Mohon tunggu...
KARISMA SYAFITRI
KARISMA SYAFITRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswi yang mempunyai keterampilan belajar dan memiliki minat pada bidang ekonomi, serta pernah aktif terlibat di bidang sastra terutama dalam menulis prosa dan membaca puisi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembangunan Ekonomi di Negara-negara Muslim

1 Juni 2023   04:40 Diperbarui: 1 Juni 2023   04:42 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Kelas Praktisi Ekonomi Pembangunan Islam, IEKI-UPI)

Bandung, 17 Mei 2023 -- Secara umum, visi Ekonomi Islam harus diyakini sebagai Rahmatan lil Alamin dan dapat menggapai Human Falah (Kebahagiaan dunia dan akhirat). Mewujudkan visi tersebut dapat diimplementasikan dengan Maqashid Syariah yang terdiri dari Nafs, Din, 'Aql, Nasl, Maal.

Berbicara mengenai ekonomi pembangunan, ada model yang disebut "Dynamic Model (Circle of Equity)" dari Ibnu Khaldun. Di sana ada unsur:

  • Otoritas politik/Political authority (G): Pemerintah tidak dapat berjalan tanpa menggunakan kekuatan kedaulatan nilai syariah.
  • Syariah/Shari'a (S): Pemerintah yang diisi dengan orang yang paham akan ekonomi syariah.
  • Manusia/Man (N): Kedaulatan tidak akan memperoleh kekuatan kecuali didukung insani yang islami.
  • Harta benda/Property or wealth (W): Sumber daya insani tidak bisa dipertahankan terkecuali dengan maal.
  • Keadilan/Justice (j): Harta benda tidak dapat diperoleh kecuali dengan pembangunan.
  • Pembangunan/Development (g): Pembangunan tidak bisa dicapai kecuali sebuah keadilan (adil = tidak dzalim/tidak mendzalimi/Tolak ukur yang dipakai oleh Allah untuk mengevaluasi manusia).

Ibnu Khaldun melambangkan Dynamic Model (Circle of Equity) dengan konsep bintang untuk menggambarkan keterkaitan di antara komponen-komponen yang ada tersebut.

Ada pesan Ibnu Khaldun kepada Raja pada saat itu (Terkait model Ibnu Khaldun di atas),

  • Kekuatan kedaulatan (al-Mulk) tidak dapat dipertahankan kecuali dengan mengimplementasikan syariah".
  • Syariah tidak dapat diimplementasikan kecuali oleh sebuah kedaulatan (al-Mulk).
  • Kedaulatan (al-Mulk) tidak akan memperoleh kekuatan kecuali bila didukung oleh sumber daya insani (ar-rijal).
  • Sumber daya insani (ar-rijal) tidak dapat dipertahankan kecuali dengan harta benda (al-mal).
  • Harta benda (al-mal) tidak dapat diperoleh kecuali dengan pembangunan (al-'imarah).
  • Pembangunan (al-'imarah) tidak dapat dicapai kecuali dengan keadilan (al-'adl).
  • Keadilan (al-'adl) merupakan tolak ukur (al-mizan) yang dipakai Allah untuk mengevaluasi manusia.
  • Kedaulatan (al-mulk) mengandung muatan tanggung jawab untuk menegakkan keadilan.

Berdasarkan pembahasan di atas, dalam kegiatan Kelas Praktisi Ekonomi Pembangunan Islam pada program studi Ilmu Ekonomi dan Keuangan Islam, UPI yang diselenggarakan hari Rabu, 17 Mei 2023, dengan judul "Pembangunan Ekonomi di Negara-negara Muslim" bersama narasumber Prof. Dr. Nurul Huda, SE., MM., M.Si.

Terlihat pada Real GDP growth projections for 2023 and 2024. Pada tahun 2023, negara dengan peringkat teratas diperoleh China (5,3%), India (5%), Indonesia (4,7%). Sedangkan pada tahun 2024, peringkat teratas diperoleh negara India (7,7%), Indonesia (5,1%), China (4,9%). Apakah GDP Growth bisa dijadikan sebagai suatu indikator keberhasilan pembangunan? Tentu dalam konteks konvensional ini merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan. Namun, jika dikritisi dalam pendekatan syariah adalah tidak tepat ketika menggunakan indikator pertumbuhan ekonomi sebagai sebuah indikator keberhasilan pembangunan. Mengapa? Karena pada GDP, GNP yang komponennya tentu dilihat bagaimana peran sektor konsumsi yang begitu tinggi. Hal ini harus dijadikan pertimbangan ketika menyusun indikator keberhasilan pembangunan dalam koridor Ekonomi Islam.

Selanjutnya, jika kita coba bandingkan negara-negara Islam yang tergabung dalam OKI, maka bisa dilihat bahwa dari sisi proyeksi pertumbuhan ekonomi secara rata-rata negara OKI memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi di atas negara-negara dalam konteks global.

(Perkembangan dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global dan OKI, Oktober 2022)
(Perkembangan dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global dan OKI, Oktober 2022)

Pada perkembangan dan proyeksi pertumbuhan ekonomi sejumlah negara anggota OKI diperkirakan tahun 2023 akan tumbuh 4,0%. Sedangkan average di dunia pada saat itu adalah 2,6% ; 2,9%. Maka, negara OKI di atas negara-negara yang ada di dunia ini. Pada share PDB, negara Turki menyumbang share PDB terbesar yaitu 13,8% terhadap PDB dari negara-negara OKI itu sendiri (Oktober, 2022).

Jika dilihat dalam konteks GDP-nya, Indonesia (3,566) dengan pendekatan Purchasing Power Parity menjadi yang terbesar di antara negara-negara OKI. Lalu yang kedua diraih oleh Turki (2,943), dan disusul oleh Arab Saudi (1,751) sampai Iran (1,437) (April, 2022).

Pada konteks GDP per kapita, Qatar menduduki peringkat teratas dengan nilai 104,668 (ranking ke-4 di dunia). Nilai PDB Qatar banyak didukung oleh sektor-sektor energi. Yang kedua adalah UAE, negara dengan ranking ke-6 di dunia dan nilai GDP-nya 73,575. Dan ketiga adalah Brunei yang meraih ranking ke-10 dengan nilai GDP 66,795. Jadi secara esensial, GDP per kapita negara-negara OKI relatif sangat bagus (April, 2022). Namun, jika dikaji ke dalam perspektif Islam, agak kurang tepat jika memposisikan GDP per kapita dijadikan sebagai ukuran kesejahteraan.

Dilihat dari sisi expenditure, di negara-negara OIC dominannya jatuh kepada sektor Household Consumption. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi tidak berkualitas jika didorong oleh sektor consumption, baik itu Household Consumption atau Government Consumption. Lalu bagaimana pertumbuhan yang berkualitas? Yaitu pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor ekspor, impor, investasi. Terlihat rata-rata impornya sebesar 29,5 masih sangat besar dari nilai ekspor (28,3), yang berarti mengalami defisit untuk negara-negara OIC.

(GDP by Expenditure (% of total))
(GDP by Expenditure (% of total))

Dari sisi Unemployment Rate, sepuluh negara dengan tingkat pengangguran terendah diraih pertama oleh Qatar (0,3%), kedua oleh Niger (0,8%), dan yang kemudian oleh Kuwait (3,7%). Sedangkan, negara-negara seperti Palestina (24,9%) kemudian Somalia (19,9%) adalah negara-negara tingkat pengangguran yang sangat tinggi (November, 2021). Jadi, dapat ditemukan prototype negara mana di negara-negara Muslim yang memiliki indikator-indikator ekonomi yang cukup baik. Dilihat dari prototype Qatar dari sisi GDP per kapita yang terbesar, dan dari sisi tingkat penganggurannya yang rendah di negara-negara OIC. Ini merupakan sebuah catatan bagi negara-negara OIC.

Dari sisi inflasi, negara-negara OIC jauh lebih tinggi angka inflasinya secara rata-rata dibandingkan dengan negara-negara berkembang atau negara maju atau negara yang ada di dunia. Inflasi yang ada di negara OIC itu menjadi persoalan yang cukup besar. Bisa dilihat bahwa inflasi dengan pengangguran menunjukkan hubungan yang negatif (Ketika inflasinya tinggi, maka pengangguran rendah). Inflasi terbesar dari negara-negara OKI dicapai sebesar 359,1% oleh negara Sudan. Sedangkan untuk Indonesia sendiri masih dapat menekan angka inflasi dan tidak melebihi 5% (April, 2022). Dilihat secara dunia, negara-negara OIC diperkirakan pada tahun 2023 mencetak angka inflasi 5,9% (Maret, 2023).

Dari sisi ekspor-impor berbentuk barang di negara OKI, negara UAE (14,2%) meraih Top Exporter, diikuti negara Malaysia (14,0%), Saudi Arabia (13,1%), dan Indonesia (10,7%). Sedangkan untuk Top Importers diraih pertama oleh UAE (15,7%), lalu Turki (13,6%), Malaysia (12,0%), dan Indonesia (10,0%).

Dari sisi Current Account (Neraca transaksi berjalan: terdiri dari perdagangan barang, jasa, dan lainnya), terlihat di negara Saudi Arabia (54,6) dan UAE (48,0) bahwa posisi neraca current account-nya adalah surplus. Sedangkan negara dengan posisi defisit jatuh pada negara Turki yang sebesar -14,9 (April, 2022).

Dari sisi FDI Inflows, negara-negara OIC jika dibandingkan dengan negara yang ada di dunia dan juga negara sedang berkembang bisa dilihat bahwa posisi negara OIC relatif masih di bawah negara-negara yang ada di dunia. Persentase menunjukkan sebesar 8,3 % untuk di dunia, dan developing countries sebesar 19,2% (2021).

Masuk ke dalam prospek Ekonomi Syariah,

a) Dalam konteks global 2023:

  • Pemulihan ekonomi negara OKI tetap berlanjut meski cenderung melambat.
  • Nilai transaksi sektor terkait ekonomi syariah diperkirakan terus tumbuh seiring permintaan negara-negara OKI yang tetap kuat.
  • Aset keuangan syariah global terus tumbuh dengan perubahan lanskap industri keuangan syariah diperkirakan tetap berlanjut.

b) Dalam konteks kinerja Ekonomi Syariah Global 2022:

  • Pemulihan ekonomi terhambat akibat konflik geopolitik dan disrupsi rantai pasok global yang memicu tekanan inflasi.
  • Pengentasan moneter dan normalisasi fiskal secara global.
  • Transaksi sektor terkait ekonomi syariah tetap tumbuh khususnya di negara-negara OKI.
  • Ketergantungan pada bahan baku dan produk impor di sejumlah negara OKI berlanjut.

c) Dalam konteks kinerja keuangan syariah global 2022:

  • Pertumbuhan sektor perbankan syariah global yang ditopang oleh negara non-core market.
  • Perkembangan pasar modal syariah global didukung sovereign sukuk dan investasi Islamic funds yang meningkat.
  • Sektor IKNB syariah mendapatkan momentum dari peningkatan fintech syariah yang mendorong digitalisasi keuangan syariah.
  • Perubahan lanskap keuangan syariah sebagai global berlanjut secara gradual.

Jika melihat nilai transaksi umat Islam global pada sektor terkait ekonomi syariah dari tahun 2021 dengan tahun 2022, maka hampir boleh dikatakan semuanya mengalami peningkatan. Untuk sektor makanan dan minuman tumbuh 6,5% ; Farmasi tumbuh 7,6% ; Kosmetik tumbuh 8,5% ; Fashion tumbuh 7,5% ; Pariwisata Ramah Muslim tumbuh 86,0% ; Media dan Rekreasi tumbuh 9,2%.

Dalam proyeksi neraca perdagangan produk terkait ekonomi syariah di negara anggota OKI, bisa dilihat contohnya pada sektor kosmetik yang selalu mengalami posisi surplus. Untuk sektor-sektor yang lain masih dalam posisi defisit seperti sektor makanan dan minuman, farmasi, fashion (karena daya beli belum begitu bangkit).

(Perkembangan dan Proyeksi Neraca Perdagangan Produk Terkait Ekonomi Syariah di Negara OKI)
(Perkembangan dan Proyeksi Neraca Perdagangan Produk Terkait Ekonomi Syariah di Negara OKI)

Mengenai struktur keuangan syariah global 2021, perbankan syariah menyumbang nilai sebesar 70%, Sukuk 18%, Islamic funds 6%, IKBN syariah 4%, Takaful 2%. Aset keuangan syariah secara global masih didominasi oleh sektor perbankan syariah.

Pada proyeksi pertumbuhan nilai transaksi sektor Ekonomi Syariah dan aset industri keuangan syariah global 2021-2026, gambaran sektor ekonomi syariah yang tumbuh paling besar adalah dari sektor Pariwisata Ramah Muslim dengan nilai 19,7%.

Pada pertumbuhan rata-rata aset industri keuangan syariah global 2016-2021, perbankan syariah mengalami peningkatan dari 7,8% ke 10,1% ; Takaful dari 7,7% ke 8,7% ; Islamic funds dari 11,8% ke 19,2% ; dan lainnya, hingga total peningkatan adalah dari 8,3% ke 11%.

Melihat potret negara Qatar yang bisa dikatakan negara ideal, bahwa sektor pertambangan, manufaktur, dan utilitas berkontribusi sebesar 35,2% terhadap nilai tambah bruto (GVA) pada tahun 2022, diikuti oleh sektor konstruksi (12,6%), dan sektor grosir, ritel, dan hotel (9,1%). Menurut GlobalData, secara nominal, ketiga sektor tersebut diperkirakan akan tumbuh masing-masing sebesar 3,2%, 2,7%, dan 5,2% pada tahun 2023. Selain itu, Qatar dikategorikan sebagai negara berisiko rendah dan menempati peringkat ke-33 dari 153 negara dalam GlobalData Country Risk Index (GCRI Q3 2022). Skor risiko negara tersebut lebih rendah pada parameter lingkungan politik, ekonomi makro, sosial, dan risiko lingkungan jika dibandingkan dengan rata-rata negara Timur Tengah dan Afrika Utara.

Model pembangunan jika menggunakan dasar indikator-indikator yang disebutkan tadi maka bisa dikatakan negara-negara di Kawasan OKI relatif berada di atas negara-negara dalam konteks di dunia dari sisi indikator ekonominya.

Sedikit masuk pada peluang dan tantangan Filantropi Islam, ada tiga indikator yang menjadi sebuah catatan,

  • Sifat orang Indonesia dermawan: Indonesia sebagai negara paling dermawan di dunia (world giving index 2018-2022). Tahun 2025 diperkirakan ada 100 juta penduduk muslim kelas menengah dengan potensi zakat lebih dari Rp 230 Triliun.
  • Jumlah kelas menengah yang terus meningkat: Tahun 2036, Indonesia sebagai negara dengan angkatan kerja paling produktif ke-2 di dunia.
  • Kesalehan kelompok milenial: Varkey melakukan survey atas 20.000 anak milenial dunia tentang opini terhadap agama dan kebahagiaan. Opini bahwa agaman membawa kebahagiaan tertinggi di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun