Mohon tunggu...
Kanopi FEBUI
Kanopi FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Kanopi FEBUI adalah organisasi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian, dan mengambil topik pada permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia secara makro. Selain itu, Kanopi FEBUI juga memiliki fungsi sebagai himpunan mahasiswa untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Ekonomi dimana seluruh mahasiswa ilmu ekonomi merupakan anggota Kanopi FEBUI.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bagaimana 'Kekerdilan' Mengancam Perekonomian?

17 Mei 2017   20:11 Diperbarui: 17 Mei 2017   21:31 2138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berapa PDB per kapita sebuah negara sekarang jika tidak ada satupun dari para pekerja saat ini mengalami stunting saat balita? 

Hasilnya menunjukkan rata-rata negara di dunia kehilangan 7% GDP per kapita yang seharusnya mereka nikmati jika dapat mencegah persoalan stunting lebih awal. Angka yang lebih tinggi bahkan ditunjukkan di wilayah Asia dan Afrika, yakni 9-10%.

Berangkat dari data ini, kita sepakat bahwa stunting adalah persoalan serius. Akan tetapi, bila ditanggulangi lebih awal dengan well-designed policy, dampak negatifnya bagi perekonomian dapat diminimalisasi, meskipun hasilnya baru akan dirasakan di kemudian hari. Oleh karena itu, diperlukan intervensi untuk mengurangi stunting. Semakin efektif intervensi yang dilakukan, semakin efisien biayanya dan semakin besar manfaat ekonominya.

Kehilangan Generasi Unggul

Salah satu tantangan pembangunan yang menjadi tugas sejarah generasi sekarang adalah menyiapkan generasi penerus yang unggul. Akan tetapi, stunting dapat menghambat hadirnya manusia-manusia baru, generasi pengganti, yang unggul secara kualitas tersebut. Oleh sebab itu, investasi untuk modal manusia harus lebih difokuskan pada perbaikan gizi dan kesehatan anak usia dini. 

Studi membuktikan waktu terbaik untuk berinvestasi pada modal manusia (human capital) adalah saat usia dini. Investasi pada anak usia di bawah tiga tahun (batita) memiliki tingkat pengembalian lebih tinggi dibanding investasi pada usia lainnya. Hasil studi ini menunjukkan bahwa setiap satu dolar yang digunakan untuk investasi dalam rangka mengurangi stunting pada tiga tahun pertama kelahiran bayi, diperkirakan mampu menghasilkan pengembalian sebesar 18 dolar.

2-591c4b3f757a6147068b4568.png
2-591c4b3f757a6147068b4568.png
Sumber: heckmanequation.org

Alasannya sederhana, usia 0-3 tahun adalah periode krusial bagi perkembangan otak anak, baik secara kognitif seperti memahami angka dan simbol maupun secara sosial. Ketidakhadiran nutrisi yang cukup pada anak disebabkan oleh kondisi ekonomi orangtua yang tidak mampu mencukupinya. Dampaknya, mereka memiliki kesempatan lebih kecil untuk memperbaiki status ekonomi ketika tumbuh dewasa.

Satu hal lagi yang patut dicatat adalah stunting secara jasmani dapat berimbas pada apa yang disebut sebagai kekerdilan daya pikir. Menurut Boediono (2016), stunting juga dapat terjadi pada alam pikir manusia. Gejala adanya kekerdilan daya pikir ini penting untuk diwaspadai, dan barangkali justru lebih penting daripada kekerdilan jasmani, apabila kita percaya bahwa jasmani manusia digerakkan oleh ruhaninya.

Berangkat dari fakta ini, benang merah yang dapat ditarik adalah memaksimalkan intervensi dengan memberi asupan gizi cukup pada anak usia golden age akan lebih menguntungkan dibanding upaya intervensi apapun di usia lain, seperti pendidikan dan pelatihan kerja. Namun, tampaknya realita ini masih tidak cukup meyakinkan sejumlah pembuat kebijakan, khsusnya di Indonesia. Indikator paling sederhana dapat dilihat dari struktur alokasi anggaran. Proporsi alokasi untuk kesehatan ternyata empat kali lebih kecil dibanding alokasi untuk pendidikan.

Intervensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun