Mohon tunggu...
Kang Win
Kang Win Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kebersamaan dan keragaman

Ingin berkontribusi dalam merawat kebersamaan dan keragaman IG : @ujang.ciparay

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Fenomena Bobotoh Persib di Kancah Sepak Bola Nasional

2 Juni 2021   07:00 Diperbarui: 2 Juni 2021   07:07 1203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kehadiran suporter bagi sebuah tim sepakbola adalah hal yang sangat penting. Bagi tim yang bertindak sebagai tuan rumah, suporter yang mendominasi tribun stadion seringkali dianggap sebagai pemain ke 12. Sedangkan bagi tim tamu, kehadiran pendukungnya akan menjadi pemacu semangat bertanding.

Keberadaan suporter bagi sebuah tim tidak boleh dibaca sebatas kehadirannya di tribun stadion. Sebuah klub dengan manajemen yang cerdas akan melihat suporter sebagai bagian penting dari eksistensi klub itu sendiri. 

Di Indonesia, Persib bisa menjadi contoh kasus bagaimana suporter sangat berpengaruh baik kepada prestasi tim maupun manajemen klub. Fenomena bobotoh cukup menarik untuk dibahas. Pendukung Persija dan pencinta sepakbola di Jawa Timur bisa menjadi pembanding untuk melihat fakta bahwa pendukung Persib itu unik.

Secara tradisional di Jakarta hanya ada satu klub yakni Persija. Keberadaan Bayangkara FC yang sempat bermarkas di Jakarta dan juga sebelumnya beberapa klub lain, tidak bisa dianggap sebagai klub Jakarta. Jakarta hanya ada satu, yaitu Persija. Karenanya menjadi sangat wajar apabila sebagian besar penggemar sepakbola nasional di Jakarta adalah pendukung Persija Jakarta.

Di Jawa Timur saat ini ada 4 tim Liga 1 yakni Persebaya Surabaya, Arema Malang, Madura United dan Persik Kediri. Semua tim ini masing-masing memiliki basis suporter yang kuat, sehingga penggemar sepakbola di Jawa Timur akan terdiferensiasi ke banyak klub termasuk ke beberapa klub Liga 2 yang juga memiliki basis suporter yang kuat. 

Sulit untuk membuat penggemar bola di kediri atau di Madura pada saat bersamaan menjadi  pendukung  Persebaya. Apalagi membayangkan sebagian besar penggemar bola di Surabaya pada saat bersamaan menjadi pendukung Persebaya sekaligus Arema. Ini baru bicara penggemar bola secara umum bukan pendukung setia.

Ini berbeda dengan Persib dan Jawa Barat. Persib bukan hanya milik Kota Bandung, tapi milik Jawa Barat. Meski tiap kota/kabupaten memiliki klub, sebagian besar penggemar sepakbola di Jawa Barat adalah bobotoh setia bagi Persib. Selain Persib, saat ini di Jawa Barat terdapat 1 klub Liga 1 ( Tira Persikabo - Bogor), 1 klub Liga 2 (PSKC Cimahi)  dan beberapa klub Liga 3 (Persikad Depok, Pesik Kuningan, PSGC Ciamis, Persikab Kab. Bandung, dll). Pendukung setia PSGC , pada saat bersamaan juga menjadi pendukung setia Persib. Demikian juga dengan pendukung setia Pesik Kuningan, PSKC Cimahi atau Persikab Kabupaten Bandung.

Persib adalah klub dengan basis suporter yang sangat kuat. Bobotoh adalah sebutan untuk suporter Persib. Para bobotoh umumnya tergabung pada salah satu komunitas suporter yang ada. Beberapa komunitas suporter bisa disebut disini antara lain VPC (Viking Persib Club), Bomber (Bobotoh Maung Bersatu), Flower City Casual, Ultras.

Dari beberapa komunitas itu, Viking menjadi yang terbesar dengan jumlah anggota puluhan ribu. Di setiap kota di Jawa Barat, anggotanya dikelola oleh organisasi yang disebut Distrik. Di kawasan Bandung Raya distrik Viking berada di tingkat kecamatan. Bobotoh dari seluruh Jawa Barat akan muncul memenuhi tribun saat laga home Persib. 

Distrik Viking juga hadir di hampir setiap kota di luar Jawa Barat yang memiliki budaya sepakbola yang kuat. Karena itulah dimanapun Persib bertanding, bobotoh akan selalu tampak menyemarakan tribun penonton kecuali di laga-laga dimana bobotoh dilarang hadir. Tidak hanya saat laga berlangsung, bahkan saat tim baru tiba di bandara setempat, bobotoh sudah hadir menyambut dan "mengawal" tim sampai di hotel. Distrik Viking bahkan hadir di beberapa kota di luar negeri dengan anggota yang lumayan jumlahnya.

Dari aspek manajemen klub, bobotoh menjadi aspek penting bagi klub dilihat dari sisi bisnis. Kehadiran bobotoh yang hampir selalu memenuhi stadion saat laga home adalah potensi pemasukan bagi klub. Ratusan juta rupiah dipastikan mengalir ke kas Persib berupa pendapatan bersih hasil penjualan tiket setelah dikurangi biaya penyelenggaraan pertandingan. Dengan 36 kontestan di Liga 1 berarti Persib memiliki potensi pendapatan yang lumayan besar dari 17 laga home.

Bobotoh juga menjadi faktor utama yang membuat Persib menjadi Tim yang paling sering ditayangkan secara live oleh stasiun tv pemegang hak siar liga, baik saat laga home maupun away. Ini membuat Persib selalu menjadi Klub dengan perolehan fee terbesar dari hak siar yang dibagikan kepada para kontestan Liga 1.

Basis suporter yang kuat juga memudahkan manajemen klub dalam menggaet sponsor. Sudah bukan pemandangan aneh jika Jersey Persib selalu disesaki logo-logo sponsor. Setiap musim Persib memang selalu kebanjiran sponsor. Saking banyaknya sponsor yang datang, membuat Persib harus membagi sponsor menjadi 2 bagian. Sebagian untuk Jersey Pertandingan dan sebagian harus rela di Jersey Latihan.

Kuatnya basis suporter yang menyertai nama besar Persib sangat mungkin menjadi faktor utama hadirnya Erick Thohir, Pieter Tanuri, Glenn Sugita dan kawan-kawan masuk menjadi pengendali di PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB) yang menaungi Persib pada tahun 2009. Mereka sudah masuk ke Persib, di saat klub-klub lain masih mencari cara bisa lepas dari ketergantungan kepada APBD. Larangan penggunaan dana APBD sendiri baru berlaku pada 1 Januari 2012.

Persib mungkin merupakan Klub terkaya di kancah sepakbola nasional saat ini.
Dengan dukungan dana yang bisa dikatakan tidak terbatas Persib menjadi klub dengan reputasi terbaik dalam hal pemenuhan hak-hak pemain dan pelatih. Sampai saat ini Persib menjadi salah satu dari sedikit klub yang tidak pernah bermasalah dengan pembayaran hak-hak pemain dan tim pelatih. Padahal sudah bukan rahasia lagi, jika standar gaji pemain dan pelatih Persib jauh di atas sebagian besar klub Liga 1 lainnya.

Di bawah kendali Erick Thohir sebagai Wakil Komisaris Utama (sebelum berhenti karena diangkat menjadi Menteri BUMN) dan Glenn Sugita sebagai Dirut, PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB) setapak demi setapak membawa Persib menjadi klub dengan manajemen sepakbola modern dan profesional. 

Sebagian besar pemain diikat dengan kontrak jangka panjang. Padahal rata-rata Klub Liga 1 menerapkan kontrak 1 musim saja untuk sebagian besar pemainnya. Demikian juga dengan Tim Pelatih. Robert Rene Albert, pelatih saat ini dikontrak untuk jangka panjang. Sebagai pelatih prestasi gemilang  saat beberapa musim sebelumnya menangani Arema dan PSM Makasar, Robert mengakui bahwa dalam hal profesialitas manajemen klub, Persib adalah yang terbaik. Robert pun menginginkan bisa mengakhiri karir kepelatihannya di Persib.

Dengan dana yang melimpah Persib bisa membangun tim dengan target jangka panjang, bukan target keberhasilan secara instan. Sport science diterapkan mulai dari tim U16 sampai tim senior. 

Pembinaan bibit-bibit baru dilakukan dengan menghadirkan Diklat dan Akademi Persib. Hasilnya kini sebagian besar tim kontestan Liga 1 dan Liga 2 dihiasi wajah-wajah alumni Diklat dan Akademi Persib. Demikian juga dengan timnas, mulai dari timnas U16 sampai Timnas Senior. Arditani Ardhyasa, Alfath Fathir, Deni Susanto, Taufik (Persija), Wildansyah (Borneo FC), Rudiana (Sriwijaya FC), Erlangga Setyo (Persis Solo), adalah contoh alumni Diklat Persib yang bermain di luar Persib.

Persib juga sedang mempersiapkan lapangan yang refresentatif milik sendiri untuk tempat latihan tim.

Di samping Persib Senior yang berlaga di Liga 1 dan tim level usia, Persib memiliki 2 tim satelit yang saat ini berada di Liga 3 yakni Maung Anom dan Bandung United. Maung Anom disiapkan untuk memberikan jam terbang bagi alumni Diklat dan Akademi Persib. Sedangkan Bandung United disiapkan untuk mengasah calon-calon pemain yang akan naik ke level senior. Di luar sepakbola, PT PBB juga memiliki Prawira Bandung, tim bola basket profesional yang menjadi kontestan Indonesia Basketball League (IBL).

Bagi Erick Thohir, Pieter Tanuri dan Glenn Sugita bukan hal sulit untuk menggelontorkan dana belasan milyar rupiah setiap tahunnya tanpa mengharapkan bisa kembali modal dalam waktu singkat. Tapi mereka sangat paham, bahwa bobotoh dan masyarakat Jawa Barat di seluruh Indonesia yang secara emosional terkait erat dengan Persib adalah pasar terbaik untuk gurita bisnis mereka.

Bagi Persib, dukungan bobotoh bagaikan 2 sisi mata uang. Selain hal-hal positif yang menguntungkan bagi klub dan tim seperti diuraikan di atas, pada sisi lain bobotoh kerap memberikan hal-hal negatif yang merugikan tim.

Musim 2018 menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi bobotoh dalam mendukung tim kesayangannya ini. Pada musim  itu Persib menjadi kandidat terkuat untuk menjadi juara. Dengan skuad yang sangat "wah" dan dipimpin Roberto Mario Carlos Gomez, pelatih hebat dengan reputasi juara level Asia, Persib mengunci posisi teratas di klasemen akhir putaran pertama. 

Musibah terjadi di putaran kedua ketika pertandingan home versus Persija 23/9/2018 terjadi insiden tewasnya 1 orang pendukung Persija di luar stadion. Sanksi pun segera menimpa. Persib terusir dari Bandung, harus memainkan sisa laga home yang masih cukup banyak di Kalimantan dan tanpa kehadiran penonton di tribun stadion.

Ini jelas sangat merugikan. Dari segi pendapatan Persib kehilangan potensi pemasukan dari penjualan tiket masuk stadion. Pada sisi lain Persib harus mengeluarkan biaya operasional yang jauh lebih besar dari biasanya laga home. 

Selain itu Persib pun harus membayar sanksi denda yang jumlahnya ratusan juta. Dalam hal sanksi denda akibat ulah suporter ini, hampir setiap musim Persib menjadi rangking 1 dalam hal jumlah denda yang harus dibayar. Namun kerugian terbesar Persib pada musim 2018 itu adalah buyarnya kesempatan untuk meraih titel juara. Terusirnya laga home ke Kalimantan dan bertanding tanpa dukungan bobotoh membuat performa tim menurun drastis.

Insiden yang menelan korban jiwa saat laga panas versus Persija bukanlah yang pertama kali terjadi. Sudah beberapa orang menjadi korban tewas baik dari pendukung Persib maupun pendukung Persija. Itu terjadi baik saat yang menjadi tuan rumah itu Persib ataupun Persija.

Sebagian bobotoh kerap menunjukkan sikap tidak sabar dalam mengikuti perkembangan tim. Kasus terakhir yang terjadi saat Persib gagal menjadi juara Piala Menpora bisa menjadi contoh nyata. Sejak awal Persib tidak mentargetkan juara. 

Keikutsertaannya dalam turnamen pra musim itu hanya untuk "senang-senang" saja agar para pemain kembali bisa menikmati atmosfir pertandingan setelah istirahat lebih dari setahun akibat pandemi covid-19. 

Tapi sebagian bobotoh itu tidak sabar, jika sudah sampai final maka harus juara. Dan lawan Persib di partai final adalah Persija. Bagi mereka Persib boleh saja kalah, tapi tidak oleh Persija. Celakanya Persib kalah. Maka bergeraklah mereka, menyerang markas Persib. Markas tim yang mereka cintai.

Bobotoh juga kerap menjadi alasan mundurnya pelatih. Jaya Hartono, Darko Janackovic,  Jovo Cuckovic, Jajang Nurjaman, Dejan Antonic, Miljan Radovik adalah beberapa pelatih dengan reputasi sangat baik yang pernah merasakan "kejamnya" tekanan bobotoh. Darko, Dejan dan Miljan bahkan mundur sangat awal dari masa kepelatihan mereka, karena tidak kuat dengan tekanan bobotoh. Di Persib itu, sangat jarang ada pelatih yang dipecat oleh manajemen. Bobotohlah yang paling bisa "memecat" pelatih.

Saatnya bobotoh kembali kepada semboyan luhur mereka yaitu "make manah". Bobotoh ngadukung Persib make manah (bobotoh mendukung Persib dengan  hati). Maka pemain akan "maen make manah" (bermain dengan hati) dan manajemen akan "mingpin make manah" (memimpin dengan hati).

Suporter dan klub adalah pilar penting bagi prestasi tim nasional. Saatnya manajemen klub dan suporter dalam sepakbola Indonesia menyamakan persepsi bahwa prestasi yang sejati tidak bisa lahir secara instan. Butuh proses dan kesabaran. Prestasi akan dengan sendirinya lahir apabila klub dikelola secara modern dan profesional didukung oleh suporter yang setia dan dewasa. Ketika klub-klub sudah pada kondisi seperti itu, prestasi timnas yang bisa dibanggakan  tinggal menunggu waktu.

Salam olahraga .......... >|

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun