Mohon tunggu...
Nofrendi Sihaloho
Nofrendi Sihaloho Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Magister Filsafat di Fakultas Filsafat UNIKA Santo Thomas, Sumatera Utara

Hobi saya membaca buku-buku rohani dan filsafat.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengembangkan Suara Hati

15 Januari 2025   20:46 Diperbarui: 15 Januari 2025   20:46 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keputusan

Setiap kali keputusan moral diambil seseorang sedang menentukan dirinya. Di dalamnya ditentukan nilai yang berguna sebagai manusia. Namun, penentuan diri itu tidak berlaku selamanya. Ada keputusan yang mudah ditarik kembali dan ada keputusan yang sulit diubah. Misalnya, diminta menilai tingkat kecerdasan seseorang padahal ia pernah menyinggung perasaan si penilai. Dalam setiap mengambil tindakan penentuan diri itu sungguh-sungguh. Artinya kita menentukan diri kita sebagai manusia. Bobot itu terasa dalam menanggapi panggilan suara hati.

Suatu keputusan tidak pernah diambil untuk selamanya dalam kehidupan ini. Alasannya karena manusia adalah makhluk yang terbagi secara waktu dan ruang, pengetahuannya terbatas, memiliki kekurangan, dan sebagainya. Sama seperti orang tidak pernah mencintai seratus persen.

Sikap Dasar

Setiap keputusan dan sikap yang diambil merupakan sikap kecil dan pembiasaan, sehingga pelan-pelan orang semakin terbiasa mengambil sikap ke arah yang sama. Misalnya, orang yang hanya sekali merokok akan mudah menghentikannya sedangkan orang yang terbiasa merokok akan sulit berhenti.

Keputusan sekecil apapun itu menciptakan suatu suasana atau kecondongan ke arah tertentu. Seorang filsuf Yunani, Aristoteles, menyebut kecondongan ke arah yang baik sebagai arete (keutamaan). Memiliki keutamaan berarti condong mengambil sikap ke arah keutamaan itu. Sejatinya setiap orang sudah mempunyai arah itu. Semakin tegas mengambil sikap yang baik, maka arah dasar hidup terwujud sehingga mudah mengambi sikap selanjutnya. Memang benar bahwa selama manusia masih hidup sikap dasar itu belum jadi seutuhnya. Hal itu berlangsung sampai manusia menemui ajalnya.


Suara Hati dan Superego
           Super ego merupakan istilah yang digunakan oleh Sigmund Freud. Ia membuat identifikasi unsur-unsur utama dalam kesadaran manusia, yakni Id, Ego, dan Superego. Id dimengerti sebagai kecondongan irrasional yang berasal dari kedalaman diri manusia. Superego adalah perasaan bersalah yang dirasakan ketika melakukan suatu pelanggaran. Ego merupakan pusat kesadaran diri manusia. Egolah yang memahami dan mengabil sikap dengan bebas untuk bertindak.
            Suara hati tidak sama dengan perasaan bersalah. Kesadaran moral sama sekali tidak dapat dipahami sebagai perasaan meskipun unsur-unsur emosi ada di dalamnya. Suara hati menyatakan diri karena mengerti apa yang secara obyektif merupakan tanggung jawab dan tindakan yang diambil bernilai bagi manusia. Sedangkan superego hanya menekan atau menegur suatu tindakan tanpa memberi penilaian apakah suatu tindakan tepat atau tidak secara bertanggungjawab.
Superego berfungsi sebagai pendukung bagi suara hati walaupun kadang-kadang mengacaukan suara hati. Superego menyediakan orientasi kuat bagi suara hati untuk mengontrol ego agar tidak menyimpang dari kewajibannya. Kadang-kadang suara hati harus menentang superego yang tidak sesuai dengan kebenaran obyektif.

Refleksi Kritis 

Setiap orang senantiasa berhadapan dengan permasalah yang kompleks dalam hidupnya. Di tengah pelbagai cara hidup orang harus mengambil suatu keputusan dan tindakan atas keputusan itu. Di sinilah suara hati berperan. Suara hati sudah terberi (given) sebagai bagian dari kemanusiaannya. Dapat dikatakan bahwa keberadaan manusia nyata dari adanya suara hati, karena suara hati merupakan kesadaran manusiawi dalam berhadapan dengan situasi konkret. Orang dituntut untuk  melakukan kewajibannya yang dianggap bernilai.

            Meskipun suara hati adalah kesadaran moral manusiawi dalam situasi konkret, namun suara hati bukanlah kebenaran sempurna. Tidak bisa juga mengabaikan suara hati setiap menilai suatu hak dan mengambil keputusan atasnya. Demi alasan itulah maka suara hati perlu diasah, dibina, dididik, atau dipertajam. Tujuannya agar suara hati peka menilai dan mempertimbangkan segala sesuatu.

            Suara hati selalu mengikutsertakan penilaian tentang suatu situasi sehingga sebagai suatu kegiatan nalar dan nalar bisa saja keliru. Akan tetapi, ada satu hal yang tidak dapat keliru yaitu kesadaran dalam suara hati yang harus memilih kebaikan, kejujuran, kesetiaan, dan keadilan. Apa yang baik dan harus dipilih diketahui langsung secara intuitif  meskipun untuk memastikan apa yang baik memerlukan rasio. Suara hati menyuarakan tuntutan mutlak untuk selalu memilih yang baik dan menolak yang buruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun