telah kau hapus dari ingatan kami
suara derap sepatu kuda penarik glinding
bertahun-tahun lamanya
jalan-jalan aspal di halaman rumah
tiada lagi menyisakan tanah
tempat bermain patok lele
telah kau hapus dari ingatan kami
cericit burung emprit dan cici geni
sejak pekarangan-pekarangan
juga tanah-tanah lapang
didesak pembangunan tata kota
telah kau hapus dari ingatan kami
pemandangan bening air kali
ketika pipa-pipa pabrik
mulai memuntahkan limbah berlebih-lebih
menghitamkan beningnya kali
memuramkan pemandangan kami
terasa gatal mata kami
kini, akan kau hapus pula ingatan kami
sejarah masa lalu nenek moyang kami
belum cukupkah yang kami beri
ataukah memang tiada peduli
pun tiada mengerti
bahwa sejarah adalah jati diri
tonggak-tonggak nilai
yang semestinya harus terus digali
siapa sebenarnya kau ini
setiba-tiba mengobrak-abrik isi almari
membongkar dokumen-dokumen masa lalu
membakarnya di tengah monumen
lalu, berdiri mengangkang menantang
berbicara lantang
bahwa sejarah itu barang rongsokan
tak perlu dibela apalagi dipertahankan
sejarah akan tumbang pada masanya
kelak atau kini
maka, kau pun bunuh sejarah
di tepi kali hitam legam
buah peras keringat
tanda tangan di atas kertas
cap stempel atas nama pemerintah
jelang pesta perpisahan
siapa sebenarnya kau ini
bukankah penjajahan di muka bumi ini
telah dihapuskan sejak lama
tetapi, kulihat senyummu seperti jenderal Deandels
pengaspal anyer-panarukan yang pongah itu
manis dilihat getir dirasa
siapa sebenarnya kau ini
yang dipilih tetapi hati beralih
adakah kau tengah menyelingkuhi
hati nuranimu sendiri
hingga lupa bersandar
pada hati kami
rakyatmu
dada kami masih sangat lebar
menunggu dengan sabar
kepalamu bersandar
agar kami usap
dan kami bisikkan
kata yang tersimpan
di relung hati paling dalam
berkisah tentang cinta kami
dengan kejujuran
singgahlah sebentar
pada hati kami
agar kau tak kesasar
di ujung jalan penghabisan
bukankah kau akan merindukan
lambaian tangan perpisahanmu
berbalas senyuman mengembang
dari hati kami paling terdalam
singgahlah sebentar
pada hati kami
rakyatmu
Landungsari, 14 Januari 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H