ESSAI SEJARAH LOKAL ( Pertempuran 10 November Surabaya )
Adanya sejarah pertempuran antara rakyat Indonesia melawan penjajah menjadi sebuah catatan penting untuk dikenang. Karena peristiwa ini dapat diceritakan kepada generasi muda yang akan datang.Â
Sehingga mereka dapat mengenal tokoh pejuang kemerdekaan maupun alur terjadinya peristiwa sejarah. Tidak banyak generasi muda yang memahami cerita sejarah kemerdekaan Indonesia, hal ini disebabkan oleh kurangnya literasi. Maka dari itu, peran dari mata pelajaran IPS maupun Ilmu Sejarah diharapkan dapat menambah literasi mengenai peristiwa sejarah.
Sejarah adalah gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial yang disusun secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan, yang memberi pengertian tentang apa yang telah berlalu (Sidi Gazalba, 1981:13).Â
Sedangkan arti lokal menurut kbbi adalah di suatu tempat. Maka, maksud dari sejarah lokal yaitu gambaran manusia  dan sekitarnya sebagai makhluk sosial di suatu tempat.Â
Nah, maksud dari "suatu tempat" adalah Wilayah. Salah satunya di Wilayah Indonesia. Seperti Surabaya, pada masa lalu terdapat puncak pertempuran rakyat Surabaya melawan penjajah pada tanggal 10 November 1945.
Dikenal juga sebagai Serangan Arek-Arek Surabaya, peristiwa ini diawali dengan kedatangan sekutu (Inggris) di Tanjung Perak pada 25 Oktober 1945. Berita kedatangan ini disampaikan pertama kali oleh Menteri Penerangan Amir Syaifudin, dari Jakarta.Â
Pada pukul 09.00 -- 12.30 di tanggal 26 Oktober 1945, berlangsung pertemuan antara wakil-wakil pemerintah Indonesia di Surabaya. Yakni meliputi Residen Sudirman (ketua KNI), Doel Arnowo, Walikota Rajimin Nasution serta Mohammad. Sedangkan dari pihak sekutu terdiri dari Bigadir Jendral A.W.S Mallaby dan stafnya.
Terjadi tindakan provokatif pada tanggal 27 Oktober 1945 yakni Inggris menyebarkan pamflet yang inti dari isinya memerintahkan rakyat Indonesia di Surabaya atau Jawa Timur menyerahkan senjata rampasan Jepang kepada Inggris. Mengetahui hal ini, sikap rakyat Surabaya terutama pemudanya yang sejak awal curiga dengan maksud kedatangan sekutu menjadi tidak mentoleransi ancaman tersebut.
Pada tanggal 28 Oktober 1945. Tepatnya hari sabtu, sekitar jam 17.00 diseleggarakan pertemuan antara sejumlah pemimpin pasukan BPR dan pemimpin badan perjuangan senjata. Inti dari pertemuan tersebut ialah adanya kesepakatan untuk intoleransi terhadap tindakan provokatif tentara sekutu dan segera melancarkan serangan terhadapnya.
Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan Menteri Penerangan Mr. Amir Syaifudin pada tanggal 29 Oktober 1945 menuju Surabaya menggunakan pesawat terbang RAF. Kedatangan ini bermaksud untuk menyelesaikan perselisihan. Setelah diadakan musyawarah, presiden Soekarno mengumumkan pernyataan persetujuan gencatan senjata.
Ketika pagi hari di tanggal 30 Oktober, Jendral Hawton tiba di Surabaya. Sedangkan pasuka Brigade ke -- 49 masih terpojok dan tidak bebas menjalankan tugas. Warga Surabaya marah karena adanya unsur Belanda dalam pasukan sekutu. Lalu tank yang dikemudikan pemuda mulai melewati jalanan kota hingga terdengar pada pertemuan di kantor gubernur. Nah, ada pertemuan ini menghasilkan empat kesepakatan.Â
Diantarnya sebagai berikut. Dimulai dari dibatalkannya pamflet 27 Oktober; tentara sekutu menjaga di daerah tertentu saja seperti pelbuhan dan perumahan orang Eropa; mantan tawanan yang mayoritasnya wanita dan anak-anak di Darmo dijamin perjalanan ke pelabuhan serta adanya pembentukan biro kontak karena kecurigaan terhadap kesungguhan pihak sekutu.
Terdapat suatu insiden yang dialami oleh Brigadir Jendral Mallaby pada tanggal 31 Oktober yaitu secara tiba-tiba mobil yang dinaiki nya terkena tembakan sehingga menimbulkan ledakan dan terbakar. Namun, belum diketahui siapa pelaku nya. Kematian Brigadir Jendral Mallaby ini sudah menyebar luas di surat kabar dunia. Karena hal ini juga kondisi Surabaya semakin memanas.
Pada tanggal 9 November 1945 Inggris mengeluarkan ultimatum yang inti isinya memerintahkan masyarakat Surabaya untuk menyerahkan seluruh senjatanya ke pihak Inggris. Namun, para pejuang Republik Indonesia menganggap ultimatum tersebut sebagai penghinaan dan menolak untuk mematuhinya. pada pukul 23.00 melalui radio pemberontak, Bung Tomo menyiarkan pidato yang membakar semngat juang bagsa Indonesia.
Saat waktu subuh di tanggal 10 November, pasukan Inggris mulai melaksanakan serangan di seluruh pelosok kota dibawah lindungan pengeboman dari udara dan laut.Â
Pukul 06.00 Surabaya diserang sekutu. Sedangkan pada pukul 11.00 Pidato Gubernur Soerjo menyerukan warga untuk bertindak demi kehormatan Bangsa dan Negara. Hampir seluruh kota berhasil dikuasai Inggris dalam waktu tiga hari. Namun, pertempuran ini berakhir dalam tiga minggu setelahnya. Sekitar enam ribu rakyat Indonesia gugur dan ribuan lainnya meninggalkan kota Surabaya yang hancur.
Pertempuran 10 November ini sudah diakui oleh pemerintah pusat dan dikenang sebagai Hari Pahlawan Nasional. Sebab telah memberikan inspirasi kepada rakyat Indonesia untuk berjuang membangkitkan semangat Nasionalisme serta mempertahankan Negara Indonesia. Â Dapat dibayangkan bukan, bagaimana semangat rakyat Indonesia berjuang melawan penjajah saat itu
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H