Tidak terlepas dari hubungan dan kehidupan manusia, filsafat etika teologis yang disampaikan oleh Santo Thomas Aquinas ini mengajarkan tentang moral. Etika mencakup moral yang diberlakukan bagi manusia sebagai individu maupun kelompok/masyarakat, menurut ajaran ini merupakan cahaya yang diturunkan oleh Allah dari cahaya manusia atau diturunkan dari tabiat manusia sebagai makhluk sosial yang hidup dalam lingkungan masyarakat.Â
Menurut Thomas aquinas tindakan yang mengerakkan manusia kepada tujuan akhir berkaitan dengan kegiatan manusiawi bukan dengan kegiatan manusia. Perintah moral yang paling dasar adalah melakukan yang baik, menghindari yang jahat.mengenai hal ini, Armada Riyanto dalam buku "menjadi mencintai" mengatakan demikian:
Thomas aquinas lebih dulu berkata baik itu berasal dari Tuhan sendiri. dan karena kodrat manusia adalah baik, akal budi manusia selalu merindukan sumber itu sendiri. dengan kata lain, manusia selalu dalam penziarahannya menggapai Sang baik itu sendiri, yaitu Allah. Baik adalah itu yang segala bentuk perbuatan manusia ingin mengejarnya. Kehendak manusia jelas selalu ingin meraih kebaikan. [12]
Berbeda dengan khalayak pada era kehidupannya, St. Thomas Aquinas menganut pola pikir dan metode induktif. Dia menyesuaikan etika dengan kenyataan hidup. Etikanya bersifat teologis, etika yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah sebagai Sang Pencipta. Namun demikian, etika teologis yang dia sampaikan tidak membuat ciri khas filosofis bahwa etika mempunyai kecenderungan untuk mengarahkan manusia menemukan garis hidup dan akalnya lenyap begitu saja.Â
Realisaasinya adalah mewujudkan tujuan paling akhir dari kehidupan manusia yaitu secara perorangan manusia meyakini Allah dan secara sosial masyarakat, manusia harus diatur sesuai dengan tuntutan tabiat manusia untuk dapat saling membantu sesama manusia dalam mengendalikan nafsu yang tidak lepas dari diri dan jiwa mereka. Menurut St. Thomas Aquinas, pada dasarnya semua baik adanya.[13]Â
V. Penutup
Tuhan merupakan penggerak utama yang tidak digerakkan; penyebab utama yang tidak disebabkan; pengada yang tidak diadakan, Ia tidak terbatas seperti manusia yang bereksistensi karena berpastisipasi pada Esse; eksistensi Tuhan adalah esensi-Nya sendiri. Sejalan dengan pemikiran Aquinas, segala sesuatu yang ada di alam semesta ini ada dan bergerak bukan tanpa penggerak, bukan tanpa penyebab, dan bukan tanpa pengada. Melainkan ada sesuatu yang menjadi dasar segala sesuatu, baik untuk menggerakkan, menyebabkan, maupun mengadakan dengan tidak bergantung atau berpartisipasi pada yang lain atau menerima eksistensinya dari yang lain, sesuatu yang lain itu adalah Tuhan.
Menurut Aquinas, sebagai aktus mengada yang orisinal (murni, asli), Tuhan adalah dasar paling radikal bagi segala sesuatu yang bereksistensi. Seperti yang dikatakannya dalam bukunya, "Harus dikatakan bahwa setiap pengada, bagaimanapun caranya bereksistensi, berasal dari Tuhan... Lepas dari Tuhan tidak satupun pengada bereksistensi.Â
Semua pengada dapat bereksistensi karena berpartisipasi dalam Tuhan". Itu berarti eksistensi manusia tergantung dari Tuhan sebagai esse, dengan cara berpartisipasi terhadap esse itu sendiri. Kemudian, keberadaan Tuhan menurut Aquinas dibuktikan dengan pengalaman keseharian manusia: pertama, gerak yang digerakkan; kedua, hubungan sebab-akibat; ketiga, adanya sesuatu dari ketiadaan; keempat, sesuatu yang sempurna; kelima, eksistensi yang berkemampuan mengarahkan sampai ke tujuan. Setelah bernalar tentang Tuhan, lantas membicarakan-Nya menggunakan tiga cara: pertama, melihat sifat baik manusia yang adalah sifat Tuhan; kedua, sifat keadilan Tuhan berbeda dengan sifat keadilan manusia; ketiga, mengatakan bahwa Tuhan lebih unggul dari manusia.
Daftar Pustaka
Bagus, Lorens Metafisika, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1991.