Mohon tunggu...
kanzul Fikri
kanzul Fikri Mohon Tunggu... -

Sedang menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sketsa Manusia

5 Desember 2015   18:52 Diperbarui: 5 Desember 2015   19:11 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebaliknya, superego pun sewaktu-waktu bisa memberikan justifikasi terhadap ego manakala instik, intuisi, dan intelegerasi—ditambah petunjuk wahyu bagi orang yang beragama—bekerja secara matang dan integral. Artinya, superego bisa memberi pembenaran pada ego manakala ego bekerja pada rah yang positif. Ego yang liar dan tak terkendali adalah ego yang merusak kualitas dan hakikat manusia itu sendiri.

Apabila dibandingkan dengan mahluk tuhan yang lain, manusialah satu-satunya unsur yang dapat disebut sebagai mahluk yang kualitataif, atau mahluk yang dapat membina dirinya secara moral. Malaikat yang tanpa subtansi instinsik (nafsu) dan free dari perbuatan dosa, tidak dapat turun kualitas moralnya ke kualitas manusia dan binatang.

Demikian dengan binatang yang tanpa subtansi intelegrasi (akal), tidak mungkin kualitas dirinya naik menjadi manusia atau malaikat. Begitu juga Malikat yang oleh Allah dikarunia instink, tanpa nafsu.

Jadi manusia, seperti apa yang telah disebutkan di atas, kulitasnya bisa lebih tinggi dari pada Malikat, seperti halnya Nabi Mumuhammad ketika malikat Jibril tidak mampu mengantarkan Nabi Muhammad ke Sidratulmuntaha. Sebaliknya, kulitas manusia bisa turun lebih rendah dari pada binatang, kalau manusia itu sendiri lalai menguasainya dirinya sendiri.

Hal demikian seperti halnya manusia yang mempunyai hati tetapi hatinya tidak dipergunakan secara sebaik mungkin. Jadi secara kesimpulan, manusia adalah tergantung atara nurani dan naluri yang mengontrolnya.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun