Mohon tunggu...
Kanopi FEBUI
Kanopi FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Kanopi FEBUI adalah organisasi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian, dan mengambil topik pada permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia secara makro. Selain itu, Kanopi FEBUI juga memiliki fungsi sebagai himpunan mahasiswa untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Ekonomi dimana seluruh mahasiswa ilmu ekonomi merupakan anggota Kanopi FEBUI.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Fenomena Urban Sprawl di Jakarta: Paradoks Kebijakan Pembangunan Ibu Kota

26 Agustus 2022   20:23 Diperbarui: 27 Agustus 2022   16:44 4009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akibatnya , lebih dari 30 kawasan perumahan baru telah dibangun dari 1990 sampai 2010. Pembangunan permukiman-permukiman tersebut juga lebih gencar akibat lemahnya sistem perizinan pemerintah atas penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) (Supriatna, 2019).

Meskipun demikian, urban sprawl memberi dampak yang cukup signifikan pada kota Jakarta dan penduduknya. Selain menyebabkan ketergantungan besar pada kendaraan pribadi, kerusakan habitat satwa, dan pemanfaatan ruang kota yang tidak bersinergi, fenomena ini berdampak besar pada perekonomiannya. Bahkan, fenomena urban sprawl tidak hanya berdampak pada perekonomian Jakarta, tetapi juga mencerminkan keadaan ekonominya.

Perekonomian di Balik 'Urban Sprawl'

Seperti urban sprawl, perekonomian di balik fenomena ini berbentuk kompleks dan tidak dapat dikatakan sebagai gejala yang benar-benar baik atau buruk.

Di satu sisi, urban sprawl dapat menyebarkan manfaat-manfaat perkotaan pada wilayah rural, seperti peningkatan produktivitas tenaga kerja, pendorongan investasi dan pembangunan ekonomi (Huang, et. al, 2015).

Pertama, peningkatan jumlah penduduk di kawasan baru yang mengakibatkan peningkatan angkatan kerja dapat menggencarkan pertumbuhan ekonomi.

Kedua, penyebaran urbanisasi pada wilayah-wilayah rural mendiversifikasi sektor-sektor kerja yang dulunya hanya bergantung pada agrikultur. Dari sini, pemindahan tenaga kerja dari sektor agrikultur menuju sektor manufaktur dan servis menambahkan jumlah tenaga kerja yang relatif murah untuk konstruksi dan pengembangan kota, lantas mengurangi biaya tenaga kerja perusahaan.

Ketiga, karena tenaga kerja manufaktur dan servis -- yang cenderung lebih berpendapatan tinggi -- meningkat, permintaan konsumsi juga naik dan memberi insentif kepada produsen untuk meningkatkan input dan memperluas skala produksi, lantas meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Namun, di sisi lain, manfaat-manfaat urban sprawl diimbangi dengan dampak-dampak buruknya yang signifikan. Salah satu kritik terbesar mengenai urban sprawl adalah kegagalan pasar yang ditimbulkannya, seperti kegagalan memperhitungkan manfaat ruang publik yang terbuka, kegagalan memperhitungkan biaya kemacetan jalan, dan kegagalan pengembang real estate untuk memperhitungkan semua biaya infrastruktur publik (Brueckner, 2000).

Selain itu, terdapat juga eksternalitas negatif emisi karbon yang meningkat karena ketergantungan kendaraan pribadi pada urban sprawl serta penurunan aktivitas ekonomi di pusat kota karena fenomena dekonsentrasi penduduk menuju wilayah pinggirannya.

Apa yang Mencolok dari 'Urban Sprawl' Jakarta?

Manfaat-manfaat serta dampak buruk general urban sprawl dapat terlihat dengan jelas di ibukota Jakarta.

Sebagai contoh, eksternalitas negatif biaya kemacetan jalan yang diakibatkan oleh urban sprawl sangat berdampak pada kehidupan penduduk Indonesia. Pengembangan kawasan-kawasan perumahan swasta di pinggiran Jakarta belakangan ini menyebabkan karena banyak penduduk di pinggiran kota Jakarta perlu menggunakan kendaraan pribadi untuk jalan ke pusat kota untuk beraktivitas, 80% dari semua perjalanan di Jakarta menggunakan kendaraan pribadi, yang menyebabkan Jakarta untuk mengalami kerugian 3.5 triliun dollar AS per tahun karena kemacetan jalan (Wismadi et. al, 2013).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun