Mohon tunggu...
Kang Win
Kang Win Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kebersamaan dan keragaman

Ingin berkontribusi dalam merawat kebersamaan dan keragaman IG : @ujang.ciparay

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hobi Nguseup, antara Waru Doyong dan Kunti

22 Juli 2020   13:23 Diperbarui: 22 Juli 2020   14:10 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi masyarakat Jawa Barat khususnya yang berada di dataran tinggi lebih familier dengan daun waru daripada daun jati. Sebagai catatan, Perhutani sebagai BUMN pengelola hutan produksi di Pulau Jawa membagi hutan yang dikelolanya sebagai hutan produksi menjadi 2 jenis, yaitu Kawasan Jati dan Kawasan Rimba. 

Tidak seperti Jawa Tengah, DY, dan Jatim yang didominasi oleh Kawasan Jati, hutan produksi di Jawa Barat sebagian besar merupakan kawasan rimba. 

Kawasan rimba menghasilkan kayu non jati seperti Mahoni, Rasamala, dll. Dengan kondisi seperti itu masyarakat Jawa Barat tidak familier dengan daun jati sebagai pembungkus makanan.

Daun waru sebagai pembungkus makanan, sampai saat ini masih banyak ditemukan digunakan oleh masyarakat, meski sudah mulai banyak berkurang. 

Penjual peuyeum sampeu (tape singkong) adalah salah satu yang masih menggunakan daun waru. Demikian juga penjual pindang, menggunakan daun waru meski dibantu dengan kertas koran. Yang sudah tidak menggunakan daun waru adalah penjual nasi bungkus. Mereka sudah beralih secara total ke kertas nasi.

Berkurangnya penggunaan daun waru sebagai pembungkus makanan, selain karena munculnya bahan pembungkus lain yang lebih praktis penggunaannya, juga karena semakin berkurangnya populasi pohon waru.

Di tengah-tengah isu larangan penggunaan plastik sebagai pembungkus makanan dan kantong belanja, saatnya kita kembali menengok keberadaan daun waru ini. 

Sudah waktunya, lembaga-lembaga penelitian dan pembenihan, untuk memproduksi bibit pohon waru secara besar-besaran. Selain daunnya, pohon waru berguna untuk pelindung erosi bantaran sungai atau kali.

Habitat pohon waru adalah punggiran sungai dan danau. Di pinggiran sungai ataupun kali kecil, banyak ditemukan pohon waru. 

Di antara jejeran pohon waru di pinggir sungai biasanya terselip salah satu pohon yang tidak tumbuh tegak. Entah kenapa, mungkin pada saat kecil pohon itu terinjak orang sehingga miring, kumudian tumbuh ke samping, ke arah badan sungai. Itulah waru doyong.

Tentang Nguseup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun