Mohon tunggu...
KARISMA SYAFITRI
KARISMA SYAFITRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswi yang mempunyai keterampilan belajar dan memiliki minat pada bidang ekonomi, serta pernah aktif terlibat di bidang sastra terutama dalam menulis prosa dan membaca puisi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembangunan Ekonomi di Negara-negara Muslim

1 Juni 2023   04:40 Diperbarui: 1 Juni 2023   04:42 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Perkembangan dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global dan OKI, Oktober 2022)

Pada konteks GDP per kapita, Qatar menduduki peringkat teratas dengan nilai 104,668 (ranking ke-4 di dunia). Nilai PDB Qatar banyak didukung oleh sektor-sektor energi. Yang kedua adalah UAE, negara dengan ranking ke-6 di dunia dan nilai GDP-nya 73,575. Dan ketiga adalah Brunei yang meraih ranking ke-10 dengan nilai GDP 66,795. Jadi secara esensial, GDP per kapita negara-negara OKI relatif sangat bagus (April, 2022). Namun, jika dikaji ke dalam perspektif Islam, agak kurang tepat jika memposisikan GDP per kapita dijadikan sebagai ukuran kesejahteraan.

Dilihat dari sisi expenditure, di negara-negara OIC dominannya jatuh kepada sektor Household Consumption. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi tidak berkualitas jika didorong oleh sektor consumption, baik itu Household Consumption atau Government Consumption. Lalu bagaimana pertumbuhan yang berkualitas? Yaitu pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor ekspor, impor, investasi. Terlihat rata-rata impornya sebesar 29,5 masih sangat besar dari nilai ekspor (28,3), yang berarti mengalami defisit untuk negara-negara OIC.

(GDP by Expenditure (% of total))
(GDP by Expenditure (% of total))

Dari sisi Unemployment Rate, sepuluh negara dengan tingkat pengangguran terendah diraih pertama oleh Qatar (0,3%), kedua oleh Niger (0,8%), dan yang kemudian oleh Kuwait (3,7%). Sedangkan, negara-negara seperti Palestina (24,9%) kemudian Somalia (19,9%) adalah negara-negara tingkat pengangguran yang sangat tinggi (November, 2021). Jadi, dapat ditemukan prototype negara mana di negara-negara Muslim yang memiliki indikator-indikator ekonomi yang cukup baik. Dilihat dari prototype Qatar dari sisi GDP per kapita yang terbesar, dan dari sisi tingkat penganggurannya yang rendah di negara-negara OIC. Ini merupakan sebuah catatan bagi negara-negara OIC.

Dari sisi inflasi, negara-negara OIC jauh lebih tinggi angka inflasinya secara rata-rata dibandingkan dengan negara-negara berkembang atau negara maju atau negara yang ada di dunia. Inflasi yang ada di negara OIC itu menjadi persoalan yang cukup besar. Bisa dilihat bahwa inflasi dengan pengangguran menunjukkan hubungan yang negatif (Ketika inflasinya tinggi, maka pengangguran rendah). Inflasi terbesar dari negara-negara OKI dicapai sebesar 359,1% oleh negara Sudan. Sedangkan untuk Indonesia sendiri masih dapat menekan angka inflasi dan tidak melebihi 5% (April, 2022). Dilihat secara dunia, negara-negara OIC diperkirakan pada tahun 2023 mencetak angka inflasi 5,9% (Maret, 2023).

Dari sisi ekspor-impor berbentuk barang di negara OKI, negara UAE (14,2%) meraih Top Exporter, diikuti negara Malaysia (14,0%), Saudi Arabia (13,1%), dan Indonesia (10,7%). Sedangkan untuk Top Importers diraih pertama oleh UAE (15,7%), lalu Turki (13,6%), Malaysia (12,0%), dan Indonesia (10,0%).

Dari sisi Current Account (Neraca transaksi berjalan: terdiri dari perdagangan barang, jasa, dan lainnya), terlihat di negara Saudi Arabia (54,6) dan UAE (48,0) bahwa posisi neraca current account-nya adalah surplus. Sedangkan negara dengan posisi defisit jatuh pada negara Turki yang sebesar -14,9 (April, 2022).

Dari sisi FDI Inflows, negara-negara OIC jika dibandingkan dengan negara yang ada di dunia dan juga negara sedang berkembang bisa dilihat bahwa posisi negara OIC relatif masih di bawah negara-negara yang ada di dunia. Persentase menunjukkan sebesar 8,3 % untuk di dunia, dan developing countries sebesar 19,2% (2021).

Masuk ke dalam prospek Ekonomi Syariah,

a) Dalam konteks global 2023:

  • Pemulihan ekonomi negara OKI tetap berlanjut meski cenderung melambat.
  • Nilai transaksi sektor terkait ekonomi syariah diperkirakan terus tumbuh seiring permintaan negara-negara OKI yang tetap kuat.
  • Aset keuangan syariah global terus tumbuh dengan perubahan lanskap industri keuangan syariah diperkirakan tetap berlanjut.

b) Dalam konteks kinerja Ekonomi Syariah Global 2022:

  • Pemulihan ekonomi terhambat akibat konflik geopolitik dan disrupsi rantai pasok global yang memicu tekanan inflasi.
  • Pengentasan moneter dan normalisasi fiskal secara global.
  • Transaksi sektor terkait ekonomi syariah tetap tumbuh khususnya di negara-negara OKI.
  • Ketergantungan pada bahan baku dan produk impor di sejumlah negara OKI berlanjut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun