Jalur yang paling berat menurut saya adalah jalur sebelum puncak bayangan. Disebut puncak bayangan karena dilihat dari bawah, terlihat ujung gunung. Namun ketika kita terus menuju kesana, dibalik “puncak” tersebut, terdapat puncak yang asli. Jalur ini juga yang banyak mematahkan hati dan semangat para pendaki.
Dengan sisa tenaga dan tekad bulat, saya tetap melaju ke atas. Lima langkah turuh tiga langkah dan berhenti untuk mengambil nafas. Begitu seterusnya sampai akhirnya saya berhasil menjejakkan kaki di Puncak Mahameru pukul 07.45. Saya, sahabat saya Adi, dan puluhan pendaki berhasil menggapai “puncak abadi para dewa” ini. Selasa, 5 September 2013 kami berada di tanah tertinggi di pulau jawa. Dari ratusan pendaki, hanya sekitar 30an yang berhasil mencapai tanah tertinggi Pulau Jawa ini.
Sesampai diatas, saya mengabadikan pemandangan yang menakjubkan. Di sebelah utara berjajar Pegunungan Tengger dan Bromo. Sebelah tenggara terlihat kawah Jonggring Saloko yang masih aktif. Sebelah barat terlihat kota Malang (kalau tidak salah). Sedangkan pemandangan di sebelah timur dan selatan adalah lautan awan yang menggumpal-gumpal. Tiba-tiba kami dikejutkan oleh ledakan dahsyat. Ternyata kawah JonggringSaloko baru saja memuntahkan bom vulkanik. Terlihat kepulan asap berwarna putih kekuningan berbentuk cendawan di atas kawah jonggring. Ada perasaan takut, jangan-jangan angin berbalik arah menuju puncak. Jika demikian matilah kami yang berada di Puncak Mahameru. Konon Soe Hok Gie dan Idhan Dhanvantari Lubis gugur di sini karena menghirup asap vulkanik Semeru yang mengandung racun.
Usai menikmati pemandangan kami memutuskan untuk segera turun. Perjalanan turun lebih mudah daripada naik. Kami tinggal meluncur ke bawah dan pasir semeru membantu meluncurkan badan kami. Namun harus hati-hati karena licin. Bisa-bisa kita bisa terguling dari atas. Wow...nyawa taruhannya. Akhirnya kami kembali tiba di tenda Kalimati pukul 11.30. Kami memasak, makan, kemudian beristirahat.
Pukul 15.00 kami membereskan tenda dan peralatan lainnya. Pukul 16.00 kami turun menuju Ranu Kumbolo. Tiba di Ranu Kumbolo pukul 18.00. kami istirahat dan makan malam. Selanjutnya perjalanan kami lanjutkan pukul 19.00 menuju Ranu Pani. Ternyata perjalanan ke Ranu Pani terasa lebih berat daripada perjalanan dari Ranu Pani menuju Ranu Kumbolo. Hal ini karena kami terlalu lelah. Beban di pundak terasa semakin berat. Di sepanjang perjalanan kami menemui para pendaki yang hendak menuju ranu kumbolo. Ratusan jumlahnya
Akhirnya, kami tiba di Ranu Pani pukul 23.30. Istirahat, tidur!. Pagi harinya, dengan perasaan puas kami bangun, sarapan pagi, kemudian turun ke tempat parkir angkutan jip. Kami harus menunggu sampai pukul 13.00 untuk mendapatkan tumpangan menuju Pasar Tumpang. See u Mahameru. I’ll meet u next time!
***
Untuk saat ini membicarakan Semeru barangkali tidak bisa dilepaskan dengan membicarakan Film 5 cm. Ya, disinyalir banyak orang tertarik ke semeru karena “terinspirasi” oleh film ini. Bagi saya, sah-sah saja jika ada orang yang mau ke Semeru karena terpengaruh Film 5 cm. Namun yang tidak bisa ditolerir adalah sampah! Siapa yang membuang sampah sembarangan? Tentu saja para pendaki yang tidak bertanggung jawab. Jika anda kesana sekarang, anda akan menjumpai berbagai macam sampah berserakan, terutama di Ranu Pani, Ranu Kumbolo, dan Kalimati. Bahkan di Kalimati saya mendapati puluhan kaleng gas yang ditinggal begitu saja bersama beberapa trash bag yang penuh dengan sampah. Saya berharap kita bisa bertanggung jawab terhadap sampah yang kita timbulkan sendiri. Ingat, anak cucu kita juga berhak “mencumbui” pasir Semeru dan alam Indonesia lainnya.
Pare, 11 September 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H