Sejenak, ku rebahkan badan
Melongok ke atas “bilik-bilik” langit
Mengintip harapan dan impian
Sejenak, ku tengok ke belakang kenyataan
Seabreg soal, terus menghimpit
menengok kegalauan alam pikir
Jiwa-jiwa yang kerdil
Menghamba dalam kaya raya, dan duka nestapa
Merajut hamparan impian
di padang kesuburan alam Indonesia
Kicau-kicau burung mencari memetik biji “salju” tuk kehidupan.
Menjerit, meratap
hanya cari seonggah air kehidupan di negerinya.
Nun jauh di sana: istana-istana, gedung-gedung megah
yang sejatinya mengabdi kehidupannya untuk rakyat
Angkuh seribu sikap-perilaku
Berkicau, berbusa-busa atas nama rakyat
Tanpa kesungguhan di balik kursi-kursi “empuknya” kekuasaan
Wahai para pemimpin negeri ini, senda gurau kalian, jeritnya di langit-langit jingga: rakyat.
Tak terdengar, terbungkus kemewahan keangkuhan, jumawa, dengan setumpuk kerakusan dan keserakahan.
Terbius urat nadi kekuasaan, untuk kekuasaan
Go to hall rakyat
Aku dah selesai merebutmu, simpatikmu.
Bangun kerajaan, dan kuasa, bukan tuna kuasa
Kuasaku bukan untuk mu
Memang, oh memang!
Pabila, ketulian itu dah nggak original dan natural
Mengingat, hamparan dan lautan cinta kasih,
sirna dan lenyap terbungkus kepalsuan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI