Allah adalah motor immobilis (latin :penggerak yang tidak digerakkan oleh yang lain). Allah adalah dia yang  memungkinkan segalanya bergerak. Gerak yang dimaksudkan berkaitan dengan kebenaran bahwa  Allah adalah asal, tidak ada yang dikecualikan, semuanya Dialah yang membuatnya. Manusia dengan segala ciptaan :bergerak"  menuju dan terarah kepada Sang penggerak ini.Allah adalah segalanya dan semuanya. Ia yang memungkinkan segala apa yanga ada ini tercipta. [5]
Kedua, hubungan sebab-akibat. Dalam menjelaskan jalan kedua ini pembahasannya akan sampai pada akhirnya penyebab awal segala sesuatu itu adalah Tuhan. Sebagaimana dalam kasus gerak, tidak ada ciptaan yang dapat menjadi penyebab dirinya sendiri, dan rantai kausalitas yang tiada batas adalah mustahil, sehingga tentu ada Penyebab Pertama, yang disebut Allah.Â
Thomas Aquinas telah menggunakan prinsip kausalitas dalam membuktikan akan eksistensi Tuhan dalam quinque viae.[6] Di dalam contoh, seorang pastor walaupun ia hidup sendiri (selibat, tidak menikah) tetapi tetap saja seorang pastor itu disebabkan oleh orangtuanya. Maksudnya ialah, seorang pastor adalah akibat dan penyebabnya terjadi akibat adalah ibu dari pastor itu sendiri.Â
Namun jika hanya mengikuti rentetan silsilah kelahiran yang demikian, maka akan muncul terus pertanyaan-pertanyaan yang mencari tahu siapa sebenarnya yang menjadi penyebab awal atau penyebab efisien dari akibat adanya seorang pastor. Itulah yang ditegaskan oleh Aquinas bahwa pemikiran dan pencarian yang demikian akan terarah atau tiba pada satu Penyebab Efisien Pertama yang dikenal dan disebut orang sebagai Tuhan.
 Ketiga, adanya sesuatu dari ketiadaan. Pemahaman yang dimaksudkan di sini adalah sesuatu itu dapat tidak ada dan juga dapat ada sewaktu-waktu, namun yang sudah ada itupun dapat menjadi tidak ada lagi. Keberadaan semua hal yang teramati tampaknya seolah-olah mungkin saja tidak ada. Apabila semua hal dapat tidak ada, tentunya pernah terjadi ketiadaan segalanya, dan jika demikian segalanya akan senantiasa tidak ada. Karenanya tentu ada keberadaan yang memiliki keniscayaan dari dirinya sendiri, penyebab dari keberadaan semua hal. Misalnya, saya mengangkat topik ayam dan telur. Kebanyakan orang bertanya mana terlebih dahulu ada ayam atau telur, dan kebanyakan orangpun bingung untuk menjawab pertanyaan itu.Â
Baca juga: Benang Merah Ideologi Kanan Antara Aristoteles, Thomas Aquinas, dan Marthin Luther
Dari hasil reset penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Inggris pada musim panas tahun 2010 dengan meretakkan telur ayam sampai akhirnya mereka menemukan bahwa protein yang dibutuhkan untuk membentuk cangkang telur itu secara eksklusif hanya ditemukan di ovarium ayam. Dari contoh itu, saya mau menunjukkan adanya ayam atau telur yang lebih dulu itu menjadi pertanyaan sentral dan sudah ada penelitian yang menyatakan bahwa ayam terlebih dahulu.Â
Namun dari segi pemikiran Aquinas bisa dikatakan bahwa pasti ada sesuatu yang memiliki eksistensi yang bersifat niscaya; eksistensinya bersifat keharusan karena harus memberikan eksistensi kepada yang lain, dan dalam hal contoh di atas memberikan eksistensi kepada ayam. Dan realitas eksistensi itulah yang disebut oleh semua orang dengan nama "Tuhan".
 Keempat, sesuatu yang sempurna. Dibalik adanya sesuatu yang kurang baik, kurang mulia dan segala sesuatu yang menurut penilaian kurang, pasti ada yang paling baik, paling mulia dan segala sesuatu yang paling baik. Teori ini mau menunjukkan keseharian pengalaman manusia yang kurang akan banyak hal, memberikan gambaran adanya sesuatu yang memiliki kelebihan yang bisa dikatakan sempurna. Tidak mungkin yang kurang baik memberikan yang kurang baik kepada manusia.[7] Tentulah yang paling baik yang memberikannya. Dengan adanya hal itu, menurut Aquinas ada suatu realitas yang paling sempurna. Dan itulah yang disebut "Tuhan".Â
Kelima, eksistensi yang berkemampuan mengarahkan sampai ke tujuan. Manusia diciptakan pasti mempunyai tujuan yang harus dipenuhi atau dicapai. Arah semua aksi menuju suatu akhir dapat diamati dalam semua hal dan terjadi seturut hukum kodrat atau alam. Segala sesuatu yang tanpa intelek memiliki kecenderungan yang terarah kepada suatu tujuan berdasarkan panduan dari sesuatu yang intelek.[8] Ini disebut Allah. Kebanyakan dari manusia kurang mempertanyakan siapa yang membuat hidup kita mempunyai tujuan?Â
Apakah sejak dari bayi kita sudah memiliki kemampuan untuk menentukan arah hidup kita? Harus ada eksistensi intelegen atau berkemampuan yang olehnya segala sesuatu yang alamiah diarahkan secara tertib menuju tujuannya dan eksistensi yang dimaksud itu ialah Tuhan.Â