Mohon tunggu...
ABDF
ABDF Mohon Tunggu... Jurnalis - ABDF

Bercerita dengan kata untuk edukasi kita bersama.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Makna Ramadan di Tengah Gempuran Buka Puasa Bersama yang Miliki Dilema

1 April 2023   13:11 Diperbarui: 1 April 2023   13:35 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain memiliki makna, bulan suci Ramadan ini miliki banyak cerita dan makna. Mulai dari kegiatan ibadah sampai ajang untuk pererat ukhuwah melalui ragam kegiatan yang sudah jadi tradisi, salah satunya adalah buka puasa bersama. 

Makna Ramadan dari sisi keagamaan yang lebih rinci biarlah jadi bahasan para asatidz. Mengingat merekalah yang banyak mempelajari segala sesuatunya tentang Islam termasuk seputar bulan Ramadan. 

Karena jika orang biasa yang menjelaskan hal tersebut akan lebih condong kepada akal dan pikirannya sendiri. Secara tidak sadar sikap seperti itu tidak sedikit yang menyelisihi Sunnah dan bahkan Al Quran. Setidaknya jika ustadz yang menyampaikan ia akan bersandar pada Al-Quran, Sunnah, dan pemahaman para ulama terdahulu. 

Kilas pandang tentang bulan Ramadan 

Seperti sudah sama-sama kita pahami bahwa bulan Ramadan memiliki banyak keistimewaan. Mulai dari dilipatkannya pahala sampai peristiwa bersejarah pun terjadi di dalamnya. 

Ada peristiwa diturunkannya Al Quran. Bahkan perintah yang menyatakan hal tersebut terdapat dalam satu dengan perintah untuk berpuasa di bulan Ramadan. Ia adalah QS Al Baqarah ayat 185. 

Kemudian pada bulan ini juga Allah menyampaikan bahwa pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup dan setan pun dibelenggu. Jadi sikap dan tabiat buruk yang ada manusia jika terjadi pada bulan ini tidak bisa disandarkan lagi pada setan. 

Yang tidak kalah menariknya bagi orang-orang yang beriman di bulan Ramadan adalah adanya malam yang penuh kemuliaan dan keberkahan. Sering kita sebut malam tersebut adalah malam lailatul qadar (malam kemuliaan). 

Terakhir yang akan disampaikan Ramadan adalah diantara waktu dikabulkannya doa. Dalam Zaadul Masiir, 7/336-337 disampaikan sebuah hadits yang isinya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadan dan setiap muslim apabila ia memanjatkan doa maka pasti dikabulkan. 

Buka puasa bersama 

Bisa saja masuk ke dalam 10 besar jawaban jika pertanyaannya apa yang kita kenang tentang bulan Ramadan adalah buka puasa bersama. Kegiatan tersebut banyak yang memaknai sebagai sarana untuk mempererat nilai ukhuwah (kekeluaraan). Mulai dari teman kantor, komunitas, sampai buka puasa bersama keluarga. 

Namun ada hal yang menjadi tantangan tersendiri untuk istiqomah beribadah di bulan Ramadan atas kegiatan tersebut. Di antaranya adalah lalainya terhadap shalat Isya dan Tarawih. Bahkan ada juga yang sampai meninggalkan shalat maghrib. 

Kemudian menjelang berbuka puasa adalah salah satu waktu yang mustajab untuk berdoa. Kebanyakan di antara panitia yang mengadakan buka puasa bersama lalai terhadap keistimewaan ini. 

Meski demikian ada satu kelompok anak motor dengan nama Muslim Bikers Indonesia (MBI) yang masih memanfaatkan momen tersebut. Misalnya saja saat buka puasa bersama di Masjid Ibaadurrahman, Pesantren Aladzievie, Pasirgaok, Kabupaten Bogor. Beberapa menit menjelang adzan maghrib ustad Subhan Bawazier hafidzahullah mengakhiri tausiyahnya dan mempersilakan kepada yang hadir untuk memanfaatkan doa menjelang waktu berbuka. 

Kriteria puasa 

Puasa yang hakiki adalah puasa yang bersih dari ucapan dan perbuatan haram 

"Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan dan perbuatan yang haram, maka Allah tidak menginginkan (tidak memberi pahala) aktifitas meninggalkan makan dan minum yang dilakukannya (puasanya)." (H.R. Al-Bukhari) 

Makna "maka Allah tidak menginginkan" adalah barang siapa yang melakukan larangan yang disebutkan dalam hadits ini maka puasanya tidak diberi pahala, maksudnya bahwa pahala puasanya tidak bisa mengalahkan dosa "az-zuur" dan apa yang disebutkan bersamanya." penjelasan Ibnul 'Arabi rahimahullah dalam kitab Fathul Bari

Puasa tidak berpahala 

Syaikh Muhammad Shalih Al-'Utsaimin rahimahullah mengatakan 

Ucapan "Az Zuur" adalah setiap ucapan yang haram, bisa berupa celaan, umpatan, dusta, gunjing, adu dimba, dan lainnya. 

Amal 'az-zuur" merupakan setiap perbuatan haram semisal penipuan, khianat, khianat dalam jual-beli dan selainnya, dan riba yang terang-terangan ataupun akal-akalan. 

Al-Baidhawi rahimahullah dalam Tafhul Bari

Puasa disyariatkan bukan menahan lapar dan dahaga. Melainkan apa yang mengikutinya berupa menundukkan syahwat dan memudahkan jiwa yang sifatnya memerintahkan kepada yang buruk. Sehingga menjadi jiwa yang tenang dalam keimanan.

Syaikh Muhammad Shalih Al-'Utsaimin rahimahullah mengatakan 

"Allah Ta'ala tidaklah menghendaki dari ibadah puasa kita, (sekedar) meninggalkan makan dan minum, namun (hakekatnya) menghendaki dari kita agar meninggalkan ucapak dan perbuatan haram dan tindakan bodoh"

"Orang yang tidak meninggalkan perkara-perkara tersebut pada hakekatnya ia tidak puasa, karena zhahirnya ia puasa dari perkara yang dihalalkan oleh Allah, namun ia melakukan perkara yang diharamkan oleh-Nya. 

Puasa yang hakiki 

  1. Berbuah ampunan dari Allah 

"Barang siapa yang berpuasa Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni." (HR Bukhari dan Muslim)

"Barang siapa yang mendapati bulan Ramadan namun tidak diampuni dosanya, maka akan masuk neraka dan akan Allah jauhkan dia" (HR Ibnu Hibban) 

  1. Bersih dari ucapan keji dan tindakan bodoh 

"Puasa itu adalah perisai, maka janganlah (seseorang yang sedang berpuasa) mengucapkan yang kotor, dan janganlah bertindak bodoh, dan jika ada orang yang sewenang-wenang merebut haknya atau mencelanya, maka katakan, 'saya sedang puasa'-dua kali-" (HR. Al-Bukhari) 

  1. bukanlah sekedar menahan makan dan minum 

Ibnu Majah meriwayatkan dari Rasulullah," Betapa banyak orang berpuasa yang hanya memetik lapar dan dahaga" 

Sesungguhnya orang puasa hanya sekedar menahan dari makan dan minum, dan pembatal puasa lainnya namun tidak menjauhi keharaman yang lain, maka hakikatnya ia belum mencapat hakikat puasa yang sebenarnya, 

Abu Hurairah radhiallahu'anhu berkata: HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al Mundziri. 

Seseorang bertanya kepada Rasulullah tentang seorang wanita yang terkenal sering shalat, puasa dan sedekah. Di balik itu dia dikenal juga suka menyakiti tetangga dengan lisannya. Rasulullah menjawab "Dia masuk neraka". 

Orang tersebut kemudian berkata lagi tentang seorang wanita yang dikenal sedikit puasa, sedekah, dan shalatnya. Kemudian dia bersedekah dengan sepotong keju dengan tidak menyakiti tetangga dengan lisannya. Nabi menjawab "Dia masuk surga".***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun