Mohon tunggu...
Kanopi FEBUI
Kanopi FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Kanopi FEBUI adalah organisasi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian, dan mengambil topik pada permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia secara makro. Selain itu, Kanopi FEBUI juga memiliki fungsi sebagai himpunan mahasiswa untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Ekonomi dimana seluruh mahasiswa ilmu ekonomi merupakan anggota Kanopi FEBUI.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pernikahan Dini: Happily Ever After?

7 Januari 2023   19:53 Diperbarui: 15 Januari 2023   02:00 2263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Grafik 1. Persentase pernikahan dini menurut kuartil konsumsi (IFLS, 2014)

Namun, meskipun program-program ini telah terbukti meningkatkan pencapaian pendidikan, tampaknya tidak ada efek signifikan pada usia pernikahan.

Mekanisme lain yang berfokus mengurangi biaya pendidikan bisa lebih efektif menunda pernikahan dini. Dengan kebijakan ini, orang tua mungkin lebih cenderung untuk memprioritaskan sekolah bagi anak-anaknya. 

Ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan keluarga untuk mengakses pendidikan. Perempuan yang lebih berpendidikan juga lebih mungkin untuk menikah dengan laki-laki yang berpendidikan lebih tinggi dengan potensi pendapatan yang lebih tinggi.

Pendidikan formal yang dikombinasikan dengan program pendidikan lain seperti Pendidikan vokasional atau pelatihan keterampilan hidup (life-skills) juga memiliki potensi untuk memberdayakan mereka agar dapat membuat keputusan yang lebih tepat mengenai masa depan mereka.

Selain kondisi ekonomi dan biaya pendidikan yang berperan dalam keputusan orang tua untuk menikahkan anak mereka lebih awal atau tidak, pernikahan anak juga sebagian besar merupakan fenomena budaya pada keluarga yang sering mengikuti norma sosial yang dominan di komunitas mereka. 

Norma sosial memang berkembang dari waktu ke waktu, tetapi norma sosial juga dapat dipengaruhi secara lebih efektif oleh kampanye informasi yang meningkatkan kesadaran tentang norma budaya tertentu dan konsekuensinya serta menyebabkan orang mempertanyakan tradisi tersebut. Pemerintah memiliki peran sentral dalam kampanye ini.

Di sisi lain melibatkan pemimpin adat, khususnya pemimpin perempuan, juga sangat krusial. Kepercayaan masyarakat yang tinggi pada para pemimpin tradisional dan kemampuan mereka untuk berbicara dengan pengalaman dan pengetahuan tentang kondisi dan budaya komunitas tertentu menjadikan suara mereka sangat kuat untuk mendorong perubahan. 

Memutus Mata Rantai Pernikahan Dini

Kasus pernikahan dini memang bukan fenomena sosial baru dalam masyarakat,  namun masih menjadi masalah yang butuh perhatian khusus. 

Dampaknya secara signifikan terasa dalam sektor ketenagakerjaan, khususnya pencapaian pendidikan, partisipasi angkatan kerja, dan pengambilan keputusan dalam rumah tangga. 

Pernikahan dini juga menjadi faktor substansial yang menyebabkan kemiskinan pada rumah tangga, akibat keputusan impulsif untuk menikah tanpa memikirkan biaya jangka panjang yang harus ditanggung.

Pemerintah memiliki berbagai tools untuk mengurangi prevalensi perkawinan anak dan untuk mengurangi konsekuensinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun