Â
Debata Mulajadi Nabolon
Debata Mulajadi Nabolon disebut sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Dialah kuasa supernatural yang berkedudukan di banua ginjang. Telah disebutkan bahwa ada tiga dewa di bawah Mulajadi Nabolon, yakni Bataguru, Sorisohaliapan, dan Balabulan. Masing-masing punya tugas dalam memberikan pemberkatan kepada manusia. Dari merekalah sumber segala yang dibutuhkan manusia.
Debata Mulajadi Nabolon adalah pemilik dan pencipta alam semesta. Ia yang menjadikan semuanya. Untuk itu, setiap penganut Parmalim harus meyakini adanya wujud Mulajadi Nabolon. Dia jugalah yang menjadi pemilik kerajaan malim, baik itu yang ada di banua ginjang pun yang ada di banua tonga.
Upacara Korban HorbobiusÂ
Bagi orang Batak Toba terdapat sebuah upacara yang disebut Mangase Taon (perayaan Tahun Baru Batak). Pada akhir tahun akan digelar persembahan horbobius (seekor kerbau sebagai kurban dengan kriteria yang telah ditentukan). Horbobius diikatkan pada sebuah kayu yang disebut borotan. Borotan dibuat sebagai lambang pohon kehidupan, dan horbobius adalah lambang seluruh bumi. Persembahan horbobius dipersembahkan pada borotan tadi. Artinya, seluruh alam dan penghuninya lahir dari sebuah pohon kehidupan yang disebut Tumburjati.
Pohon kehidupan ini dipahami sebagai alat Debata Mulajadi Nabolon untuk mencipta, menyelenggarakan, dan memutuskan sesuatu. Untuk itu, persembahan horbobius dipersembahkan pada lambang pohon kehidupan itu (borotan). Horbobius menjadi lambang seluruh kosmos. Kurban ini dipersembahkan kepada Debata Mulajadi Nabolon sebagai tindakan pengudusan. Lewat tindakan ini dunia disucikan  sesuai dengan rencana Mulajadi Nabolon pada awal penciptaan dunia. Semesta dimurnikan dari hal-hal jahat, sekaligus juga sebagai ucapan syukur atas ke-baru-an bumi.Â
Dalam upacara ini, dihadirkan dramatisasi penciptaan dari Mulajadi Nabolon. Diadakan juga upacara mangalotlot (mengarak horbobius ke seluruh kampung dan persawahan). Sesudah itu, kerbau kembali diikatkan ke borotan. Arti ritus ini adalah pemurnian bumi dan segala semesta. Dalam mite Batak, manusia pertama yang ada di bumi adalah Si Raja Ihat manisia dan Boru Ihat Manisia. Namun, manusia dan keturunannya itu telah berdosa dan menentang Debata. Sebagai sanksi, Debata menghukum mereka dengan memisahkan banua ginjang dari banua tonga.
Karena itu, dicarilah suatu ritual dengan lambang-lambang yang digunakan untuk memurnikan bumi ini. Horbobius dijadikan sebagai lambang bumi dan borotan sebagai lambang kuasa mencipta dari Debata. Setelah tiba waktunya, horbobius akan dikurbankan dengan cara ditikam. Hal ini dilakukan oleh malim/spesialis tertentu dan diiringi dengan tonggo-tonggo atau doa-doa. Darah dan kematian horbobius menjadi tanda penghapusan pelanggaran manusia. Dalam upacara Mangase Taon ada kurban horbobius yang menjadi puncak perayaan. Inilah bakti tertinggi orang Batak Toba kepada Debata Mulajadi Nabolon.[3]Â
 Peran Malim
   Mencermati kosmologi tradisional Batak Toba dalam kaitannya dengan spesialis yang ada di dalamnya, sangat khas peran dan tugas seorang malim (imam). Teristimewa dalam upacara Mangase Taon yang di dalamnya ada kurban horbobius. Malim menjadi spesialis/pelaku dalam memberikan pertolongan untuk dunia supernatural. Boleh dikatakan bahwa malim menjadi pengantara manusia dengan Debata Mulajadi Nabolon. Hanya malim yang boleh mengurbankan horbobius di borotan (tiang/kayu tambatan).