Komentar toxic tidak saja pada artikel yang toxic, untuk artikel yang tidak sesuai dengan pembaca berdasarkan berbagai alasan pun akan sama menyeramkannya.
Saya tidak tahu kenapa kearifan bangsa ini seperti luntur. Buat saya menulis itu seperti bertutur maka bisa dilihat bagaimana perangai seseorang dari apa yang diungkapkan dalam bentuk tulisan.
Apa karena tidak bertemu langsung secara fisik maka bisa bertutur (tulisan) semaunya ?. Bisa jadi artikel negatif sengaka dibuat semata hanya untuk keuntungan karena banyak yang berminat membaca juga rating tanpa mengindahkan apa yang patut dan baik untuk ditulis.
Buat saya tulisan atau komentar adalah termasuk jejak kehidupan yang ditinggalkan bukan hanya sekedar iseng. Bahkan bisa menjadi tanaman untuk diri sendiri.
Ungkapan yang menyebutkan bahwa kehidupan itu seperti bumerang, apa yang diberikan maka itu yang didapatkan, tepat menjelaskan tentang apa yang ditanam akan kembali ke diri.
Life truly is a boomerang. What you give, you get. (Dale Carnagie)
Menulis artikel yang positif apalagi mengedukasi buat saya akan selalu menjadi satu pilihan terbaik.
Membagikan kearifan hidup, hikmah dari satu masalah -- dibanding malah dirundung -- mengedukasi tentang satu ilmu, memberikan solusi dari satu masalah, menyebarkan kebaikan tentu akan jadi satu jejak kebaikan dalam hidup walau hanya lewat tulisan dan beragam kebaikan pun akan kembali pada diri.
Karena hal positif pun bisa jadi sebuah bumerang untuk diri.
Positivity is like boomerang. The more we put it out there, the more it come back to us. (Jon Gordon)
Tulisan yang positif akan menjadi bumerang bagi yang menuliskannya setidaknya kebaikan dan ilmu akan tersebar, menjadikannya hidup yang manfaat, dan jangka panjangnya amalan baik yang menjadi tiket keberpulangan nanti. Begitupun berlaku kebalikannya.