Keprihatinan saya sebenarnya sangat sederhana. Awalnya hanya merasa ganjil saja membaca atau mendengar kata-kata dan istilah serta pengucapan yang menurut saya tidak tepat (untuk tidak mengatakan salah).
Sebagai penutur aktif basa sunda, seringkali merasa ganjil mendengar kata kedaluwarsa diucapkan oleh reporter atau news anchor suatu stasiun TV. Bagi saya kata kedaluarsa terasa ganjil di telinga. Kata kadaluwarsa lebih terasa nyaman di dengar.
Saya berpikir ini siapa yang salah. Si reporter atau news anchor yang salah mengucapkan ? Atau justru saya yang keliru.
Iseng-iseng saya buka KKBI online dan dari situ saya baru tahu ternyata sayalah yang keliru. Dalam bahasa Indonesia yang benar adalah kedaluwarsa bukan kadaluwarsa.
Saya kemudian melanjutkan pencarian saya untuk kata lain yang juga seringkali diucapkan seorang reporter atau seorang news anchor, yakni carut marut yang sering pula diucapkan karut marut.
Contoh kalimat yang sering terdengar hari-hari belakangan ini, misalnya sbb :
“Karut Marut PPDB di DKI adalah bukti ketidakpedulian pemerintah kepada dunia pendidikan”
Untuk idiom ini saya semula menduga ucapan karut marut itu keliru, dan yang benar adalah carut marut.
Namun dugaan saya keliru. Dari KKBI saya mendapatkan pengetahuan baru bahwa carut marut dan karut marut adalah dua idiom yang berbeda.
Carut marut bermakna macam-macam perkataan keji. Sedangkan karut marut KKBI menjelaskan sbb :
Ka.rut-ma.rut a 1 kusut (kacau) tidak karuan ; rusuh dan bingung (tt pikiran, hati, dsb) ; banyak bohong dan dustanya (tt perkataan dsb) ; berkerut-kerut tidak karuan (tt muka, wajah, dsb).