Mohon tunggu...
Kang Rik-rik
Kang Rik-rik Mohon Tunggu... -

kangrikrik.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rumah di Bawah Jalan

25 September 2015   04:45 Diperbarui: 25 September 2015   07:00 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Memang benar apa yang dikatakan oleh Kodir. Rasa-rasanya akan lebih nyaman jika ia membicarakan itu semua di Garut. Rumahnya cenderung jauh dari tetangga, hanya sebatas jalan raya yang berada tepat di atas rumahnya. Dan untuk pembicaraan semacam ini, itu jauh akan lebih aman dari pendengaran para tetangga, jika itu memang dibicarakan di rumahnya.

Bukan rahasia lagi, kalau dari dulu orang tua para gadis di desa tempat Mardu tinggal sekarang, sangat menginginkan putra Kodir untuk menikahi anak mereka dan menjadi bagian dari keluarga mereka. Mereka tak peduli, apakah anaknya dijadikan istri yang pertama atau kedua, yang jelas, mereka benar-benar tak peduli.

Konon, semuanya bermula saat seorang ahli supranatural meramalkan sesuatu terhadap putra Kodir. Ia mengatakan, kelak putra Kodir akan menurunkan banyak anak. Tak hanya itu, ia juga menambahkan, kalau tiap anak yang dilahirkan oleh anaknya Kodir juga akan dilimpahi oleh karunia dan kekayaan yang luar biasa. Kalaupun kekayaan seluruh orang di desa dikumpulkan, itu tak akan pernah menyamai kekayaan dari keturunan anaknya Kodir kelak, begitu katanya.

Sejak saat itulah satu desa ramai-ramai menawarkan diri untuk menjadi besan Kodir. Alasannya klasik, mereka mengatakan kalau itu untuk mempererat tali silaturahim dan menjaga hubungan kekerabatan. Memang begitulah jadinya, kalau manusia sudah terlanjur mencintai dunia dan percaya pada hal-hal berbau supranatural, pikir Kodir.

Perbincangannya siang itu dengan Mardu terus berlanjut. Mereka berdua seolah lupa mengenai acara potong kambing yang akan digelar besok. Masing-masing sibuk dengan argumen dan pikirannya. Mardu sibuk meyakinkan Kodir untuk mau menikahkan anaknya denga gadis dari desa. Sementara Kodir, ia kelihatan lebih banyak diam dan sibuk memikirkan bagaimana caranya mengelak dari setiap pernyataan yang dilontarkan oleh Mardu.

“Sudahlah,” Kodir berusaha mengakhiri, “begini saja. Mengenai perkara ini, bagaimana kalau bulan depan kau datang ke rumahku saja. Biar nanti kita bicarakan segalanya di rumah. Sekalian aku libatkan putraku. Biarkan saja ia yang akan mengambil keputusan mengenai hal ini. Bagaimana, Mardu?”

“Baiklah kalau itu memang maumu, Mad,” ia menatap ke arah Kodir, kemudian tersenyum.

***

Rumah di bawah jalan kembali ramai dikunjungi oleh kerabat-kerabat Kodir.

Satu per satu datang menemui Kodir. Ada di antara mereka yang juga menemui putranya Kodir, yang sekarang sedang duduk tidak jauh dari posisi Kodir.

Masing-masing dari sanak saudara yang lain nampak sibuk merencanakan dan mempersiapkan sesuatu. Ada yang sibuk melayani setiap tamu yang datang, ada pula yang sibuk membereskan kursi-kursi tempat tamu duduk. Tak jarang, di antara saudara Kodir pun banyak yang hanya terlihat diam membisu. Tak mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya. Mereka tertunduk lesu. Termasuk Mardu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun