Loh ini aturan dari mana?Â
Oke saya lanjutin, di sekolah, guru adalah fasilitator atau sebut saja jembatan ilmu. Jadi yang punya ilmu itu bukan guru, tapi Tuhan yang Maha Kuasa, Alloh SWT. Jika  kamu ingin menikmati buahnya ilmu, maka harus bersungguh-sungguh. Terlambat masuk kelas itu akan mengurangi keseriusan belajarmu bahkan akan mengurangi keberkahan ilmu yang kamu dapat.
Sekarang Kita Bahas Alasan "Sholat Dulu"
Dari kejadian ini saya teringat tentang sikap proaktif, sebuah bahasan di buku 7 Habits of Highly Effective People (Tujuh Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif) karya Stephen Covey. Sederhananya begini proaktif itu memilih sikap untuk bertanggungjawab atas tindakan dalam hidup kita dengan tidak menyalahkan keadaan sekitar. Lawan dari proakif adalah reaktif. Berarti orang-orang reaktif akan memilih bersikap menyalahkan keadaan sekitar atas kejadian yang sedang menimpanya.
Coba saya jelaskan lebih detail...
Paradigma atau pikiran kita dikendalikan atau mengendalikan dengan dua lingkaran besar. Pertama Influence Circle/Lingkaran Pengaruh dan kedua Awareness Circle Lingkaran Kepedulian.Â
Pada Lingkaran Pengaruh, kita diberi kebebasan untuk mempengaruhi, memilih tindakan, mengaturkan perilaku atas diri kita. Sebagai contoh, saat sudah adzan dhuhur kita bebas memilih sholat atau makan yang didahulukan. Jika memilih makan dulu, kita juga dapat mengatur "ritme makannya" apakah cepat-cepat karena mau sholat atau malah makan dengan santai sambil ngobrol.
Lalu pada Lingkaran Kepedulian kita "seperti dipaksa" harus menerima suatu keadaan. Seperti rasa lapar, terik panas di siang hari, dan antri dalam berwudhu. Â Jelasnya kita dipaksa rela menerima keadaan ini.
Masalahnya sekarang lingkaran mana yang sebaiknya dominan mengendalikan tindakan bahkan mood kita?
Orang-orang reaktif akan menyalahkan keadaan. Fokus mereka pada lingkaran kepedulian yang tidak mungkin bisa dikendalikan. Ia mengumbar berbagai alasan untuk membenarkan tindakan dan lepas tanggung jawab.