Rasulullah SAW adalah teladan sempurna dalam menjaga akhlak di tengah masyarakat. Meskipun sering mengalami penghinaan dan perlakuan buruk, beliau selalu merespons dengan sikap yang santun. Mengikuti teladan beliau adalah langkah terbaik untuk menjadi hamba Tuhan yang mulia, menjadikan akhlak yang baik sebagai bagian integral dari kehidupan kita.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda: "Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Ahmad). Beliau menunjukkan sikap penuh kasih dan kebijaksanaan, bahkan ketika menghadapi situasi yang sangat menantang. Contoh keteladanan beliau dalam menghadapi penghinaan bisa kita lihat dari peristiwa, ketika beliau menghadapi penghinaan di Ta'if, dan tetap berdoa untuk kebaikan orang-orang tersebut.
Islam sangat menekankan pentingnya akhlak yang baik. Akhlak mulia bukan hanya mencerminkan iman seseorang, tetapi juga merupakan bagian penting dari ibadah kita kepada Allah. Menjaga akhlak berarti kita benar-benar menjalankan ajaran Islam dengan sepenuh hati, memperbaiki diri, dan memberikan contoh yang baik dalam setiap interaksi.
Akhlak mulia merupakan bagian integral dari iman seorang Muslim. Hadist berikut juga menekankan pentingnya akhlak: "Orang yang paling aku cintai di antara kalian adalah yang terbaik akhlaknya di antara kalian." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hamba Tuhan yang mulia memancarkan energi positif yang menciptakan lingkungan harmonis. Sikap rendah hati dan sopan santun mereka berkontribusi pada terciptanya hubungan sosial yang lebih baik. Kehadiran mereka di tengah masyarakat menjadi teladan bagi banyak orang, mendukung terciptanya suasana penuh kasih sayang dan damai. Allah SWT berfirman: " Berinfaklah di jalan Allah, janganlah jerumuskan dirimu ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-Baqarah: 195)
Hamba Tuhan yang mulia, juga menghidupkan malam dengan shalat. Beribadah di sepertiga malam terakhir mencerminkan keikhlasan dan kedekatan kita dengan Allah. Ibadah malam ini bukan hanya meningkatkan ketakwaan, tetapi juga membawa ketenangan dan kebahagiaan dalam hati. Â Di malam tersebut, hampa Tuhan yang mulai, merayu dengan do'a, memohon dengan penuh keyakinan dan sebagai suatu ibadah tambahan baginya serta penuh keyakinan, Tuhan mengangkatnya ke tempat yang terpuji. Beribadah pada saat itu betul-betul mencerminkan keikhlasan, hati lebih khusyuk, lebih konsentrasi kepada Sang Khalik.
Rasulullah SAW bersabda: "Salat malam adalah kebiasaan orang-orang yang shaleh sebelum kamu dan merupakan bentuk pendekatan diri kepada Tuhanmu." (HR. Muslim)
Sifat berikutnya adalah takut akan siksaan api neraka. Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, jauhkanlah azab Jahanam yang sangat pedih itu dari kami, kami sangat takut, karena sesungguhnya azabnya itu membuat kebinasaan yang kekal." Inilah kerugian yang sangat besar bagi kami. Apalah arti kehidupan ini jika pada akhirnya kami tersiksa, karena dosa-dosa kami. Sungguh, Jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman."
Mereka selalu mengingat hari akhirat dan hari perhitungan. Mereka yakin bahwa semua amal perbuatan manusia akan dipertanggungjawabkan di hari itu, yang baik diberi ganjaran berlipat ganda, dan yang jahat akan dibalas dengan balasan yang setimpal.
Di kala mereka bermunajat dengan Tuhan di malam hari tergambarlah dalam pikiran mereka bagaimana dahsyatnya suasana di waktu itu seakan-akan mereka benar-benar melihat bagaimana ganasnya api neraka yang selalu menanti para hamba Allah yang durhaka untuk menjadi mangsa dan santapannya. Di kala itu meneteslah air mata mereka dan mereka memohon dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan agar dibebaskan dari siksaan api neraka yang pedih itu.
Orang-orang yang demikian kuat keyakinannya kepada hari akhirat tentu akan mempergunakan kesempatan hidup di dunia ini untuk berbuat amal kebajikan sebanyak-banyaknya dan tidak akan melakukan perbuatan jahat karena yakin perbuatannya itu akan dibalas dengan siksaan yang pedih. Betapa pun baiknya suatu peraturan yang dibuat manusia dan betapa ketatnya pengawasan dalam pelaksanaannya, tetapi manusia yang tidak sadar akan pengawasan Allah dapat saja meloloskan diri dari ikatan peraturan dan undang-undang itu.