Mohon tunggu...
kangsalim79
kangsalim79 Mohon Tunggu... Diplomat RI -

lahir di pati jawa tengah, sarjana s1 universitas al-azhar 2004, s2 iain walisongo semarang 2009. Tinggal di Grand Depok City-Depok-Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sarung dan Diplomasi

10 Januari 2017   14:22 Diperbarui: 10 Januari 2017   14:28 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kebuntuan itu, atas prakarsa Duta Besar RI di Muskat, personel dari Medco Indonesia yang berkedudukan di Oman diminta untuk untuk menyediakan alat transportasi dari kota Salalah di Oman menuju perbatasan Yaman yang jaraknya sekitar 200 km.

Uh, jalan yang dilalui menuju perbatasan sungguh berliku-liku. Sepanjang jalan, yang terlihat hanyalah padang pasir dan gunung-gunung batu yang tinggi menjulang. Beberapa kali jalan menanjak dan di kanan kiri jurang yang curam dan menganga. Dua kali mobil mereka diberhentikan di pos pemeriksaan militer. Akhirnya, setelah empat jam menyusuri perjalanan yang cukup menantang itu, alhamdulillah, Tim 2 sampai juga di perbatasan Oman-Yaman.

Di tapal batas dua negara itu, tiba-tiba anggota Tim seolah puasa bicara. Diam seribu bahasa. Dada terasa lebih sesak dari biasanya. Menghirup nafas dalam-dalam dan mengamati keadaan di sekeliling. Terlihat personel militer Oman berjaga-jaga di kawasan yang tertulis “dilarang mengambil gambar”.

Yaman ada di depan mata, masuk atau tidak, masih tanda tanya. Minimnya informasi mengenai situasi di Yaman, membuat para personel evakuasi ragu untuk memutuskan. Selang kurang lebih satu jam berlalu, akhirnya bulatlah suara Tim yang terdiri dari dua orang diplomat dan dua orang anggota Polri untuk masuk ke Yaman dengan segala resikonya. Bismillah saja.

Bagaimana tidak lanjut, Tim merasa telah diberikan amanah oleh Pemerintah RI untuk menjalankan tugas mulia. Jika khawatir atas nyawa, toh nyawa milik Tuhan. Jika sewaktu-waktu si empunya menarik balik nyawa yang dipinjamkam sesaat itu, sudah lumrah. Tak ada alasan kuat bagi mereka untuk tidak masuk Yaman.

“Bagaimana kawan-kawan, apakah kita siap masuk Yaman”, tantang Yusron, Ketua Tim. Ketiga anggota Tim pun dengan serempak tanpa berpikir lagi langsung bilang “siap”!!!

Dengan bekal bismillah sekitar pukul 14.00, di tengah terik matahari yang cukup membakar, Tim “nekad” bertolak dari perbatasan Oman menuju perbatasan Yaman. Di batas medan tempur itu pula, atas bantuan dari personel Medco, Tim mendapatkan “taksi” yang akan mengantar Tim menuju Yaman dengan tujuan Tarim, sebuah kota di Hadramaut, dimana 1500 pelajar Indonesia sedang menimba ilmu.

Jangan bayangkan taksi yang ditumpangi adalah mobil sedan ber-AC. Ini Yaman Bung! Negara termiskin di kawasan Timur Tengah. Taksi yang ada hanyalah mobil butut dengan dua kabin, tanpa nomor polisi. Mobil ini biasanya digunakan untuk mengangkut barang, termasuk kambing.

O ya, awalnya, Tim akan menjadikan ibu kota Hadramaut, Mukalla, sebagai pusat evakuasi WNI untuk wilayah Timur Yaman. Namun, menyusul insiden penyerangan bersenjata yang dilakukan oleh al-Qaeda, situasi keamanan Mukalla tiba-tiba memanas karena kabilah-kabilah di kota tua itu melakukan patroli bersenjata untuk menghalau kelompok al-Qaeda.

Media massa memberitakan, Bandar Udara Mukalla masih dikuasai oleh Kabilah sedangkan pelabuhan dikuasai oleh al-Qaedah. Juga terdengar kabar terjadi kontak senjata antara al-Qaedah dan aparat keamanan yang mencoba merebut pelabuhan dari kelompok al-Qaedah. Tim pun berputar haluan dan menjadikan Tarim sebagai pusat evakuasi. Apa boleh buat.

Sekitar satu jam taksi melaju, tiba-tiba sopir menepikan mobilnya ke sudut jalan yang mirip dengan bengkel. Di situ tampak seorang lelaki setengah baya sedang mengusap mukanya yang masih basah oleh air wudhu. Rupanya dia akan menjalankan shalat ashar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun