Tetapi kalau tidak ada sarana yang memadai, bagaimana guru juga dapat melakukan pengajaran secara maksimal? Ditambah lagi, sistem pendidikan sangat erat dengan kebijakan pendidikan yang diatur oleh pemerintah. Dengan adanya kabinet dan pengurus baru, tidak jarang sistem pendidikan dijadikan tanah liat yang bebas diubah bentuknya oleh para pembuat kebijakan.Â
Jejak yang DiwariskanÂ
Ketidakpastian kebijakan dan upah minim dengan tuntutan kerja yang tinggi, tentu wajar  jika  individu kompeten menjauhkan diri dari sektor pendidikan.Â
Mereka memilih untuk mulai dari nol dan secara progresif merintis karirnya di bidang lain, karena mereka sadar bahwa upah yang ditawarkan di sektor pendidikan tidak mencapai reservation wage yang mereka ekspektasikan.Â
Reservation wage adalah tingkat upah terendah yang akan diterima oleh suatu individu yang tidak memilih untuk tetap menganggur. Dengan kompetensi yang mereka miliki, tingkat pendidikan yang tinggi, dan faktor kondisi ekonomi di saat itu, reservation wage dapat semakin naik.Â
Jikalau hal ini terjadi dan tidak diseimbangi oleh kenaikan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), sekolah tidak akan mampu memenuhi permintaan tersebut dan pada akhirnya merekrut guru kurang kompeten tetapi pembayaran upahnya memasuki anggaran yang dimiliki.
Jika pekerjaan yang dilakukan beda dengan pendidikan dan spesialisasi individu tersebut, ini bisa menyebabkan mismatch of labour yang dapat digambarkan dengan Beveridge Curve seperti di bawah ini.
Pada Beveridge Curve di atas, terdapat labour market tightness di X axis dan unemployment rate pada Y axis. Labour market tightness adalah variabel yang menggambarkan lowongan kerja yang ada.Â
Semakin besar jumlah labour market tightness berarti semakin besar kesempatan kerja yang dapat digarap oleh pengangguran. Entry cost adalah biaya yang harus dikeluarkan suatu perusahaan untuk rekrut seseorang dan semakin tinggi biaya tersebut, maka kesempatan kerja yang ditawarkan semakin sedikit.Â
Unemployment benefit yang tinggi juga dilatarbelakangi oleh reservation wage yang tinggi, jika kedua hal ini diiringi dengan adanya entry cost, ini bisa berdampak negatif kepada jumlahnya pengangguran di Indonesia. Perubahan labour market tightness dari 0.2 - 0.4 menandakan bahwa ada penurunan entry cost yang dapat menyebabkan berkurangnya pengangguran dan kesempatan kerja yang semakin meluas.Â