Mohon tunggu...
Kang Zeze
Kang Zeze Mohon Tunggu... Wiraswasta - Akademisi STIKes Kuningan & Pegiat Literasi Jawa Barat

Seorang yang senang berkelana dan berpetualang, menulis dan aktif dalam kegiatan sosial dan literasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Notasi Numerasi dalam Senandung Kampung Literasi

19 September 2023   13:00 Diperbarui: 19 September 2023   13:04 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Embun pagi yang indah berseri

Menyapa jiwa semangat baru

Mentari hangat menyejukan hati

Membawa pesan kedamaian

Dikampung ini kami belajar

Menimba ilmu bersama

Pandai membaca dan juga menulis

untuk masa depan yang sejahtera

Kampung literasi ruang kita belajar

Mewujudkan cita-cita yang mulia

Kampung literasi rumah kita bersama

Membawa harapan tuk Indonesia

................................................................

Begitulah lirik senandung kampung literasi yang kerap kali dinyanyikan oleh anak-anak maupun warga masyarakat yang ada di desa Kalimanggiskulon yang kini sudah tidak asing lagi dengan sebutan Kampung Literasi. Sebuah kampung yang sedang menggeliat gerakan literasinya sejak berdirinya Taman Bacaan Masyarakat Hipapelnis Kuningan pada tahun 2015 yang lalu. Dikampung ini masyarakatnya sangat mencintai seni budaya dan senang bermain alat musik tradisional seperti gamelan, calung, kacapi dan sebagian anak mudanya mempelajari alat musik modern sesuai dengan perkembangan zamannya.

Berbicara mengenai musik otomatis berbicara tentang keindahan dan estetikanya. Sebagian orang menyukai musik, entah dia orang biasa atau bahkan seorang presiden ialah makhluk yang memiliki bakat natural. Salah satunya untuk musik. Dia bisa jadi pemain musik handal, atau jadi penikmat musik total. Tidak ada yang pernah tahu kapan musik pertama dimulai. Sebab setiap bebunyian di alam, punya nadanya sendiri. Guntur menggelegar, angin berhembus, bahkan batu pun bisa bernyanyi. 

Dalam keseharian, musik jadi wakil tersendiri ketika kita sedih, senang, gundah, bingung, takut, marah, dan bahagia. Musik tak segan memberi kita ruang untuk berekspresi. Tak ada manusia yang tidak menyukai musik. Musik adalah inspirasi, yang mengiringi setiap hari. Musik memberi kehidupan dan menjadi kawan juga kenangan karena musik yang indah dapat menciptakan kebahagiaan bagi orang yang mendengarkannya. Unsur musik sebenarnya ada dalam kehidupan kita, sama halya ketika kita sedang berbicara kalau tanpa unsur musik apa jadinya mungkin akan sama seperti robot bahkan membaca kitab sucipun ada unsur musiknya. 

Tanpa unsur musik sepertinya hidup manusia akan tampak menyeramkan. Musik sendiri merupakan peniruan suara alam, seperti halnya suling peniruan suara burung, Gong peniruan suara halilintar dll. Musik adalah bahasa universal yang dapat dinikmati semua orang. musik itu sendiri tentunya disebabkan oleh berbagai macam faktor mulai dari unsur notasi, warna musik, karakter musik, aransemen musik, atau liriknya sehingga menghasilkan melodi dan harmonisasi lagu yang indah dari berbagai alat musik yang dimainkan bersama.

Musik merupakan media, yang tidak hanya dapat mendobrak dimensi ruang dan waktu, tapi dapat menyentuh hati, jiwa manusia, dalam berbagai lapisan kehidupan. Sama halnya seperti proses saat memasak, ketika semua unsur pembentuk musik tadi diramu dengan baik dan cerdas, maka akan lahirlah sebuah hidangan yang akan menggugah selera para penikmat musik dan tentunya akan ada kebanggaan tersendiri bagi sang "chef" nya kalau hidangannya sedap dinikmati oleh semua orang.

Bila kita belajar musik, tentu sangat erat kaitannya dengan numerasi baik angka, simbol, lambang, nada dan kita tentunya juga akan belajar mengenal notasi. Notasi atau biasa disingkat “not” adalah simbol dalam musik untuk suara dengan pitch tertentu. Ada dua macam not, yaitu not balok dan not angka. Not angka , sesuai namanya, yaitu notasi yang dilambangkan dengan angka-angka. Sedangkan not balok adalah notasi yang dilambangkan dengan bulatan-bulatan, baik bertangkai ataupun tidak yang diletakkan di dalam garis-garis paranada. 

Garis paranada adalah berupa 5 garis sejajar dan spasi-spasi yang berguna untuk meletakkan lambang untuk tiap nada menunjukkan durasi dan ketinggian nada tersebut. Tinggi nada digambarkan secara vertikal sedangkan waktu (ritme) digambarkan secara horisontal durasi nada ditunjukkan dalam ketukan. Dalam notasi balok, sistem paranada bergaris lima digunakan sebagai dasar. Bersama dengan keterangan mengenai tempo, ketukan, dinamika,dan instrumentasi yang digunakan, not ditempatkan pada paranada dan dibaca dari kiri kekanan. 

Durasi nada dilambangkan dengan nilai not yang berbeda-beda, sedangkan tinggi nada dilambangkan dalam posisi not secara vertikal pada paranada. Interval dua not yangdipisahkan satu garis paranada (yaitu berada pada dua spasi yang bersebelahan).

Oleh karena itu jika kita ingin membuat sebuah musik yang menghasilkan lagu yang indah dan enak di dengar, kita bisa melakukan beberapa hal berikut; pertama-tama kita harus tentukan tema lagunya, entah tema percintaan, persahabatan, religi, lingkungan, patriotisme, dan lain-lain. Tema yang paling mudah dibuat adalah tema percintaan dan persahabatan. Setelah menentukan temanya, barulah kita mulai membuat liriknya. Ingat, menyusun lirik sebelum membuat notasi/nadanya itu akan lebih mudah dibanding membuat notasi/nadanya dahulu baru liriknya.

Susunlah lirik itu sebagus mungkin sesuai selera. Liriknya sudah siap, selanjutnya tentukan lah genre musik yang ingin kita pilih. Ingin genre pop? rock? jazz? blues? atau bahkan dangdut?. Setiap genre punya warna dan notasi yang berbeda. Genre dengan notasi paling mudah dan paling komersial ialah genre pop. Baik, setelah genre musiknya sudah kita tentukan, kita berlanjut ke tahap yang paling saya sukai, yakni membuat notasi/nadanya. Membuat notasi bisa dengan menggunakan not angka ataupun not balok.

Untuk yang belum paham dengan not balok, bisa dengan not angka. Dan instrumen yang bisa kita gunakan untuk membuat notasi ada banyak ragamnya. Instrumen yang paling sering digunakan ialah gitar dan keyboard/piano. Perlu diingat bahwa notasi/nada yang bagus itu bisa jadi nilai lebih dari lagu yang kita buat. 

Misalnya, walaupun kita membuat sebuah lirik yang sederhana, tapi jika notasi/nadanya indah, itu bisa menjadi daya tarik yang kuat dari lagu yang kita buat. Setelah notasinya jadi, kita tentukan lagu yang kita buat ini konsepnya seperti apa. Ingin konsep akustik? Band? Atau bahkan orkestra? Karena lagu yang kita ciptakan itu menunjukkan sense of art dalam diri kita. Oleh karena itulah ketika akan membuat lagu kita juga harus menguasi sastra lagu, pelajaran mengenai pemakaian kata dalam lagu seperti halnya penyair untuk memperkuat esensi lagunya.

Musik sebenarnya jauh lebih dulu ada sebelum simbol dan lambang. Musik bukan hanya belajar notasi tetapi sebuah proses belajar yang terus menerus. Belajar musik sama halnya seperti belajar numerasi dan matematika dimana kita harus pandai dalam membaca notasi, memainkan dan menggabungkan nada, menuliskan lirik sehingga menjadi sebuah lagu yang utuh. Itulah mengapa kita harus menguasi kemampuan literasi numerasi karena sangat dibutuhkan dalam kehidupan kita sehari-hari dalam berbagai bidang.

Seperti yang telah kita ketahui, perkembangan zaman ditentukan pula dari perkembangan ilmu pengetahuannya. Sejarah mencatat, bangsa Indonesia adalah termasuk bangsa yang berkebudayaan tinggi baik dalam bidang baca tulis, numerasi dan seni budaya maupun bidang lainya. 

Hal ini dapat diketahui dari warisan budaya yang ditinggalkannya seperti Candi Borobudur, Candi Muara Jambi dan beberapa bangunan besar lainnya. Tentu saja bangunan tersebut dibuat oleh tangan-tangan manusia yang sangat cerdas, karena hanya bangsa yang berkebudayaan tinggi yang mampu menciptakan bangunan yang megah. Mereka menggunakan kemampuan numerasinya untuk mengukur, mendesign bangunan hingga mempunyai nilai estetika yang indah.

Selain itu kita dapat mengetahui bahwa nenek moyang kita pada zaman dahulu sangat senang dengan seni dan musik, terbukti banyak simbol juga gambar di relief Candi Borobudur yang menceritakan kondisi masyarakat pada saat itu yang senang bermain alat musik, menari dan berkesenian. Mereka menganggap bahwa musik adalah sebuah ritual kepada Sang Pencipta. Contoh lainnya pada zaman dahulu hingga sekarang di daerah Rancakalong, Sumedang ada kesenian Tarawangsa yang digelar saat musim panen tiba sebagai wujud syukur kepada Tuhan yang telah memberikan anugerahnya kepada manusia, namun berbeda dengan zaman sekarang yang menganggap musik hanya sebagai hiburan semata. 

Jika kita melihat pada sejarah di zaman purbakala banyak bangsa-bangsa yang bermukim sepanjang sungai-sungai besar. Bangsa Mesir sepanjang sungai Nil di Afrika, bangsa Hindu sepanjang sungai Indus dan Gangga. Sejarah menunjukkan bahwa permulaan numerasi dan matematika berasal dari bangsa yang bermukim sepanjang aliran sungai tersebut. Mereka memerlukan perhitungan, penanggalan yang bisa dipakai sesuai dengan perubahan musim. Diperlukan alat-alat pengukur untuk mengukur persil-persil tanah yang dimiliki. Peningkatan peradaban memerlukan cara menilai kegiatan perdagangan, keuangan dan pemungutan pajak. Untuk keperluan praktis itu diperlukan bilangan-bilangan.

Bilangan pada awalnya hanya dipergunakan untuk mengingat jumlah, namun dalam perkembangannya setelah para pakar matematika menambahkan perbendaharaan simbol dan kata-kata yang tepat untuk mendefenisikan bilangan maka matematika menjadi hal yang sangat penting bagi kehidupan dan tak bisa kita pungkiri bahwa dalam kehidupan keseharian kita akan selalu bertemu dengan yang namanya bilangan, karena bilangan selalu dibutuhkan baik dalam teknologi, sains, ekonomi ataupun dalam dunia musik, filosofi dan hiburan serta banyak aspek kehidupan lainnya.

Bilangan dahulunya digunakan sebagai symbol untuk menggantikan suatu benda misalnya kerikil, ranting yang masing-masing suku atau bangsa memiliki cara tersendiri untuk menggambarkan bilangan dalam bentuk simbol.

Bapak Mendikbud (2017) menyatakan bahwa, Bangsa yang maju tidak dibangun hanya dengan mengandalkan kekayaan alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang banyak. Bangsa yang besar ditandai dengan masyarakatnya yang literat, yang memiliki peradaban tinggi, dan aktif memajukan masyarakat dunia. Keberliterasian dalam konteks ini bukan hanya masalah bagaimana suatu bangsa bebas dari buta aksara, melainkan juga yang lebih penting, bagaimana warga bangsa memiliki kecakapan hidup agar mampu bersaing dan bersanding dengan bangsa lain untuk menciptakan kesejahteraan dunia.

Dengan kata lain, bangsa dengan budaya literasi tinggi menunjukkan kemampuan bangsa tersebut berkolaborasi, berpikir kritis, kreatif, komunikatif sehingga dapat memenangi persaingan global. Sebagai bangsa yang besar, Indonesia harus mampu mengembangkan budaya literasi sebagai prasyarat kecakapan hidup abad ke-21 melalui pendidikan yang terintegrasi, mulai dari keluarga, sekolah, sampai dengan masyarakat.

Penguasaan enam literasi dasar yang disepakati oleh World Economic Forum pada tahun 2015 menjadi sangat penting tidak hanya bagi peserta didik, tetapi juga bagi orang tua dan seluruh warga masyarakat. Enam literasi dasar tersebut mencakup literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya dan kewargaan.

Dalam perjalanannya menyebarkan virus literasi dan budaya gemar membaca di masyarakat kampung literasi TBM Hipaplenis memfokuskan pada 3 literasi dasar yakni Literasi Baca Tulis, Literasi Numerasi dan Literasi Seni Budaya dan Kewargaan.

Literasi Baca Tulis

Salah satu di antara enam literasi dasar yang perlu kita kuasai adalah literasi baca-tulis. Membaca dan menulis merupakan literasi yang dikenal paling awal dalam sejarah peradaban manusia. Keduanya tergolong literasi fungsional dan berguna besar dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat di kampung literasi TBM Hipapelnis melakukan berbagai kegiatan literasi baca tulis didalam kesehariannya seperti kegiatan Gerobak Baca Keliling yang berkeliling kampung guna memfasilitasi kebutuhan warga akan bahan bacaan dan menjangkau daerah terpencil. 

Sebelum senam bersama ibu-ibu biasanya membaca buku yang berhubungan dengan kesehatan dan olah raga, selain itu pelatihan produktif menulis buku bersama para pelajar menghasilkan sebuah buku yang berjudul Fajar Literasi di Timur Kuningan sebagai salah satu produk dari literasi baca tulis di KL TBM Hipapelnis, kini masyarakat mulai sadar akan pentingnya gemar membaca dengan hadirnya TBM diharapkan mampu mengurangi kemiskinan informasi di masyarakat. Dengan memiliki kemampuan baca-tulis, seseorang dapat menjalani hidupnya dengan kualitas yang lebih baik.

Terlebih lagi di era yang semakin modern yang ditandai dengan persaingan yang ketat dan pergerakan yang cepat. Kompetensi individu sangat diperlukan agar dapat bertahan hidup dengan baik. Membaca merupakan kunci untuk mempelajari segala ilmu pengetahuan, termasuk informasi dan petunjuk sehari-hari yang berdampak besar bagi kehidupan. Ketika menerima resep obat, dibutuhkan kemampuan untuk memahami petunjuk pemakaian yang diberikan oleh dokter. Jika salah, tentu akibatnya bisa fatal. Kemampuan membaca yang baik tidak sekadar bisa lancar membaca, tetapi juga bisa memahami isi teks yang dibaca. Teks yang dibaca pun tidak hanya katakata, tetapi juga bisa berupa simbol, angka, atau grafik.

Literasi Numerasi

Lalu apa sih yang di maksud dengan Literasi Numerasi? Sebuah istilah yang jarang di dengar namun sering dilakukan dalam keseharian kita. Literasi Numerasi adalah kecakapan untuk menggunakan berbagai macam angka dan simbol yang terkait dengan matemaika dasar dan utuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari. 

Secara sederhana, numerasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengaplikasikan konsep bilangan dan keterampilan operasi hitung didalam kehidupan sehari-hari misalnya, di rumah, pekerjaan, dan partisipasi dalam kehidupan masyarakat dan sebagai warga negara yang mampu menginterpretasi informasi kuantitatif yang terdapat di sekeliling kita. Kemampuan ini ditunjukkan dengan kenyamanan terhadap bilangan dan cakap menggunakan keterampilan matematika secara praktis untuk memenuhi tuntutan kehidupan. Kemampuan ini juga merujuk pada apresiasi dan pemahaman informasi yang dinyatakan secara matematis, misalnya grafik, bagan, dan tabel.

Ternyata literasi numerasi sangat dekat didalam aktivitas manusia, waktu, logika dan imajinasi. Numerasi bukanlah sesuatu yang baru, yang digagas oleh World Economic Forum atau OECD. Ketika kita menguasai numerasi, kita akan memiliki kepekaan terhadap numerasi itu sendiri (sense of numbers) dan kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita mampu menerapkan kepekaan tersebut, kita akan menjadi bangsa yang kuat karena mampu memelihara dan mengelola sumber daya alam dan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain dari segi sumber daya manusia.

Kegiatan peningkatan literasi Numerasi di kampung literasi TBM Hipapelnis sebenarnya sudah lama dilaksanakan namun penulis menyadari tentang konsep numerasi setelah mengikuti kegiatan Residensi (magang) di Kampung Literasi Rumah Baca Evergreen, Jambi beberapa bulan yang lalu bersama para pegiat literasi dari berbagai daerah di Indonesia. Kegiatan Numerasi yang sudah dilakukan di kampung literasi kami ditunjukan dalam berbagai hal seperti, perencanaan waktu, konsep pemetaan (design) area kampung pada saat pencanangan kampung literasi bulan Agustus 2017 lalu yang melibatkan berbagai pihak baik pemerintah, warga masyarakat dan tokoh agama. 

Pelatihan Kewirausahaan bagi ibu-ibu yang mempunyai usaha kecil menengah (UKM)  dimana kampung literasi TBM Hipapelnis memfasilitasi wirausaha untuk belajar memaksimalkan potensi yang ada didesa baik produk makanan maupun kerajinan dan pelatihan multimedia bagi para pemuda dalam pembuatan design logo UKM berbasis teknologi informasi dan komunikasi sehingga lahirlah 10 unit usaha baru binaan kampung literasi TBM Hipapelnis. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.  

Yang tidak kalah penting adalah usaha untuk mengenalkan literasi numerasi kepada masyarakat tercermin dalam pembuatan lagu Senandung Kampung Literasi yang digarap oleh pemuda setempat guna mempromosikan kampung literasi kepada masyarakat agar dapat diterima dengan mudah baik informasi program maupun pengetahuan warga tentang konsep kampung literasi. Lagu tersebut diaransemen oleh seniman muda asal kota Kuningan yang kini berkiprah di kota Bandung, Kang Gugun Gumelar (mahasiswa ISBI semester 8 jurusan Karawitan). 

Kami menggarap lagu ini bersama dari mulai membuat lirik lagu yang sesuai dengan konsep kampung literasi, menuliskan notasi lagu dan mengubahnya kedalam nada-nada diiringi oleh musik keyborad bernuansa etnik Indonesia. Lagu ini bercerita tentang suasana kampung literasi yang asri, damai dan literat warganya. 

Memberi semangat warganya untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat, tidak mengenal waktu dan batas usia. Kampung tempat menimba ilmu bersama alam, tidak hanya pandai membaca tetapi juga menulis untuk masa depan yang cerah. Sebuah perubahan dari desa untuk kemajuan bangsa dan negara, sesuai dengan visi misi kampung literasi TBM Hipapelnis Kuningan yakni membangung bangsa dari desa.

Literasi Seni Budaya dan Kewargaan

Literasi seni budaya merupakan kemampuan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa. Sementara itu, literasi kewargaan adalah kemampuan dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara. Dengan demikian, literasi budaya dan kewargaan merupakan kemampuan individu dan masyarakat dalam bersikap terhadap lingkungan sosialnya sebagai bagian dari suatu budaya dan bangsa. Literasi budaya dan kewargaan menjadi hal yang penting untuk dikuasai di abad ke-21.

Indonesia memiliki beragam suku bangsa, bahasa, kebiasaaan, adat istiadat, kepercayaan, dan lapisan sosial. Sebagai bagian dari dunia, Indonesia pun turut terlibat dalam kancah perkembangan dan perubahan global. Oleh karena itu, kemampuan untuk menerima dan beradaptasi, serta bersikap secara bijaksana atas keberagaman ini menjadi sesuatu yang mutlak. 

Kegiatan peningkatan seni budaya dan kewargaan di kampung literasi TBM Hipapelnis Kuningan diantaranya dengan adanya sanggar seni Kanca Hipapelnis yang memfasilitasi warga dan generasi muda agar dapat melestarikan seni budaya lokal sehingga terbangun karakter bangsa yang cinta budaya dan mengangkat kearifan lokal kami bekali generasi mudanya dengan belajar gamelan sunda, tari tradisional dan bermain angklung bagi anak-anak usia SD dan SMP agar mereka tidak lupa dengan budayanya.

Selain itu kami juga mengadakan kegiatan sarasehan seni budaya dengan mengundang pakar seni tari dan membina remaja puterinya untuk menari tradisional dan pakar seni rupa dalam kegiatan melukis dengan tema kampung literasi. Berbagi jenis lomba menggambar dan mewarnai menjelang 17 Agustus guna memeriahkan hari kemerdekaan kita. Tidak hanya itu, masyarakat bergotong royong menghias kampungnya dengan kreatifitas disetiap sudut jalan dengan gapura berwarna-warni menambang semarak hari kemerdekaan. 

Dengan peningkatan 3 literasi dasar (baca-tulis, numerasi dan seni budaya dan kewargaan) tersebut diharapkan masyarakat siap menghadapi  perubahan zaman sehingga dapat bersaing dengan bangsa lainnya di era Revolusi Industri 4.0.

Saat ini generasi muda Indonesia saat ini sedang menghadapai tantangan dan tuntutan yang cukup besar dalam berbagai bidang, tentu butuh peran aktif dari semua pihak agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang mempunyai nilai (value) dimata dunia. Tentunya dibutuhkan peran aktif guru, orangtua dan masyarakat untuk menjadi tripusat penguatan pendidikan dan kebudayaan nasional karena peran ketiganya sangatlah penting dalam mendorong anak didik mewujudkan cita-cita pendidikan nasional.

Guru, orang tua, dan masyarakat harus menjadi sumber kekuatan untuk memperbaiki kinerja dunia pendidikan dan kebudayaan dalam menumbuhkembangkan karakter dan literasi anak-anak Indonesia. Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayan terus berupaya menguatkan pendidikan dan memajukan kebudayaan Indonesia melalui berbagai program-program pendidikan baik formal, informal dan non formal.

Guna menumbuhkembangkan karakter dan literasi anak-anak Indonesia, pemerintah beserta para penggiat literasi terus berupaya meningkatkan pendidikan dan kebudayaan dengan melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan kegemaran dan pembudayaan minat baca dengan menyelenggarakan program Gerakan Indonesia Membaca (GIM) dan Kampung Literasi (KL) dan kegiatan Peningkatan Kapasitas Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Residensi Penggiat Literasi yang merupakan program dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia melalui Direktorat Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan (Dit. Bindiktara), Direktorat Jenderal PAUD dan Dikmas.

Kegiatan Peningkatan Kapasitas Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Residensi Penggiat Literasi pada tahun ini di fokuskan dibeberpa tempat di seluruh Indonesia, diantaranya Residensi Literasi Finansial di TBM Warabal Kabupaten Bogor, Residensi Literasi Numerasai di TBM Evergreen Jambi, Residensi Literasi Digital di Rumpaka Percisa Kota Tasikmalaya, dan Residensi Literasi Sains di TBM Rumah Hijau Denasa Gowa, Sulawesi Selatan. Untuk meningkatkan kemampuan dalam bidang Literasi Numerasi, Kemdikbud menyelenggarakan Residensi Literasi Numerasi yang bertempat di TBM Eevergreen Jambi. 

Kegiatan Residensi Numerasi sendiri telah dilaksanakan pada tanggal 17-20 Juli 2018 di TBM Evergreen Jambi dan di ikuti oleh 20 orang penggiat TBM dari berbagi daerah di Indonesia yang sudah terseleksi oleh Kemdikbud. Beruntung Kampung Literasi TBM Hipapelnis Kuningan dapat mengikuti residensi numerasi di Rumah Baca Evergreen Jambi, sehingga menambah wawasan dan pengalaman dalam bidang lliterasi numerasi. 

Peserta dari Jawa Barat berasal dari beberapa kabupaten yakni Aam Siti Aminah di Rumah Baca Umi Kab. Bekasi, Kiswanti dari TBM Warabal Kab. Bogor, H. Jaenal Mutakin dari TBM Hipapelnis Kuningan, Wanti Susilawati dari Rumpaka Percisa Kota Tasikmalaya, dan Setia Rahmah dari TBM Saung Ilmu Kasgi Kota Depok.

Selama kegiatan residensi Literasi Numerasi peserta mendapatkan pembekalan materi dari berbagai narasumber yang berkompeten dibidangnya, diantaranya materi Kebijakan Pengembangan Budaya Baca, Materi Literasi Numerasi Imajinasi, Logika, Manajemen Waktu, Aktivitas Manusia, Penyusunan RTL Dan Karya Tulis Residensi Literasi Numerasi, Pengenalan Rumah Baca Evergreen dan Praktek Baik Literasi Numerasi Di Kampung Literasi Jambi, Literasi Numerasi Dalam Permainan Alam, Aplikasi Literasi Numerasi Dalam Manajemen Dan Kemandirian TBM, Literasi Numerasi Dalam Sejarah Candi Muara Jambi, Literasi Numerasi Dalam Cerita Pendek, Tata Kelola SDM/Kerelawanaan dan Menjalin Jejaring dengan Mitra Gerakan Literasi dan Strategi Menyusun Proposal/Program Untuk Memanfaatkan Dana CSR.

Semoga dengan diselenggarakannya kegiatan residensi literasi numerasi tersebut dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan hidup para penggiat literasi di Indonesia sehingga dapat mentransfer ilmu dan pengalaman yang didapatkanya untuk kepentingan masyarakat luas, bangsa dan negara juga dapat mengaplikasikan konsep-konsep literasi numerasi di TBM yang dikelolanya. Salam Literasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun