Mohon tunggu...
Kanopi FEBUI
Kanopi FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Kanopi FEBUI adalah organisasi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian, dan mengambil topik pada permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia secara makro. Selain itu, Kanopi FEBUI juga memiliki fungsi sebagai himpunan mahasiswa untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Ekonomi dimana seluruh mahasiswa ilmu ekonomi merupakan anggota Kanopi FEBUI.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Dunia Serba Kapitalis: Globalisasi Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Volatilitas Ekonomi Makro

28 Juli 2023   19:04 Diperbarui: 28 Juli 2023   19:09 960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: International Monetary Fund

Tahun-tahun antara perang dunia digambarkan sebagai periode "de-globalisasi", karena perdagangan internasional dan arus modal menyusut dibandingkan dengan periode sebelum Perang Dunia I. 

Ketika The Great Depression memuncak pada tahun 1930, lembaga keuangan terpukul keras bersamaan dengan perdagangan; pada tahun 1930 saja, 1345 bank Amerika runtuh. Program New Deal oleh Franklin D. Roosevelt tidak cukup untuk membawa Amerika keluar dari resesi, dan baru setelah Perang Dunia Kedua dan program pengeluaran publik besar-besaran yang dihasilkannya, AS akhirnya pulih (Varoufakis, 2015, p.55).

Begitu perang mulai surut, para pembuat kebijakan Inggris dan Amerika menjadi khawatir bahwa resesi akan kembali terjadi. Untuk mengatasinya, pada tahun 1944, mereka mengorganisir Konferensi Bretton Woods, sebuah pertemuan para pemimpin global yang akan menentukan rancangan ekonomi global pascaperang. 

Dua institusi juga dirancang pada pertemuan ini dan masih berlanjut sampai sekarang, yaitu International Monetary Fund (IMF) dan World Bank. Peristiwa Bretton Woods pada tahun 1944 menandakan era baru dari globalisasi. Sistem Bretton Woods menguntungkan Amerika Serikat yang pada saat itu keluar dari Perang Dunia Kedua sebagai kekuatan utama dunia dengan surplus anggaran.

Rancangan Sistem Bretton Woods sedemikian rupa sehingga negara-negara hanya dapat menerapkan konvertibilitas ke emas untuk mata uang utama -- dolar Amerika Serikat. Negara-negara yang mengikuti sistem ini, menukarkan cadangan devisa mereka dengan dollar dan tidak dapat menurunkan nilai mata uangnya untuk meningkatkan daya saing barang ekspor mereka dalam perdagangan. Namun, seiring berjalannya waktu, Amerika Serikat menghadapi masalah besar. 

Biaya yang dikeluarkan dari Perang Vietnam memperbesar defisit anggaran mereka sehingga Amerika Serikat harus terus mencetak uang kertas baru untuk menutup defisit tersebut. Melihat hal ini, negara-negara yang terlibat dalam Sistem Bretton Woods mulai kehilangan kepercayaan terhadap dollar AS dan mempertanyakan simpanan emas dan juga komitmen mereka terhadap Perjanjian Bretton Woods. 

Banyak kemudian menuntut penukaran dollar oleh emas dengan nilai tukar tetap. Sampai akhirnya, pada tahun 1971 Presiden Robert Nixon mengumumkan bahwa dia mengakhiri pertukaran dolar dengan emas, dan segera sistem Bretton Woods terurai.

Surplus Recycling Mechanisms: Sesuatu yang Tanpanya, Kapitalisme Tidak Dapat Bertahan

Rencana Global terurai karena cacat desain utama dalam racangannya. John Maynard Keynes telah melihat kelemahan tersebut selama konferensi Bretton Woods tahun 1944 tetapi ditolak oleh Amerika. Apa itu? Itu adalah kurangnya Global Surplus Recycling Mechanism (GSRM) yang akan menjaga ketidakseimbangan perdagangan sistematis terus-menerus.

Daur ulang surplus merupakan komponen integral dari masyarakat mana pun yang mengatur produksi melalui pasar. Di zaman feodal, itu tidak perlu, karena, ingat dari apa yang telah kita diskusikan sebelumnya, distribusi datang setelah produksi. Namun, setelah sistem feodal runtuh, para pengusaha harus meminjam uang untuk melakukan produksi, dengan harapan bahwa pendapatan mereka di masa depan akan menunjukkan sedikit surplus (yaitu melebihi jumlah pinjaman, bunga, dan pembayaran sewa). Jadi, sejak saat itu distribusi pendapatan sebagian besar ditentukan sebelum panen tiba.

Ini berarti bahwa nilai 'barang' yang belum diproduksi dan surplus yang diantisipasi dari produksinya, didaur ulang dari masa depan ke masa kini. Dalam pengertian inilah daur ulang surplus selalu merupakan komponen integral dari kapitalisme. Secara umum, setiap sistem ekonomi mengandung unit-unit yang cenderung menunjukkan surplus dan unit-unit lain yang cenderung melaporkan defisit. Untuk menjaga keseimbangan, sistem harus menampilkan mekanisme daur ulang surplus yang mempertahankan aliran surplus dari masa depan ke masa kini, dari pusat perkotaan ke daerah pedesaan, dan dari daerah maju ke daerah kurang berkembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun