Apuse kokon dao
Yarabe soren doreri
Wuf lenso bani nema baki pase
Apuse kokon dao
Yarabe soren doreri
Wuf lenso bani nema baki pase
Arafabye aswarakwar
Arafabye aswarakwar
Itu adalah lirik lagu daerah Papua yang berjudul Apuse. Saya mengenal lagu itu di awal-awal saya berseragam Pramuka di kelas 1 SMP. Apuse hanyalah satu dari banyak lagu daerah yang biasa kami nyanyikan dalam kegiatan Pramuka.
Lewat kegiatan Pramuka, saya juga bisa bertemu dengan kawan-kawan dari berbagai daerah. Berkenalan dengan mereka sekaligus mengenal budaya mereka. Sejak itu, keberagaman budaya Nusantara menjadi keindahan tersendiri bagi saya. Dan saya menikmatinya. Saya menjadi penikmat keberagaman.
Selepas usia Penggalang, saya masuk kelompok usia Penegak kemudian Pandega. Saya memilih Saka Wanabakti, salah satu satuan karya Pramuka, yang dibina oleh Departemen Kehutanan RI dan Perum Perhutani.
Di Saka Wanabakti ini saya banyak mendapat pengalaman berharga. Pengalaman berorganisasi juga beberapa prestasi baik prestasi tim maupun individu.
Tim kami yang mewakili Kabupaten Bandung, berhasil menjuarai Giriwana Rally dalam penyelenggaraan perdana di tahun 1985. Atas prestasi itu kami dikirim mewakili Jawa Barat mengikuti “Napak Tilas Pasukan Wanara”, berjalan kaki selama 3 hari dari Wonosalam di Jombang sampai ke Punten di Malang.
Secara individu saya pernah mengikuti Kursus Kader Konservasi Sumber Daya Alam yang diselenggarakan Departemen Kehutanan RI bekerja sama dengan IPB.
Di akhir kursus itu saya dinobatkan sebagai peserta terbaik. Pada hari yang sama saya terpilih sebagai Sekjen Forum Komunikasi Kader Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Jawa Barat.
Pulang dari Kursus itu saya terpilih sebagai Ketua Dewan Kerja Saka Wanabakti Kabupaten Bandung. Pada posisi ini, saya ditunjuk sebagai Ketua Panitia sekaligus Bupati Perkemahan dalam Perkemahan Saka Wanabakti yang merupakan kegiatan pendukung dalam Puncak Pekan Penghijauan Nasional (PPN) ke 26 tahun 1986 di Arjasari Kabupaten Bandung yang diresmikan oleh Presiden Soeharto.
Saya sengaja nenuliskan beberapa pencapaian di atas, bukan untuk pamer prestasi, akan tetapi untuk memperlihatkan betapa Gerakan Pramuka telah mewarnai perjalanan hidup saya.
Berkat keaktifan saya dalan kepramukaan khususnya Saka Wanabakti, dalam diri saya tumbuh ketertarikan yang kuat terhadap masalah lingkungan meski latar belakang pendidikan saya bidang ekonomi.
Keberminatan saya terhadap keberagaman dan ketertarikan yang kuat kepada masalah lingkungan, hanya contoh kecil dari buah yang bisa dipetik dari benih-benih kebaikan yang ditabur oleh Gerakan Pramuka.
Sebagai sebuah gerakan, Pramuka merupakan organisasi kemasyarakatan yang luar biasa.
Gerakan Pramuka mungkin menjadi satu-satunya NGO yang memiliki rentang organisasi yang panjang, dari tingkat nasional sampai kepada tingkat pangkalan gugus depan. Rentang organisasi yang panjang tidak membuat lemah dalam rentang kendali.
Gerakan Pramuka memiliki struktur organisasi dan mekanisme organisasi yang tersusun rapi. Di tingkat pusat ada Kwartir Nasional (Kwarnas). Lalu Kwartir Daerah (Kwarda) di tingkat Provinsi dan Kwartir Cabang (Kwarcab) di Kabupaten/Kota. Kemudian Kwartir Ranting (Kwarran) di tingkat Kecamatan dan Gugus Depan (Gudep) di Pangkalan.
Pengkaderan di bidang organisasi, diwujudkan dalam pelibatan anggota di tingkatan Penegak dan Pandega dalam bentuk Dewan Kerja Penegak dan Pandega mulai dari Kwarnas sampai kepada Kwarran.
Pola pengkaderan berjalan secara mulus dimulai dari jenjang yang paling bawah, yaitu Ambalan dan Racana yang berada di Gudep kemudian mengerucut ke atas sampai di tingkat Kwarnas.
Di bidang keanggotaan, anggota baru dikukuhkan dalam sebuah acara pelantikan yang kemudian diikuti dengan pemberian Nomor Tanda Anggota (NTA) dan Kartu Tanda Anggota.
Yang luar biasa lagi, Gerakan Pramuka memiliki kurikulum dan silabus pembinaan yang juga tersusun rapi, dari mulai tingkat Siaga, Penggalang, Penegak dan Pandega serta Pembina.
Sebagaimana diketahui oleh pembinaan kepramukaan terdiri dari 4 tingkatan yaitu, Siaga (7-10 tahun), Penggalang (11-15 tahun), Penegak (16-20 tahun) dan Pandega (21-25 tahun).
Selain itu terdapat kelompok anggota yang lain yaitu Pembina, Andalan, Pelatih, Pamong Saka, Pengurus Kwartir, dan Majelis Pembimbing.
Di tingkat siaga, kegiatan pramuka lebih ditekankan kepada kegiatan gembira dan menyenangkan. Pembinaan dasar-dasar kepanduan dilakukan di tingkat penggalang. Sedangkan tingkatan penegak dan pandega lebih ditekankan pada aspek kepemimpinan dan manajerial.
Di luar itu, Gerakan Pramuka memiliki kecabangan berupa Satuan Karya Pramuka (Saka) untuk memberi kesempatan anggota di tingkat penegak dan pandega menekuni bidang-bidang tertentu.
Diawali dengan pembentukan Saka Bhayangkara (bidang ketertiban masyarakat), Saka Dirgantara (di bidang kedirgantaraan), Saka Bahari (di bidang kebaharian atau kelauran), dan Saka Taruna Bumi (bidang pertanian).
Kemudian diikuti Saka Wanabakti (bidang kehutanan dan lingkungan hidup), Saka Bhakti Husada (di bidang kesehatan) dan Saka Kencana (bidang kependudukan dan keluarga berencana). Masih ada beberapa Saka lain diantaranya Saka Pustaka, Saka Telematika dan beberapa yang lainnya.
Agenda pertemuan besar bagi setiap tingkatan pembinaan telah tersedia dan baku. Ada Pesta Siaga untuk tingkatan siaga dan Jambore untuk penggalang. Sedangkan untuk penegak dan pandega tersedia Raimuna dan Kanira.
Hari ini, Gerakan Pramuka memperingati hari ulang tahun yang ke-59. Gerakan Pramuka didirikan tanggal 14 Agustus 1961.
Sedikit flashback, setelah kemerdekaan Presiden Soekarno mengumpulkan 60 (enam puluh) organisasi kepanduan untuk dikonsolidasikan menjadi kekuatan pembangunan nasional.
Ia mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka yang intinya membentuk dan menetapkan gerakan pramuka sebagai satu-satunya perkumpulan yang memiliki kewenangan menyelenggarakan pendidikan kepanduan di Indonesia.
Pada tanggal 26 Oktober 2010, Dewan Perwakilan Rakyat mengabsahkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka.
Berdasarkan Undang Undang ini, maka Pramuka bukan lagi satu-satunya organisasi yang boleh menyelenggarakan pendidikan kepramukaan. Organisasi profesi juga diperbolehkan untuk menyelenggarakan kegiatan kepramukaan.
Perkembangan gerakan pramuka mengalami pasang surut dan pada kurun waktu tertentu kurang dirasakan penting oleh kaum muda. Kepramukaan menjadi kurang menarik minat anak-anak dan remaja.
Sebagai orang yang pernah lama berkecimpung dan telah merasakan manfaat besar dari kepramukaan, saya hampir tidak lagi bisa melihat gairah kepramukaan di masyarakat.
Tak terlihat lagi sepasang orang tua murid sibuk menyiapkan putri kecilnya yang akan mengikuti Pesta Siaga. Tak ada geliat Gugus Depan yang men-drill anggotanya yang akan mengikuti Jambore Nasional. Saat ini Pramuka tampaknya nyaris dilupakan.
Berbagai upaya dan terobosan untuk menguatkan kembali peran pramuka dalam pembinaan generasi muda bangsa telah banyak dilakukan. Pembentukan Satuan Karya-Satuan Karya adalah salah satu terobosan dalam upaya menarik minat untuk berkiprah dalam kepramukaan. Namun hal itu belum cukup memberikan hasil yang memuaskan.
Dari sisi jumlah, anggota yang tercatat mungkin sangat besar. Namun jumlah riil anggota yang benar-benar aktif masih perlu dipertanyakan. Jumlah anggota yang sangat besar terjadi karena adanya kebijakan yang mewajibkan siswa baru menjadi anggota.
Jadi kalau kita sering melihat serombongan pelajar mengenakan seragam pramuka belum tentu mereka itu anggota pramuka. Mereka mengenakan seragam pramuka karena pada hari itu diwajibkan memakai seragam pramuka.
Gerakan pramuka bertujuan untuk membentuk setiap pramuka agar memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam
menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup.
Gerakan Pramuka memiliki segalanya untuk mencapai tujuannya. Tinggal bagaimana caranya mengenalkan kembali kepramukaan kepada segenap lapisan masyarakat, sebagai gerakan.
Gerakan yang memberikan manfaat kepada pembentukan karakter generasi muda. Para Pramuka harus memahami bahwa Pramuka adalah gerakan, bukan sekedar kegiatan ekstra kurukuler.
Mempersepsikan pramuka hanya sebagai kegiatan ekstrakurikuler adalah mengeliminasi dan mendegradasi peran pramuka dalam pembentukan karakter bangsa.
Tugas berat menanti Jenderal Budi Waseso untuk mengembalikan Pramuka sebagai gerakan. Gerakan yang terus menabur benih-benih kebaikan untuk bangsa ini.
Selamat Hari Pramuka
< Kang Win, Agustus 14, 2020 >
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H