Yaitu menanamkan disiplin kepada anak, dan menghargai kebebasan yang tidak mutlak, dengan bimbingan yang penuh pengertian antara anak dan orang tua.
Tulisan ini tidak ingin membahas secara mendalam mengenai ketiga jenis pola asuh di atas. Alasan pertama, karena pada prakteknya kita tidak bisa memilih salah satu dari ketiganya untuk diterapkan secara penuh. Kedua, definisi anak dalam pola asuh anak tidak boleh dibatasi oleh rentang usia kanak-kanak, apalagi hanya sebatas usia anak PAUD. Anak harus didefinisikan sebagai masa-masa di mana seorang anak masih dalam cakupan tanggungjawab orang tua. Seorang anak bisa saja sudah lepas dari asuhan orang tuanya ketika memasuki usia 17 tahun misalnya. Sebaliknya bisa saja seseorang yang sudah berusia 25 tahun masih berada dalam asuhan orang tua.
Pola asuh anak merupakan bagian penting dalam pendidikan anak. Mendidik anak adalah kewajiban dan tanggung jawab orang tua. Orang tua bisa saja “menitipkan” anaknya di sekolah yang bagus, baik itu sekolah umum maupum lembaga pendidikan khusus seperti pesantren. Akan tetapi tetap saja orang tua yang harus mengambil peran terbesar dalam pendidikan anak. Di sinilah arti penting dari pola asuh. Menjadi dasar dalam pendidikan anak secara keseluruhan. Banyak anomali bisa terjadi, dimana seseorang bisa menjadi manusia “sukses” tanpa pola asuh yang baik dari orang tuanya, tapi secara umum pola asuh anak akan memberikan kontibusi paling besar dalam keberhasilan seseorang.
Tulisan ini merupakan intisari dari pengalaman kami sebagai orang tua dalam menjalankan pola asuh bagi anak-anak kami.
Saya dan istri yang kelahiran tahun 60-an bisa dikatakan produk peralihan antara masa lalu dan masa sekarang. Di satu sisi kami dibesarkan dengan pola asuh masa lalu, di sisi lain kami harus menerapkan pola asuh "baru" sesuai tuntutan zaman. Tidak mudah bagi kami dalam nenerapkan pola asuh yang tepat untuk anak-anak kami.
Pola asuh anak di masa lalu sangat mungkin tidak pas lagi untuk diterapkan di masa sekarang. Masa dimana faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh semakin kompleks. Namun demikian ada nilai-nilai masa lalu yang masih cukup relevan untuk masa sekarang. Tentu dengan banyak penyesuaian yang harus dilakukan.
Berdasarkan pengalaman kami, saya dan istri, mengasuh dan mendidik 3 anak kami, berikut ini 6 hal penting yang harus diperhatikan dalam pola asuh anak.
1. Menanamkan sedini mungkin nilai-nilai dasar kehidupan sosial
Saat keluar rumah, norma dan etika bertetangga menjadi potensi kesalahan pertama yang bisa dialami anak. Mulai hal kecil seperti meludah di sembarang tempat, tidak menyapa orang yang kebetulan berpapasan sampai kepada ngebut di gang atau jalanan kompleks tempat tinggal. Potensi kesalahan dan pelanggaran terus bertambah panjang jika dibuat daftar sampai anak tiba di sekolah dan kemudian pulang kembali ke rumah saat jam sekolah berakhir.
Jangan sepelekan ini. Sikap permisif kepada kesalahan-kesalahan kecil dari anak akan berpengaruh kepada jiwa anak. Orangtua harus menemukan cara yang tepat untuk menyikapinya sesuai dengan situasi dan kondisinya masing-masing. Semuanya menjadi bagian dari pola asuh anak yang pada gilirannya akan berpengaruh kepada kondisi kedewasaan anak kelak.
Di masa lalu potensi melakukan kesalahan dan pelanggaran terhadap aturan dan norma yang berlaku relatif lebih mudah dicegah. Seperti di daerah yang kental dengan budaya Sunda misalnya, dilakukan dengan menerapkan konsep pamali. Di daerah lain tentu ada yang sejenis pamali dengan sebutan berbeda. Sementara itu sikap-sikap pembelaan dan sikap protektif dari orangtua kepada anak kurang menonjol, justru penghukuman yang lebih menonjol.