Toba selama ini. Jika tidak, justru penolakan yang akan terjadi, menjadikan inisiatif Geopark seolah ditunggangi untuk tujuan politis atau proyek semata.

Mendefenisikan ulang geopark dalam terminologi lokal sebagai siasat menyelamatkan Danau Toba. Pengembangan ilmu pengetahuan dan riset berkelanjutan. Mengaplikasikan teknologi mutakhir, seperti ‘drone’ untuk perlindungan Kawasan Danau Toba secara berkala dari tindakan illegal. Riset berkelanjutan, mengenai vulkanologi, tsunami danau, hubungan keanekaragaman geologi dan biologi dan budaya. Menstrerilkan kembali Air Toba melalui teknologi canggih.

Adapun aktivitas geowisata sebagai bagian terpenting dari pengembangan wisata berkelanjutan dalam lokasi Geopark, harus dieksekusi cepat Pemerintah daerah ke-7 kabupaten. Dalam hal ini infrastruktur begitu penting. Jalan tol Medan-Kualanamu-Pematang Siantar hingga Parapat. Koneksi bandara internasional Kualanamu dengan Bandara Silangit (internasional) lebih intens sebagai pintu gerbang GKT.

Jadi intinya, Geopark adalah komitmen manajemen kawasan, melalui branding baru situs dunia. Manajemen berarti pertama-tama perencanaan, pengembangan kawasan secara berkelanjutan. Perlu ditegaskan, evaluasi akan dilakukan UNESCO pada setiap anggota Geopark Global sekali 4 tahun. Misi re-validasi dilakukan untuk memeriksa kegiatannya sebagai Geopark. Jika tidak sesuai dengan pengelolaan berprinsip lingkungan berkelanjutan keanggotaan dicabut.

Akhirnya, status Danau Toba sebagai Geopark Nasional dan mengejar status Jaringan Geopark Global dibawah payung UNESCO, tidak otomotis dapat menyelamatkan Danau Toba dari kerusakan lingkungan. Akan tetapi, status ini menjadi dasar komitmen menyelamatkan situs dunia GKT secara komprehensif, utamanya bagi pemerintah pusat dan daerah dalam mengambil kebijakan pro-lingkungan dan pro-kesejahteraan lokal dan mendukung agenda 21. ***  

Penulis, anggota Pendiri Perhimpunan Jendela Toba. Saat ini Mahasiswa S2, Hubungan Internasional, Tunghai University, Taiwan.
Sumber, Analisadaily.com, Sabtu, 11 Juli 2015 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun