Mohon tunggu...
Kang Sahhal
Kang Sahhal Mohon Tunggu... Guru - Senang akan hal-hal baru

ingin berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Akhmad Sobirin-Pemuda yang Mengubah Nasib Ratusan Warga, Meski Sempat Diteror

26 Desember 2019   23:07 Diperbarui: 26 Desember 2019   23:21 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Situasi lain yang juga kurang menguntungkan bagi penderes adalah tidak adanya bantuan dari pemerintah daerah setempat atau pemerintah pusat. 

Baik bantuan yang sifatnya materi maupun non materi. Hal ini dikarenakan para penderes belum memiliki wadah yang menjadi tempat untuk berhimpun. Singkat kata, belum ada kelompok tani yang memfasilitasi kepentingan para penderes.

Apa tantangannya membentuk kelompok tani?
Tahun 2012, saya mencoba memperkenalkan gula semut dengan harapan bisa memperbaiki nasib keluaraga dan warga masyarakat Desa Semedo. Dengan sedikit pengalaman saat aktif di kegiatan organisasi kampus, saya coba mengajak para penderes untuk memperbaiki keadaan. 

Beruntung, bapak saya  ketua RT, sehingga memudahkan langkah saya dalam mengajak masyarakat agar mau berkelompok. Maka, terbentuklah Kelompok Tani Manggar Jaya yang pada awalnya beranggotakan 25 orang. Tahun demi tahun kelompok tani mengalami perkembangan yang cukup berarti.

Hanya saja perjalanan saya mengembangkan kelompok tani para penderes bukan berarti lepas dari tantangan. Tidak mudah menjadikan para penderes menjadi suatu kelompok, karena mereka terbiasa melakukannya secara individu. 

Ada anggapan warga yang bilang seperti ini "Paling anane kelompok kur nguntunngna ketuane thok (paling adanya kelompok hanya akan menguntungkan ketuanya saja)." Bahkan keponakan saya yang saya ajak untuk membentuk kelompok tani berkata "Iya, sekarang dibentuk kelompok, paling besok-besok bubar sendiri."

Tapi saya tetap berjuang meyakinkan para penderes, bahwa kelompok tani ini dibentuk untuk jangka panjang dan untuk kepentingan mereka. Ibu-ibu perajin gula kelapa juga mengeluh kalau harus dibuat gula semut itu repot dan melelahkan. Namun saya tetap melakukan sosialisasi dari rumah ke rumah, dari dapur ke dapur.

Tidak hanya itu saja, saya juga pernah diteror melalui telepon gelap. Saya diajak berkelahi jika masih ingin mengurusi kelompok tani. Namun teror itu lambat laun berhenti dengan sendirinya. Bisa jadi itu berasal dari para tengkulak nakal. Mereka takut penghasilan mereka akan hilang. Mereka terusik kenyamanannya atas simbiosis parasitisme dengan penderes yang mereka bangun selama ini.    

Sudah seperti apa Kelompok Tani Manggar Jaya sekarang?
Pada tahap awal terbentuknya Kelompok Tani Manggar Jaya, kami lakukan perubahan dalam proses produksi gula kelapa. Gula cetak (batangan) yang selama ini diproduksi oleh petani, mengalami inovasi menjadi gula semut atau gula kristal. Alhamdulillah, kondisi ekonomi petani mulai membaik. 

Gula cetak yang selama ini per kilogram dihargai Rp5.000,00 di tingkat petani, kini dihargai Rp17.000,00. Ada kenaikan pendapatan hingga tiga kali lipat. 

Produk gula yang awalnya hanya bisa ditemui di dapur ibu-ibu rumah tangga, kini sudah masuk ke hotel dan restoran ternama. Pasaran gula Desa Semedo yang awalnya hanya di lingkup desa dan kecamatan, kini semakin meluas. Gula kristal produksi petani Manggar Jaya sudah merambah lima benua di tujuh belas negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun