Mohon tunggu...
Karmel Simatupang
Karmel Simatupang Mohon Tunggu... Ilmuwan - The Batakland

Pecinta Keutuhan Ciptaan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menimbang Inisiatif Geopark Kaldera Toba

11 Januari 2016   17:47 Diperbarui: 11 Januari 2016   18:15 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Karmel Simatupang

“A GEOPARK is a nationally protected area containing a number of geological heritage sites of particular importance, rarity or aesthetic appeal. These earth heritage sites are part of an integrated concept of protection, education and sustainable development,” UNESCO (2006).

Inisiatif Geopark/Taman bumi Kaldera Toba (GKT) dimulai sejak awal tahun 2011 oleh Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan karena memiliki kaitan erat dengan sejarah pembentukan bumi ini. Ekspedisi Cincin Api Kompas September 2011, semakin mengungkap bahwa Gunung Toba yang memunculkan Kaldera Danau Toba pernah mengubah dunia.

Disambut oleh Pemerintah lokal dan provinsi serta sekelompok masyarakat sipil, inisiatif GKT pun dikukuhkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Geopark Nasional, (27/3/2014). Lalu, di daftarkan kepada Badan Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO) PBB, akhir Oktober 2014.

Asesor dari UNESCO dijadwalkan melakukan penilaian lapangan terhadap dokumen usulan (dossier) GKT tersebut, 8-14 Juli 2015. Harap-harap cemas, tetapi yakin, dibalik kerusakan ekologi Danau Toba tersimpan potensi menakjubkan. Air tawar menyerupai lautan dihiasi dinding-dingding kaldera ciptaan alam 74.000 tahun lampau. Batu-batu Toba yang menempel di setiap sudut kecantikannya siap diajak bercerita.   

Kuatir, sebab luar-dalam fisik Danau Toba selama ini cenderung terabaikan. Meski berkali-kali diulas berbagai media dan para pencinta Danau Toba atas kerusakan dan minimnya infrastruktur kawasan ini, pemerintah belum mengambil kebijakan tegas. Dengan kata lain, pemerintah bersikap setengah hati. Padahal Danau Toba telah ditetapkan Kawasan Strategis Nasional, artinya objek vital Negara ini harus mendapat perhatian prioritas.

Warga lokal pun hanya menjadi pelengkap penderita atas investasi multinasional selama ini, jelas tidak menguntungkan Negara dalam jangka panjang. Salah satu poin, mudah menilai, kerusakan ekologi suatu kawasan di seluruh tanah air termasuk Danau Toba sekitarnya adalah konsekuensi kebijakan pemerintah bersifat eksploitatif, minus perlindungan. Alhasil, hari-hari berlalu dipastikan menuai kekecewaan, berikut ancaman bencana.

Sejarah Danau Toba sebagai satu-satunya supervolcano dunia, mengubah iklim global, menyimpan misteri masa dulu hingga kini, danau volcano terbesar dunia dan penyimpan cadangan air tawar terbesar dunia, eksistensi sosiokultural  dan aneka flora-fauna di dalamnya, itulah alasan Danau Toba dipromosikan pemerintah sebagai Geopark Nasional dan didaftarkan ke Jaringan Geopark Global, UNESCO.

Lokalisasi Geopark

Geopark dalam artian lokal, tentulah membingungkan. Bukan hanya karena istilah geopark itu sendiri, tetapi juga defenisinya rumit dalam artian teknis. UNESCO, misalnya, menekankan pendekatan mesti berbasis bottom-up, dan mensejahterahkan masyarakat lokal dalam kawasan Geopark. Di sisi lain, kondisi masyarakat lokal saat ini, menurut diskusi dengan warga, tidak terlalu ambil perhatian pada isu ini, sebab pemerintah sering buat program ke Danau Toba, akan tetapi kandas sebatas wacana. Artinya, atensi masyarakat sesungguhnya otomatis mengikut tatkala inisiatif Geopark benar-benar mensejahterahkan  warga dalam kenyataan.

Secara esensi, istilah Geopark perlu diterjemahkan dalam norma dan kepercayaan lokal. Seperti apa kondisi masyarakat sebelum dan kondisi modern kekinian. Konon, kehidupan nenek moyang orang Batak yang mendiami Kawasan Danau Toba, berinteraksi serasi dan harmoni. Alam menyediakan semua kebutuhan manusia secara gratis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun