Sedangkan yang paling krusial adalah minimnya partisipasi manufaktur dalam program Prakerja baik dalam penyusunan bahan danketerampilan untuk pelatihan maupun penyerapan pekerja atau calon pekerja yang mengikuti program tersebut.Â
Berikut hal yang dapat dilakukan dan diperbaiki oleh Indonesia dari program yang ada:Â
1. Melakukan kontrol yang ketat terkait bahan pelatihan yang disediakan.Â
2. Mengundang industri dalam konsultasi bahan pelatihan yang akan diberikan.Â
3. Memperbanyak balai pelatihan dalam melatih para pekerja maupun pekerja blue collar dalam melakukan praktek kerja langsung.Â
4. Mensosialisasikan program lebih luas, terutama kepada pekerja blue collar sebagai upaya peningkatan kemampuan.Â
5. Bekerjasama dengan manufaktur dalam penyerapan tenaga kerja dari pendaftar program Prakerja.Â
Program yang disusun berdasarkan kebutuhan industri akan menciptakan angkatan kerja yang siap kerja. Para pekerja blue collar yang berada pada industri yang rawan terkena dampak perang dagang akan memiliki kesiapan dalam berpindah kerja ke industri lain yang memiliki pertumbuhan yang tinggi.Â
Dan dengan meningkatnya kemampuan dari tenaga kerja di Indonesia, maka akan memungkinkan datangnya investasi yang akan menyerap angkatan kerja di Indonesia dan meningkatkan PDB Indonesia. Kondisi ini juga akan mengantisipasi timbulnya pengangguran struktural di Indonesia.Â
Dengan koordinasi dan kontrol yang baik antara pemerintah dengan manufaktur yang ada, maka tenaga kerja Indonesia akan siap menghadapi perang dagang.
Kesiapan dalam kemampuan pekerja,adanya bonus demografi menjadi keuntungan bagi bidang ketenagakerjaan Indonesia apabila bonus tersebut dimaksimalkan dan menjadi oportunitas bagi Indonesia dalam perang dagang.Â