“Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.”
(Matius 5:2-3)
Lihatlah, Aku berdiri di depan pintu dan mengetuk. Jikalau ada orang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, maka Aku akan masuk mendapatkannya, …
(Wahyu 3:20a)
Siapa yang tahu rahasia hati manusia. Sejatinya kita tidak akan pernah tahu. Kita hanya bisa meraba-raba dan menduga-duga saja. Saya tidak perlu berdebat tentang keberagamaan Chairil Anwar, dan yang pasti pengalaman Chairil Anwar tersebut tidak bisa diambil dari padanya, itu sudah menjadi miliknya. Dan hanya dia dan Tuhannya yang tahu.
Sampai puisinya yang terakhir DERAI-DERAI CEMARA (1949), dia berucap, “ cemaramenderai sampai jauh/ terasa hari akan jadi malam/ ada beberapa dahan di tingkap merapuh/ dipukul angin yang terpendam// aku sekarang orangnya bisa tahan/ sudah beberapa waktu bukan kanak lagi/ tapi dulu memang ada suatu bahan/ yang bukan dasar perhitungan kini// hidup hanya menunda kekalahan/ tambah terasing/ dari cinta sekolah rendah/ dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan/ sebelum pada akhirnya kita menyerah. Sampai Chairil Anwar menyerah, sejatinya masih ada misteri, dan Chairil Anwar menyadarinya dan menyerah pada misteri tersebut.
Nun jauh di dalam lubuk hati manusia tersimpan kerinduan yang kekal akan yang sejati. Perjumpaan dengan Tuhan adalah sebuah relasi yang intim. Keterbukan dan kejujuran siapa dirinya dihadapan Tuhannya menjadi dasar yang sah untuk memulai sebuah relasi yang sejati. Chairil Anwar menyadari dirinya sebagai seorang musafir di dalam kefanaan dunia ini, dan tahu tempat sejatinya dia melabuhkan hidupnya meskipun banyak misteri yang masih menjadi pertanyaannya. Minimal Chairil Anwar telah menunjukkan hal itu di dalam puisi-puisinya.
“Kemuliaan Allah adalah menyembunyikan segala sesuatu” – Berbahagialah mereka yang memperoleh anugrah Allah untuk mencicipi kebenaranNya yang tersembunyi.
Salam Taklim
Kang Samad
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H