PKS sejak jauh-jauh hari sudah menggadang-gadang GunGun Gunawan sebagai Bakal Calon Bupati.  Sebagai partai yang menempatkan kadernya sebagai incumbent, ketika Bupati yang menjadi pasangannya tidak  bisa maju lagi karena sudah menjabat 2 periode, PKS berada dalam posisi sangat pede (percaya diri).Â
Gun Gun hanya tinggal mencari pasangan untuk posisi Wakil Bupati. Dengan raihan 10 kursi DPRD, PKS  harus berkoalisi dengan partai  lain untuk mencukupi 11 kursi yang menjadi syarat pengusungan.Â
PKS lalu melirik Partai Demokrat untuk menjadi mitra koalisi. Gayung bersambut, Partai Demokrat menyatakan kesiapan untuk berkoalisi dengan PKS. Koalisi yang sudah disepakati jauh-jauh hari sebelum tahapan pilkada yang tertunda akibat pandemi.covid-19.
Namun pil pahit harus ditelan PKS. Ketika partai-partai lain sudah siap dengan pasangan yang akan diusung, PKS dan Partai Demokrat terus berkutat mencari sosok bakal calon wakil bupati. Inggrid Kansil, Dina Lorenza dan beberapa nama lain yang diajukan Partai Demokrat, tidak sreg dengan kualifikasi PKS. Dengan kondisi seperti itu Partai Demokrat mengambil langkah pragmatis, meninggalkan PKS sendirian.
Partai Demokrat kemudian bergabung ke koalisi PKB-Nasdem yang mengusung Dadang Supriatna - Syahrul Gunawan. dalam gelaran Pilkada 2020 ini. PKS pun galau sampai akhir, menjadi partai besar yang tidak bisa mengusung kader sendiri. Pada saat-saat terakhir menjelang masa pendaftaran, PKS akhirnya mengikuti jejak Partai Demokrat mendukung Dadang Supriatna -- Syahrul Gunawan.
Harapan
Semenarik apapun dinamika yang terjadi dalam pra pendaftaran pasangan calon di KPU, menjadi tidak berarti apa-apa ketika hanya pragmatisme yang menjadi dasar partai-partai dalam memenangkan pasangan yang diusungnya.Â
Dengan pemikiran seperti ini, maka model-model kampanye yang mengandalkan pengumpulan masa harus ditinggalkan agar tahapan pilkada tidak menjadi cluster baru penularan covid-19.
Tantangan terbesar dari perhelatan pilkada serentak tahun 2020 adalah bagaimana pemenang pilkada mampu membawa Kabupaten Bandung terlepas dari jerat pandemi covid-19 dengan segala dampaknya.
Rakyat Kabupaten Bandung tidak membutuhkan janji-janji muluk. Rakyat sudah sangat sadar tidak mudah memimpin Kabupaten Bandung dengan jumlah penduduk hampir mencapai 4 juta jiwa.Â
Janji peningkatan kesejahteraan, misalnya, adalah sebuah utopia. Terhindar dari rasa lapar yang mendera akibat pandemi sudah cukup berharga bagi rakyat. Terselenggaranya sekolah bagi anak-anak baik dengan PJJ maupun tatap muka menjadi hal penting lainnya yang harus menjadi prioritas.