Mohon tunggu...
Kang Rik-rik
Kang Rik-rik Mohon Tunggu... -

kangrikrik.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rumah di Bawah Jalan

25 September 2015   04:45 Diperbarui: 25 September 2015   07:00 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

“Sudahlah, Mardu,” jawab Kodir, “aku tak akan menikahkannya dengan gadis dari desa ini. Biarkan saja ia yang memilih. Lagipula ia juga kelihatan belum begitu memikirkan soal pernikahan.”

“Gadis di desa ini masih memiliki hubungan kekerabatan dengannya, Mad. Akan lebih mudah bagi kita untuk menjaga tali silaturahim jika kita menikahkannya dengan gadis di tempat ini.”

“Bicarakan saja itu dengan Abah, biar Abah yang menjawab itu semua. Akan lebih adil kiranya jika Abah yang menjawab soal itu. Ia kan yang dituakan di desa ini. Posisinya bagiku ia adalah sebagai Pak De. Keputusannya jauh akan lebih matang dibanding dengan keputusanku.”

“Lupakan Abah, Mad,” Mardu sedikit membantah, “jangan libatkan Abah dalam persoalan ini. Jika aku mau, bahkan aku rela kalau menikahkan anak perempuanku dengan putramu.”

Tak ada yang bisa menghalangi Mardu dalam persoalan ini. Ia kelihatan sekali sangat ingin menjodohkan anak Kodir dengan perempuan-perempuan di desanya. Entah apa motifnya. Yang jelas, ia hanya beralasan kalau itu akan tetap menjaga hubungan mereka, sebagai sesama kerabat.

Lain halnya dengan Kodir. Ia sendiri tampak mematung. Kopi di dekatnya pun tak sekalipun ia sentuh. Kopi masih tetap ia biarkan begitu saja, mengepul dan tetap hangat. Kiranya, ia betul-betul sangat memikirkan perkara ini dengan sedikit serius.

“Begini saja, sekarang putramu ikut denganmu juga kan, Mad?” tanya Mardu.

Kodir mengangguk, kemudian ia menjawab:

“Ia biasa bermalam di rumah Mat Hasim,” jawab Kodir seperlunya.

“Bagaimana kalau nanti kau panggil saja putramu kemari...” Mardu menyeruput kopinya, “biarkan saja ia yang memberikan keputusan. Apakah ia sudah siap untuk menikah atau belum. Kalaupun ia mau menikah dengan empat perempuan sekaligus, itu akan tetap aku ijinkan, aku serius. Ia hanya tinggal memilih.”

“Mardu... Mardu... Jadi kau mengajakku ke Tasik bukan semata hanya karena kambing saja heh?” Kodir menyeruput kopinya untuk pertama kali, “kalau memang itu niatmu, kenapa kau tak bilang saja saat kau berada di Garut. Di rumahku akan jauh lebih enak membicarakan hal seperti ini.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun