Dalam kehidupan sehari-hari, banyak dari kita yang berusaha menebar kebaikan kepada sesama, meskipun kita sering kali merasa tidak dianggap atau bahkan diabaikan oleh orang-orang di sekitar kita. Dalam perspektif Islam, tindakan menebar kebaikan ini sangat ditekankan dan memiliki nilai yang sangat tinggi, tidak hanya di mata manusia, tetapi juga di hadapan Allah SWT.
Islam mengajarkan bahwa kebaikan adalah bagian integral dari iman. Dalam sebuah hadist disebutkan Dari Abu Hurairah beliau berkata, telah bersabda Rasulullah saw: Seseorang diantara kalian tidak beriman jika belum bisa mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menunjukkan bahwa menebar kebaikan kepada sesama adalah cerminan dari iman seseorang.
Lebih lanjut, dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman: "Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya." (QS. Al-Ma'idah: 2).
Balasan dalam Berbuat KebaikanÂ
Dengan demikian, banyak peluang dalam kehidupan sehari-hari untuk menebar kebaikan, yang tidak hanya bagi sesama manusia, namun juga kepada makhluk Allah SWT. yang lain. Hal ini menunjukkan kesempurnaan agama islam. Bahkan seseorang yang berbuat baik kepada hewanpun akan mendapatkan pahala/kebaikan selama niatnya baik kepadanya.
Sebagaimana dikisahkan seseorang yang berjalan di tengah safarnya dia merasakan kehausan dan diapun mencari sumur untuk mengambil air. Pada waktu yang sama, tiba-tiba dia mendapatkan seekor anjing dalam keadaan mengeluarkan lidahnya. Ini menunjukkan anjing tersebut mengalami kehausan seperti apa yang dialami.
Diapun membuka sepatunya untuk mengambilkan air untuk diberikan kepada anjing tersebut. Maka dengan sebab perbuatannya tersebut, Allah berterima kasih kepadanya dan mengampuni dosanya, Maka para sahabat pun mengatakan: "apakah kita akan mendapatkan pahala dikarenakan berbuat baik kepadanya?", maka Rasulullah shallallahu 'aliahi wa sallam bersabda: "Menolong semua makhluk bernyawa itu berpahala." (HR. Bukhari no. 2363 dan Muslim no. 2244).
Dan berbuat baik kepada semua makhluk di muka bumi ini termasuk salah satu perintah Allah ta'ala. Sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan: "Sesungguhnya Allah ta'ala mewajibkan untuk berbuat baik kepada segala sesuatu"( HR. Muslim : 5167). Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melanjutkan sabdanya: "Maka apabila kalian membunuh maka bunuhlah dengan cara yang baik, dan apabila menyembelih, maka lakukanlah dengan cara yang baik, maka hendaknya salah seorang kalian menajamkan pisaunya dan menenangkan hewan sesembelihannya" ) HR. Muslim : 5167)
Dari hadist tersebut di atas, menegaskan kepada kita semua bahwa islam mengajarkan untuk berbuat baik kepada seluruh makhluk tanpa terkecuali, bahkan sampai pada hewan pun diperintahkan untuk berbuat baik.
Berbuat baik kepada sesama bagi seorang muslim, merupakan salah satu bentuk ibadah dan wujud akhlak mulia yang diperintahkan oleh Allah SWT. Terdapat banyak manfaat yang dapat diperoleh untuk diri sendiri maupun untuk orang lain, jika terbiasa melakukan perbuatan baik. Selain mendapatkan pahala dari Allah, juga mendapatkan kasih sayang dari sesama.
Dalam surat Al-A'raf: 56, Allah SWT. berfirman "....Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik. Ayat ini menegaskan bahwa rahmat Allah senantiasa ada bagi siapapun yang tulus menyebarkan kebaikan kepada orang-orang di sekitarnya. Melakukan perbuatan baik akan membuka pintu kebahagiaan, kesehatan, dan ketenangan hati serta membuka pintu rahmat Allah yang lain, bagi yang orang yang melakukan kebaikan. Berbuat baik bisa juga diartikan sebagai satu langkah lebih dekat untuk meraih rahmat Allah.
Al Qur'an surat An-Nisa: 36 menjelaskan bahwa orang tua, saudara dan kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangga dan teman serta ibnu sabil juga hamba sahaya adalah lebih utama untuk diperlakukan dengan baik.
Artinya: "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri," (QS Ani-Nisa : 36)
Untuk itu, disetiap ada peluang untuk melakukan kebaikan, pilihannya dengan mengambil peluang tersebut dengan tidak menundanya. Mengingat balasan atas kebaikan itu, tidak akan tertukar kepada orang lain. Allah SWT. menegaskan "....Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri." [QS.Al-Isra': 7]. Selain itu, dalam QS Ar-Rahman : 60, yang artinya: "Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)."
Kebaikan yang Tidak Dianggap
Sering kali, dalam menebar kebaikan, kita merasa tidak dihargai atau dianggap. Namun, penting untuk diingat bahwa nilai dari kebaikan yang kita lakukan tidak terletak pada pengakuan manusia, tetapi pada niat ikhlas yang kita miliki dan penilaian Allah SWT. Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda: "Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya" (HR. Bukhari dan Muslim). Kebaikan yang dilakukan dengan niat ikhlas akan selalu bernilai tinggi di sisi Allah, meskipun manusia tidak mengakui atau menghargainya.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita melakukan perbuat baik, mulai dari membantu tetangga, memberikan senyuman pada orang lain, bersedekah dan perbuatan baik lainnya. Namun, seringkali kebaikan-kebaikan ini tidak mendapatkan pengakuan atau penghargaan yang sepadan, bahkan tidak jarang menjadi cibiran orang lain.
Beberapa alasan mengapa kebaikan seringkali tidak dianggap, antara lain :
- Kebaikan yang dianggap sepele, yaitu tindakan baik yang sederhana dan sehari-hari seringkali dianggap biasa saja. Padahal tindakan kecil pun bisa memberikan dampak besar bagi orang lain.
- Tidak adanya ekspektasi untuk dihargai: banyak orang melakukan kebaikan tanpa mengharapkan imbalan. Mereka merasa puas hanya dengan mengetahui bahwa mereka telah membantu orang lain.
- Perbedaan persepsi: yaitu apa yang dianggap baik oleh satu orang, belum tentu dianggap baik oleh orang lain, karena standar kebaikan setiap individu berbeda-beda.
- Sifat manusia yang mudah lupa: yaitu adanya kecenderung orang mudah melupakan kebaikan yang telah diterima. Mereka lebih mengingat kesalahan atau kekurangan orang lain.
- Dunia yang serba cepat:, yaitu dalam era yang serba cepat, kebaikan seringkali tergesa-gesa. Tindakan baik yang dilakukan dengan tulus mungkin tidak sempat diperhatikan oleh orang lain.
Namun demikian, bagia orang yang beriman, insyaAllah dianggap atau tidak dianggap oleh orang lain atas kebaikan yang dilakukan, tidak menyurutkan niat dan tindakannya untuk terus menebar kebaikan dalam kehidupannya. Untuk itu, Jangan pernah berhenti berbuat baik, meskipun kebaikan kita tidak selalu mendapat pengakuan. Kebaikan yang tulus akan selalu memberikan dampak positif, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Ingatlah bahwa pahala atas kebaikan kita hanya Allah SWT yang mengetahui.
Allah SWT. menegaskan dalam Surah An-Nisa' : 40, yang artinya "Sesungguhnya Allah tidak akan menzalimi (seseorang) walaupun sebesar zarah. Jika (sesuatu yang sebesar zarah) itu berupa kebaikan, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan pahala yang besar dari sisi-Nya."
Juga dijelaskan dalam QS. AL-Zalzalah, Allah SWT berfirman : "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya". [QS. Al-Zalzalah :7] dan "Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula" [QS. Al-Zalzalah (99):8]
Dengan demikian, menebar kebaikan, meskipun tidak selalu dihargai oleh manusia, membawa dampak positif baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Secara spiritual, menebar kebaikan memperkuat hubungan kita dengan Allah SWT dan meningkatkan ketenangan batin. Selain itu, kebaikan yang kita sebarkan akan menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan damai.
Di sisi lain, Allah SWT menjanjikan balasan yang berlipat ganda bagi setiap kebaikan yang kita lakukan. Dalam Al-Quran, Allah berfirman: Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 261).
Menebar Kebaikan Sebagai Cerminan Akhlak
Dalam Islam, akhlak yang baik adalah cerminan dari keimanan seseorang. Akhlak merupakan karakter atau moral yang menjadi cerminan dari sikap dan perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Islam, akhlak yang baik (akhlaq karimah) sebagai cerminan iman.
Menebar kebaikan adalah bagian dari akhlak mulia yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah teladan dalam hal ini, yang terus menebar kebaikan meskipun sering kali diabaikan atau bahkan ditentang oleh kaumnya. Kisah beliau menghadapi berbagai rintangan dalam menyebarkan Islam penuh dengan contoh bagaimana beliau tetap menebar kebaikan dan berbuat baik kepada orang-orang yang bahkan memusuhi beliau.
Perbuatan baik yang dilakukan seseorang adalah cerminan dari akhlaknya yang mulia. Orang yang selalu menebar kebaikan menunjukkan bahwa ia memiliki akhlak yang baik dan mulia. Dengan menebar kebaikan, seseorang dapat membangun kepercayaan dan hubungan yang baik dengan orang lain. Ini penting dalam menciptakan masyarakat yang harmonis dan damai.
Imam Al-Ghazali, seorang ulama tasawuf terkemuka, dalam kitabnya "Ihya' Ulumuddin" menyatakan bahwa kebajikan adalah cermin dari keindahan hati seseorang. Beliau menjelaskan bahwa orang yang memiliki hati yang tulus dan ikhlas akan selalu berusaha untuk menebar kebaikan, meskipun kebaikan tersebut tidak diakui atau dihargai oleh orang lain.
Syekh Abdul Qadir al-Jailani, seorang sufi besar, juga mengingatkan bahwa kebaikan yang dilakukan dengan ikhlas akan selalu dihargai oleh Allah SWT, meskipun manusia tidak menghargainya. Dalam salah satu nasihatnya, beliau mengatakan: "Jika kamu ingin menebar kebaikan, lakukanlah dengan niat yang murni karena Allah. Jangan pernah berharap balasan atau pengakuan dari manusia, karena Allah Maha Mengetahui segala niat dan perbuatanmu."
Manfaat Menebar Kebaikan
Menebar kebaikan adalah sebuah tanggung jawab dan sekaligus peluang bagi setiap individu untuk menunjukkan akhlak yang mulia. Ini adalah bagian dari ibadah dan cara untuk memperbaiki diri serta lingkungan sekitar. Berbagai manfaat bagi seseorang yang menebar kebaikan, antara lain:
- Pahala dan Ridha Allah: yaitu setiap perbuatan baik yang dilakukan dengan niat yang tulus akan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Menebar kebaikan adalah salah satu cara untuk mendapatkan ridha-Nya.
- Ketenangan Hati: dengan melakukan kebaikan membawa ketenangan dan kedamaian dalam hati. Perasaan bahagia dan puas akan muncul ketika kita bisa membantu orang lain dan melihat mereka bahagia.
- Contoh dan Inspirasi: yaitu dengan menebar kebaikan, kita dapat menjadi teladan bagi orang lain dan menginspirasi mereka untuk melakukan hal yang sama.
Dalam Islam, menebar kebaikan adalah perbuatan yang sangat dianjurkan dan memiliki nilai tinggi di sisi Allah SWT. Meskipun sering kali kita merasa tidak dianggap atau dihargai, penting untuk tetap menebar kebaikan dengan niat ikhlas karena Allah. Sebab, penilaian tertinggi bukanlah dari manusia, tetapi dari Allah SWT yang Maha Mengetahui setiap amal dan niat hamba-Nya.
Sikap Menebar Kebaikan, Walau Dirimu Belum Dianggap Baik
Sikap utama apabila menebar kebaikan meskipun belum dianggap baik oleh orang lain adalah dengan sikap ikhlas, yaitu melakukan segala perbuatan semata-mata karena Allah, tanpa mengharapkan pujian, penghargaan, atau balasan dari manusia. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. Al-An'am: 162, "Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam." Rasulullah SAW juga mengingatkan dalam hadits bahwa Allah tidak melihat kepada rupa dan harta benda seseorang, tetapi kepada hati dan amal mereka (HR. Muslim).
Walau demikian, ikhlas ini harus terus dilatih (diriyadhoi) dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu caranya dengan memasrahkan semua yang kita lakukan kepada Allah SWT., hanya cari "senengi gusti Allah".
Selain ikhlas, keteguhan hati atau istiqamah dalam berbuat baik adalah hal yang sangat penting. Allah SWT berfirman dalam QS. Hud: 112, "Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertaubat bersama kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." Rasulullah SAW juga menegaskan pentingnya istiqamah dengan mengatakan, "Katakanlah: 'Aku beriman kepada Allah', kemudian beristiqamahlah" (HR. Muslim).
Dalam menghadapi penilaian dan reaksi negatif dari orang lain, kesabaran menjadi kunci. Allah SWT berfirman dalam QS. Hud: 115, "Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan." Rasulullah SAW juga menyebutkan bahwa semua urusan orang mukmin adalah baik baginya; jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, dan jika ia tertimpa kesulitan, ia bersabar (HR. Muslim).
Oleh karena itu, tindakan yang harus dilakukan adalah terus berbuat baik, memperbaiki niat, tidak terpengaruh oleh penilaian negatif, serta memperbanyak doa dan dzikir untuk memperkuat hati dan keteguhan dalam berbuat kebaikan. Dengan demikian, fokus utama adalah mencari ridha Allah, bukan penilaian manusia, sehingga kita dapat tetap menebar kebaikan walaupun belum dianggap baik oleh orang lain.
Teruslah menebar kebaikan, walau dirimu belum dianggap baik oleh manusia. Yakinlah bahwa setiap kebaikan yang dilakukan dengan ikhlas akan selalu mendapat balasan yang setimpal di sisi Allah SWT. (ar)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H