Bagi mereka yang percaya, waru doyong adalah tempat yang paling disukai oleh kunti. Saking seringnya kunti bertemu dengan tukang nguseup yang rutin datang ke tempat itu, kunti tidak bisa lagi baperan di hadapan mereka. Kunti segan untuk tertawa cekikikan atau menangis menyayat hati. Hanya duduk manis berayun kaki.
Sampai hari ini, waru doyong tempan Apun dan kawan-kawan nguseup, masih ada, masih hidup dan tentu saja tetap doyong. Tapi saya tidak pernah tahu apakah kunti yang dulu sering menemani Apun masih setia mengunjungi tempat itu, duduk manis dan berayun kaki di waru doyong.
Saya pun tidak pernah sekalipun bertemu dengan kunti maupun pocong saudaranya, bahkan untuk sekedar mendengar cekikikan tawanya atau tangisannya yang menyayat hati. Mungkin karena saya tidak punya kepedulian atas nasib kunti dan saudara-saudara sebangsanya yang habitatnya semakin tergerus arus moderinisasi. Mereka mungkin tidak bisa berbuat apa-apa karena belum ada rumusan HAH (Hak Asasi Hantu).
< Kang Win Juli 22, 2020Â >
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H