Mohon tunggu...
Kanopi FEBUI
Kanopi FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Kanopi FEBUI adalah organisasi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian, dan mengambil topik pada permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia secara makro. Selain itu, Kanopi FEBUI juga memiliki fungsi sebagai himpunan mahasiswa untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Ekonomi dimana seluruh mahasiswa ilmu ekonomi merupakan anggota Kanopi FEBUI.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hattanomics, Demokrasi Ekonomi sebagai Antitesis Kapitalisme

1 November 2024   20:19 Diperbarui: 3 November 2024   10:18 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Demokrasi Ekonomi (Sumber: KOMPAS/DIDIE SW)

Panggil saja Maman, seorang petani gurem yang setiap pagi rutin bergelut dengan padi serta teriknya matahari demi menghidupi istri dan dua anaknya yang masih kecil. 

Sebagai seseorang yang lahir dari keluarga yang serba sederhana, Maman tak mendapatkan peninggalan apa pun dari kedua orangtuanya; bahkan, ladang sawah seluas seperempat hektare pun Maman tak punya. 

Maman menggantungkan nasib hidupnya pada sawah sewaan seluas 4.500 meter persegi yang dihargai 15 juta rupiah per tahun. 

Jika beruntung, dalam setahun ia bisa menghasilkan hingga 3 ton gabah setiap kali musim panen. Hasil yang cukup lumayan bagi seorang petani gurem.

Namun sayang sebagai petani, selain dilanda kecemasan mengenai kehadiran hama yang dapat merusak hasil panen nya, sehari-hari Maman juga gundah dengan keberadaan tengkulak yang dapat merusak harga jual gabah milik nya. 

Pasalnya, pada saat panen raya tiba, petani-petani kecil seperti Maman tidak berdaya menghadapi tengkulak yang terus menekan harga mereka. 

Walaupun awalnya menolak, namun karena tidak memiliki tempat penyimpanan dan akses ke pasar, Maman terpaksa melepas hasil gabahnya kepada tengkulak dengan harga sangat murah.

Sumber: dokpri
Sumber: dokpri

Alhasil, jerih payah serta kesabaran Maman selama setengah tahun hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga selama dua bulan. Selebihnya? 

Sebagai lulusan sekolah dasar, Maman terpaksa bekerja sebagai buruh tani sambil menunggu musim panen berikutnya. Sejahterakah? Tentu saja tidak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun