Panggilan sebagai saudara dan saudari di dalam Kristus memungkinkan para kapusin untuk mengalami persekutuan dengan Allah. Membangun persaudaraan berarti bersedia menerima segala perbedaan antarasaudara. Selain itu, para saudara kapusin diharapkan untuk peka dan bertanggung terhadap komunitas. Harapan ini harus ditempatkan dalam terang hubungan penuh kasih dengan Tritunggal Mahakudus. Relasi cinta Trinitaris menjadi model bagi semua hubungan dalam membina persaudaraan. Karena itu, dasar persekutuan Kapusin adalah misteri kasih Tritunggal sempurna dan kesatuan suci Bapa, Putra, dan Roh Kudus.[27]
Kapusin yang Partisipatif
Dalam Anggaran Dasar Saudara-saudara Dina, St. Fransiskus Assisi mengatakan:
Saudara Fransiskus menjanjikan ketaatan dan hormat kepada Sri Paus Honorius serta para penggantinya yang sah menurut hukum Gereja dan kepada Gereja Roma. Saudara-saudara lainnya wajib menaati Saudara Fransiskus dan para penggantinya.[28]Â
Pembukaan Anggaran Dasar ini menunjukkan bahwa St. Fransiskus Assisi bukan hanya taat dan hormat kepada paus dan Gereja Roma, tetapi di dalamnya terdapat semangat partisipatif dalam perjalanan Gereja. Dengan kata lain, St. Fransiskus dan persaudaraannya terbuka terhadap semua pelayanan dan kerasulan yang diserahkan oleh Gereja. Bentuk partisipasi ini bukan untuk mendapat upah, tetapi menjadi bentuk kesetiaan dan bakti kepada Allah. Secara konkret, bentuk partisipasi St. Fransiskus dalam Gereja nyata dalam tugas berkhotbah yang dijalankan bila uskup mengizinkan.[29]
Partisipasi Kapusin tampak juga dalam karya pastoral parokial dan kategorial. Dalam lingkup karya pastoral parokial, para kapusin hadir diberbagai paroki yang ada di keuskupan tertentu untuk memberikan pelayanan kepada umat. Dalam karya pastoral kategorial, para kapusin hadir memberikan pelayanan kasih, misalnya, melayani orang sakit. Secara konkret, karya pastoral dapat dilakukan dengan tindakan-tindakan sederhana, misalnya, memperhatikan orang yang sedih, mengunjungi orang sakit, mendoakan orang yang berkesusahan, dan bersharing pengalaman.[30]Â
 Kapusin yang BermisiÂ
Misi Kapusin dapat digolongkan menjadi dua, yakni misi ad intra dan ad extra. Dalam konteks Persaudaraan Kapusin, misi ad intra dipahami sebagai misi ke dalam persaudaraan. Misi dapat juga dipahami sebagai pewartaan Injil. Artinya, hidup bersama sebagai saudara merupakan misi dan pelayanan pertama yang harus disadari. Caranya adalah dengan menghidupi karisma kapusin.
Secara garis besar, ada lima karisma kapusin, yakni persaudaraan, kedinaan, kontemplasi, misi, dan pembaruan. Persaudaraan dilihat sebagai dasar tatanan hidup sosial menurut cara hidup Yesus bersama para murid, dan cara hidup ini diteladani oleh St. Fransiskus Assisi dan para pengikutnya. Masing-masing saudara saling memperhatikan dan melayani entah dalam suka dan duka, sebagai wujud sikap kemuridan Kristus yang sejati. Karena itu, persaudaraan tampak dalam rasa keanggotaan sebagai keluarga Kapusin. Â Selain itu, dengan sukacita mendalam seturut teladan Bapa Serafik St. Fransiskus, setiap Kapusin harus merasa diri terikat hubungan persaudaraan bukan hanya dengan manusia, melainkan dengan semua ciptaan, sebagaimana dimuat dalam Gita Sang Surya (madah dari Bapa Serafik).[31]Â
Adapun dasar kedinaan kapusin adalah Kristus yang miskin dan rendah. Kedinaan menuntut untuk tidak mencari bentuk kuasa, gengsi, atau dominasi sosial. Sebaliknya, setiap saudara memilih menjadi pelayan dan tunduk kepada semua insan, dengan menerima setiap situasi hidup tanpa  jaminan sebagai saudara dina. Karena itu, Ordo Kapusin disebut sebagai ordo perantau atau musafir.[32]
Di samping itu, kontemplasi dan aksi harus terjalin erat dengan meniru Yesus yang menjalani hidup penuh doa dalam karya keselamatan. Karena itu, Misteri Ekaristi dan Ibadat Harian harus dihormati dan membentuk segenap hidup persaudaraan. Doa Kapusin itu bersifat afektif, yakni doa dari batin yang membawa kita kepada pengalaman intim akan Allah, tanpa meniadakan doa berrumus yang ditawarkan Gereja. Jenis doa ini disebut doa batin. Konstitusi Kapusin menggariskan agar setiap saudara melaksanakan doa batin selama satu jam penuh dalam sehari. Setiap saudara diminta untuk mempelajari seni berdoa dan meneruskannya kepada orang lain.[33]