Mahameru sampaikan sejuk embun hati
Mahameru basahi jiwaku yang kering
Mahameru sadarkan angkuhnya manusia
Puncak abadi para dewa
(Mahameru, Dewa 19)
Nyanyain mahameru dewa 19 selalu terngiang-ngiang ketika saya melakukan perjalanan menuju puncak tertinggi pulau jawa. Ya, tanggal 2 september 2013 lalu saya dan satu teman saya, Tri Adi S ke Mahameru. Perjalanan yang tidak akan terlupakan sepanjang sejarah hidup saya. Perjalanan yang mengasah kekuatan fisik dan keteguhan keyakinan pada kemampuan diri. Yup, begini kira-kira cerita pendakian kami secara kronologis:
Kami sampai tumpang pukul 13.00. Sudah ada 1 jip yang menunggu. Sayangnya kami harus menunggu satu jam untuk menunggu calon penumpang lain. Akhirnya pukul 14.00 ada 4 orang dalam rombongan yang bergabung dengan jip kami. Berangkatlah kami menuju Ranu Pani. Perjalanan ditempuh sekitar 2 jam. Sepanjang perjalanan saya berdecak kagum menikmati panorama yang disajikan. Kami melewati desa Ngadas yang dihuni suku tengger asli. Selanjutnya terpampang gunung yang terkenal eksotis: gunung bromo. Di bawah gunung bromo terdapat oro-oro (padang) yang sangat lebar. Jika hendak menuju bromo, kami harus melewati oro-oro tersebut. Dari kejauhan, gunung tujuan kami terlihat anggun dengan puncak pasirnya yang masih mengeluarkan asap vulkanik.
Jip tetap berjalan menuju di desa terakhir di lereng gunung semeru:Ranu Pani. Kami tiba di Ranu Pani tepat pukul 16.00. Dari area parkir jib, kami harus berjalan sekitar 10 menit untuk menuju Ranu Pani Resort, tempat pendaftaran para pendaki. Kawasan Gunung Semeru merupakan taman nasional yang dikelola oleh TNBTS.
Loket tutup pukul 16.00 tepat. kami harus mengejar waktu supaya masih diijinkan untuk mendaftar. Pukul empat sore lewat, kami hampir tidak diperkenankan mendaftar. Dengan sedikit memohon akhirnya kami berhasil mendaftar, namun dengan catatan kami harus berangkat pagi hari. Kami tidak diperkenankan berangkat sore itu juga karena menurut petugas resot ada pendaki yang hilang sudah dua hari ini. Kami pun mengikuti saran petugas. Menurut kabar, akhirnya pendaki yang hilang dapat ditemukan. Syukurlah.
Hawa dingin menusuk. Saya mengeluarkan semua senjata yang ada untuk mengusir hawa dingin. dari dekat terlihat danau Ranu Pani tenang tak beriak. Kabut tipis menggelantung di atas permukaan air. Sore berganti malam. Hawa semakin dingin. kami beristirahat di samping musola Ranu Pani Resort.
Pagi menjelang. Pukul 06.00 kami sudah siap memulai pendakian yang pastinya sangat menyenangkan dan melelahkan. Ranu Kumbolo tujuan pertama kami. Jarak Ranu Pani-Ranu Kumbolo sekitar 15 km bisa ditempuh 3-4 jam. Kami melewati sawah-sawah penduduk yang ditanami sayur mayur. Jalan pertama relatif datar melewati hutan belantara yang masih sangat lebat. Sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan berupa pohon-pohon yang masih asri. Burung-burung tak henti-henti merilis nyanyian alam yang memunculkan perasaan bahagia. Sempat kami melihat gerombolan kera hitam yang menggelantung di pucuk-pucuk pohon. Sepertinya mereka asyik bercanda satu sama lain, ikut merasakan suasana hati kami yang sedang riang. Konon, jika beruntung pendaki bisa melihat macan tutul (what? Beruntung? Bahaya kaliiii..). sayang kami tidak melihat hewan langka tersebut.