Mohon tunggu...
Kang Sahhal
Kang Sahhal Mohon Tunggu... Guru - Senang akan hal-hal baru

ingin berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Akhmad Sobirin-Pemuda yang Mengubah Nasib Ratusan Warga, Meski Sempat Diteror

26 Desember 2019   23:07 Diperbarui: 26 Desember 2019   23:21 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekarang anggota Kelompok Tani Manggar Jaya sudah mencapai 500-an orang, meliputi tiga desa. Desa Semedo sendiri, Desa Petahunan, dan Desa Karangkemiri. Mengingat faktor jarak dan jumlah anggota yang semakin besar, maka Kelompok Tani Manggar Jaya dijadikan sebagai organisasi induk. 

Saya persilakan tiap-tiap lingkup RW atau desa dibentuk kelompok tani. Saat ini sudah ada enam kelompok tani anakan. Desa Semedo memiliki 4 kelompok, Manggar Jaya (induk), Manggis Berkarya, Mugi Lestari, dan Tirta Nira. Desa Karangkemiri terdapat 2 kelompok, yakni Nira Kencana dan Gendis Barokah. Sedangkan Desa Petahunan hanya 1 kelompok yaitu Nira Berkah.

Bagaimana kisah penghargaan SATU Indonesia Award yang telah Anda terima?
Apa yang saya lakukan terdeteksi oleh pemerintah desa hingga pemerintah tingkat kecamatan dan kabupaten. Akhirnya saya diajukan oleh pemerintah tingkat kecamatan sebagai pemuda pelopor ke Kementerian Pemuda dan Olahraga Provinsi Jawa Tengah. 

Pada tahun 2015 saya mendapat penghargaan sebagai Pemuda Pelopor bidang Pangan dari Kemenpora Provinsi Jawa Tengah. Sehingga saya diajukan oleh Kemenpora Provinsi Jawa Tengah untuk mengikuti SATU Indonesia Award. Hanya saja pada tahun tersebut saya belum lolos, baru masuk dua ratus besar nasional.

Satu tahun berikutnya, saya dihubungi lagi oleh Panita SATU Indonesia Award agar memperbaiki profil. Setelah ada perbaikan, saya akhirnya masuk empat besar nasional, yang kemudian disaring lagi menjadi dua besar nasional. 

Pada tahap akhir penjurian, saya harus melakukan presentasi di depan sembilan juri termasuk salah satu jurinya adalah Prof. Dr. dr. Nila Anfasa Moeloek, Sp.M.(K), Menteri Kesehatan Republik Indonesia kala itu. 

Pada tahun 2016 itulah saya mendapat SATU Indonesia Award sebagai Pemberdaya Gula Semut. Alhamdulillah juga di tahun itu dan tahun-tahun berikutnya ada penghargaan lain yang kami peroleh. Seperti misalnya dari dari Kementerian Pertanian, instansi pemerintah, lembaga perbankan dan yang lainnya. Saya terkadang juga diundang dalam forum-forum untuk berbagi pengalaman.

Trophy SATU Indonesia Award (kiri atas)
Trophy SATU Indonesia Award (kiri atas)
Apakah petani kelapa di Desa Semedo dan sekitarnya sekarang sejahtera?
Adanya kelompok tani menjadikan para penderes mendapat pembinaan, bantuan dan fasilitas lainnya. Sejak tahun 2017 Pemerintah Kabupaten Banyumas memberikan jaminan kecelakaan dan kematian. 

Nilainya sebesar Rp15.000.000,00 untuk kecelakaan kerja dan Rp 10.000.000,00 untuk tanggungan kematian. Kehidupan rumah tangga para penderes juga semakin membaik. Sekarang para penderes sudah mengikuti BPJS Ketenagakerjaan Mandiri. Bahkan kita kelompok tani yang pertama mengikutkan anggotanya dalam BPJS Ketenagakerjaan Mandiri.

Mimpi saya lainnya yang mulai terwujud adalah bahwa saat ini para penderes bisa terlepas dari jeratan hutang dari tengkulak dan bank harian. Adanya kelompok tani menjadikan para penderes mendapatkan kemudahan dalam memperoleh KUR dari BRI maupun BNI sehingga dapat menata rumahnya menjadi rumah permanen, untuk membeli kendaraan, juga menambah lahan tambahan untuk ditanami pohon kelapa.

Anak-anak para penderes pun sudah cukup banyak yang bisa mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi. Kemampuan ekonomi yang kuat menjadikan para penderes berani menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. 

Saya rasa pendidikan itu penting, karena dengan pendidikan kita memiliki ilmu pengetahuan yang mampu merubah hidup. Seperti ketika Jepang dibom atom oleh sekutu, yang pertama kali ditanyakan oleh Hirohito, Kaisar Jepang waktu itu, "Berapa jumlah guru yang masih hidup?" Ini menunjukkan korelasi bahwa kemajuan saat ini tidak lepas dari majunya pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun