"Niat! Kalau nggak niat, aku nggak akan bangun pagi buat bantuin beres-beres, lagian cuman salah taruh ember, bang."Ujar Revaya. Pagi hari ini perasaannya sudah terbakar karena ulah abangnya.Â
Tadi setelah membersihkan lantai, Revaya malah menaruh ember bekas air lantai di samping mesin cuci dan bukan di kamar mandi, Jadi reandra mengira itu ember yang biasanya untuk menaruh pakaian kotor.Â
"Maaf, bang" Revaya mengalah.
"Dari semalem aku belom tidur karena ngejar pelajaran, pagi-pagi harus ngurus kamu" ujar Reandra.Â
Ia berjalan diiringi dengan perasaan kesal dan memasuki kamarnya tanpa menunggu jawaban Revaya.Â
Ia membanting pintu kamarnya hingga membuat sang adik terkejut.
Lamunan Revaya menghilang ketika ia mendengar Althea, sang ibu yang memanggil abang nya berkali-kali dari lantai satu.Â
Tetapi, abangnya tidak menjawab dan mendiamkan ibunya. Revaya yang menggunakan seragam putih biru itu melangkah kebawah sambil membawa ransel hitamnya.
"Lho, abang mana? Kok kamu yang turun, ibu manggil-manggil abang buat sarapan bareng" Revaya mematung setelah mendengarkan itu.Â
Ucapan ibunya cukup membuat suasana hati Revaya berubah. Ia mencoba untuk menahan rasanya dan duduk di samping ibunya walaupun sepertianya kehadiranya tidak dianggap oleh ibunya. Â
Revaya merenung duduk di kursi meja makan menatap makanan yang sudah disajikan Althea, sang ibu.
"cepat panggil reandra, kok diem aja vaya?!" ucap kesal Althea sang ibu
"Iya ma.." Gadis itu segera bangun dari meja makan menahan tangis akan bentakan Althea ibunya tersebut.Â