Pemikiran filsafat Thomas Aquinas yang tidak kalah penting dari yang lain adalah filsafat tentang teori penciptaan. Penciptaan merupakan perbuatan Allah secara kontinu dan berkelanjutan. Adapun makluk-makhluk dan benda-benda ciptaan-Nya bersifat fana. Dari kekekalan, Allah menciptakan jagat raya dan waktu. Penciptaan yang terjadi secara kontinu untuk menciptakan para makhluk untuk dipelihara. Dengan demuikian tidak ada dualisme Allah dan para makhluk-Nya, seperti manusia dan alam semesta. Menurut ajaran ini, Allah menciptakan dati "yang tiada" yang biasa disebut ex nihilo.
Dari kelima bukti di atas, kita dapat mengetahui bahwa ada suatu tokoh yang menyebabkan adanya segala sesuatu, actus purus yang berada karena diriNya sendiri, yaitu Tuhan (Allah), tetapi semua itu tidak dapat membuktikan hakikat Allah yang sebenarnya kepada manusia. Para insan tahu sebatas bahwa Allah ada tanpa mengetahui wujud riil-Nya.Â
Namun, pada dasarnya para manusia memang memiliki beberapa pengetahuan filsafat tentang Allah. ada tiga cara menurut Aquinas yang dipakai dalam membicarakan Tuhan. Pertama, dilihat dari sisi positif. Cara ini mengakui adanya kesamaan dari sikap manusia dengan sikap Tuhan. Kesamaannya terdapat pada praktek sikap hidup baik yang dilakukan oleh manusia yang tentunya sama dengan sikap Tuhan. Adanya kejahatan karena manusia menyalahgunakan kebebasan yang diberikan Tuhan.
Kedua, membicarakan Tuhan dilihat dari sikap keadilan yang dimiliki manusia. Tuhan dan manusia punya keadilan, namun keadilan yang ada pada manusia berbeda dengan keadilan yang ada pada Tuhan. Kemungkinan yang bisa terjadi yaitu keadilan manusia bisa saja berpihak sebelah, tetapi keadilan Tuhan tidak berpihak sebelah.
Ketiga, berbicara tentang keunggulan Tuhan. Ada pepatah mengatakan murid tak bisa melampaui guru. Itulah yang terjadi dengan cara membicarakan Tuhan yang ketiga ini. Sehebat-hebatnya manusia tetap akan mengakui bahwa ada yang lebih hebat darinya. Sekuat-kuatnya manusia tetap akan mengakui ada yang lebih hebat darinya. Semua yang melebihi dari manusia itu atau yang lebih unggul dari manusia itu pada akhirnya disebut Tuhan.
4. Hubungan Tuhan dengan ManusiaÂ
 Keberadaan Tuhan yang bisa dikatakan transendental, memungkinkan manusia mencari eksistensi-Nya. Pencarian itu pun tak lepas dari usaha manusia dalam menggunakan akal budinya. Aquinas dalam menerangkan keberadaan Tuhan, menggunakan akal budi yang didasarkan atas pengalaman keseharian atau apa yang ia alami. Dalam menjelaskan partisipasi manusia terhadap Tuhan untuk membuktikan keberadaan Tuhan, Aquinas mengembangkan gagasan dari Plato (seorang filsuf murid dari Sokrates) yakni dua dunia, dunia ide dan dunia riil.[9] Plato juga menambahkan bahwa suatu obyek yang berpartisipasi pada ide yang abadi tidaklah kekal.Â
Obyek itu dapat berubah-ubah yang tentunya berbeda dengan ide abadi yang tak pernah berubah.[10] Gagasan Plato ini memang digunakan oleh Aquinas, namun Aquinas mengembangkan lebih lagi bahwa suatu obyek yang berpartisipasi pada ide yang abadi itu tentunya juga memiliki keabadian seperti ide yang abadi itu. Tuhan merupakan pengada yang sempurna, manusia walaupun hanya berpartisipasi dari Tuhan namun ia juga adalah bagian dari Tuhan. Karena Tuhan memiliki kesempurnaan yang tidak terbatas, maka manusia memiliki kesempurnaan yang terbatas.
 Selalu dikatakan bahwa manusia berpartisipasi pada eksistensi Tuhan atau menerima eksistensi dari Tuhan.[11] Apa yang dimiliki Tuhan adalah juga dimiliki manusia namun dalam cara yang terbatas. Tentang kesamaan dan perbedaan sudah disinggung pada bagian sebelumnya yakni pada bagian tiga cara membicarakan Tuhan. Pada Tuhan dan manusia mempunyai kesamaan namun juga mempunyai perbedaan. Selain itu juga, Aquinas menegaskan bahwa kehati-hatian perlulah dalam membicarakan Tuhan. Segala sesuatu yang bereksistensi di dunia ini adalah partisipasi dari Tuhan.Â
Baca juga: Lima Argumen Thomas Aquinas (1225-1274)
Manusia, hewan, tumbuhan, benda; semuanya diciptakan menurut esensinya dan esensi manusia berada di tatanan teratas. Ketika menyandangkan kata lain sebagai pembentuk pengada, hendaklah jangan menyamakan dengan Tuhan. Misalnya, anjing saya baik. Karena memegang prinsip bahwa segala sesuatu yang bereksistensi adalah juga partisipasi dari esse maka akan menyamakan kebaikan yang disandangkan kepada anjing. Meskipun memiliki kesamaan namun tingkat atau derajat atau esensi dari Tuhan melebihi semua yang bereksistensi di dunia ini. Â Â