Mohon tunggu...
Kang Sole
Kang Sole Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Masih belajar agama di pinggirang Kota Yogyakarta | Pemilik akun twitter @sajakharmoni | Hobi: Meracik Kata

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

TulPen | Bersenandung Cinta di Tanah Sungkung

6 Oktober 2016   01:09 Diperbarui: 6 Oktober 2016   01:15 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

...

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Melawi-Entikong telah melahap habis lelah kami. Kampus yang berdiri di pinggiran Jl. Lintas Malindo Entikong ini merupakan satu-satunya kampus yang berdekatan dengan Negara Malaysia. Semangat kami, untuk melanjutkan perjalanan dipaksa untuk muncul. Perjalanan setelah ini akan lebih menantang.

“Pagi-pagi sudah dibangunin
 capeknya belum hilang, lanjut perjalanan.
 Mampir di Warung Padang, kita sarapan,
 di bawah rintik hujan kita arungi Sungai Sekayam.”

Sungai di Pulau Kalimantan menjadi sumber kehidupan bagi penghuninya. Jikalau ada waktu coba tengok peta Pulau Kalimantan, disana akan tergambarkan begitu berkelok-keloknya, begitu panjangnya, begitu birunya sungai-sungai di Pulau Kalimantan. Salah satunya adalah Sungai Sekayam, sungai kecil yang panjang membelah Kabupaten Sanggau yang berakhir di tepian Sungai Kapuas.

Kami menantang maut di Sungai Sekayam, untuk pertama kalinya kami semua merasakan naik kendaraan yang disebut sampan. Bentuk menyerupai kapal, tapi yang ini ukurannya lebih kecil tapi memanjang sekitar 8 meter. Satu sampan hanya muat 7 sampai 9 orang termasuk barang-barang kami, pengemudi sampan dan kepala sampan. Kami menyewa 4 sampan untuk mengantarkan 29 anggota KTB-03 menuju desa tempat pengabdian diri.

5 jam kami terombang-ambing di sepanjang jalur sungai, bermandikan panasnya matahari, dan cukup membuat tangan dan kaki kami belang. Sampan terseok-seok melawan arus Sungai Sekayam, sesekali kami turun untuk mendorong sampan supaya bisa berjalan lagi. Batu-batuan besar yang tercecer di sepanjang jalur sungai sempat membuat kami merinding, apalagi kalau sampan kami menyerempet salah satu batu atau harus melewati dua himpitan batu besar. Disitu Hormon Adrenalin kami dipacu untuk menghasilkan kelenjar sebanyak-banyaknya. Bukan masalah apa, karena sebagian besar dari kami adalah mahasiswa dan mahasiswi yang buta akan renang, yang akan langsung panik jika ada riam air masuk ke sampan kami. Dan juga kami sangat sayang dengan tas-tas kami, barang-barang kami, perlengkapan hidup selama sebulan ke depan lebih penting dari apapun. Sampan kami melaju, melaju dengan doa dan ketakutan pikiran kami sendiri

Desa Suruh Tembawang merupakan salah satu desa yang berada di perbatasan Indonesia-Malaysia. Desa ini berada di Kecamatan Entikong. Salah satu akses jalan untuk sampai ke desa ini yaitu lewat jalur air. Jalur Sungai Sekayam, harus dengan sampan untuk melawan derasnya arus dan semrawutnya bebatuan di sepanjang jalur sungai. Ada jalur lain yang bisa digunakan, yaitu jalur darat. Jalur dimana seluruh Warga Sungkung menyebutnya jalur “tenaga surya”. Tenaga surya disini berarti jalan tersebut hanya bisa dilalui ketika matahari bersinar terik diatas sana. Kalau hujan, jalan ini akan menjadi becek, menjadikan ban-ban sepeda motor gimbal, dan nantinya orang kecelakaan akan menjadi cerita wajar bagi warga desa. Jalur ini juga hanya bisa dilalui oleh kendaraan bermotor, untuk mobil dan kendaraan besar lainnya belum ada akses jalan untuk menuju desa ini.

Kami tinggal di Desa Suruh Tembawang untuk 7 minggu kedepan. Desa yang memiliki 10 dusun ini, hanya Dusun Kebak Raya dan Dusun Suruh Tembawang yang beruntung menjadi tuan rumah kami. Desa ini berada di pinggir Sungai Sekayam dan di apit oleh dua bukit, menjadikan siapa saja yang berada di desa ini akan merasa kedinginan jika pagi menjelang. Keramahan warganya menyambut kedatangan kami. Kami jatuh cinta dengan desa ini.

Sungkung merupakan salah satu sub dayak yang ada di Pulau Kalimantan. Warga Desa Suruh Tembawang keseluruhannya adalah Warga Dayak Sungkung asli. Dayak dari pedalaman dan masih menjaga kelestarian-kelestarian budayanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun