Mohon tunggu...
Raditya Riefananda
Raditya Riefananda Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penjual Buku Eceran | Founder Aksarapedia.id "Hanya manusia biasa yang gemar menulis. Menulis yang saya bicarakan, berbicara apa yang saya tuliskan. Menulis apa yang saya lakukan, melakukan apa yang saya tuliskan."

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Tertawalah Pada Musibah!

16 Oktober 2015   10:40 Diperbarui: 16 Oktober 2015   10:40 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Tertawalah Pada Musibah"][/caption]

Sebelum membaca catatan ini, ada hal yang perlu kita sepakati dahulu. Yaitu, bagi yang belum membaca bagian kesatu, silahkan untuk membacanya terlebih dahulu yang tersedia dalam daftar catatan, karena bagian kedua ini masih ada keterkaitan dengan bagian sebelumnya.

Kemudian, mari kita pahami sekilas perbedaan dasar antara definisi musibah dan definisi ujian.

Secara singkat, sebuah lembaga tarjih mejelaskan bahwa musibah adalah kondisi yang tercipta karena hasil dari perbuatan manusia itu sendiri, yang biasanya berupa sesuatu yang tidak menyenangkan.

Sedangkan ujian adalah keniscayaan yang menimpa seluruh manusia baik berupa ketidak senangan ataupun berupa kenikmatan dimana tujuannya adalah sebagai bentuk ujian terhadap manusia.

Ujian yang datang pada seseorang, bukanlah hasil perbuatan orang itu sendiri, melainkan pemberian yang ditujukan sebagai bentuk proses peningkatan level keimanan seseorang.

Makin tinggi keimanannya,maka makin berat pula ujian yang diberikan.

Okey,..sampai sini semoga dapat dipahami.

Sekarang, kita fokus pada bahasan musibah dengan menengok kembali definisi Hukum Kekekalan Energi (HKE) pada catatan bagian pertama.

Dalam catatan tersebut dikatakan, bahwa energi yang ada didalam tubuh kita ini, jumlahnya harus tetap, baik energi yang positif, maupun yang negatif. Sehingga, berapapun besarnya jumlah energi positif maupun energi negatif yang kita keluarkan, masing-masing akan kembali pada diri kita dengan jumlah dan nilai yang sama. Tujuannya, agar energi dalam diri kita selalu tetap jumlahnya.

Melihat definisi musibah, maka dapat kita katakan bahwa musibah adalah bentuk energi negatif yang kembali pada diri kita karena energi negatif tersebut pernah kita keluarkan dimasa lampau. Sudah iya kan saja.

Jika hari ini kita menerima musibah berupa perlakuan negatif dalam bentuk cacian, jangan keburu marah. Coba ingat, jangan-jangan dahulu kita juga pernah mengeluarkan energi negatif dalam bentuk cacian pula.

Begitu juga jika hari ini kita ditipu orang lain, coba ingat, apa kita pernah melakukan hal serupa dimasa lampau. Begitu seterusnya. Inilah gambaran musibah dari sudup pandang HKE.

Jika anda merasa tidak pernah melakukan hal semacam itu dimasa lampau, jangan terburu merasa suci, tapi coba ingat lebih dalam apakah anda pernah melakukan hal negatif dalam bentuk yang lain.

Misal, jika anda hari ini mendapatkan musibah ditipu oleh seseorang yang membuat anda begitu sakit hati, namun anda merasa tidak pernah menipu orang dimasa lampau, coba ingat, jangan-jangan anda pernah mengeluarkan energi negatif dalam bentuk tindakan yang menyakiti hati orang lain, meski bukan dalam bentuk menipu.

Ini penting untuk diketahui.

Karena jika kita menengok kembali bunyi HKE, dia tidak hanya menjelaskan bahwa energi yang kita keluarkan pasti akan kembali pada diri kita dalam jumlah dan kandungan nilai yang sama, tetapi juga menyatakan bahwa energi dapat berubah bentuk.

Jadi tidak usah heran, jika kita sakit hati menerima musibah karena ditipu oleh seseorang padahal kita tidak pernah menipu orang lain dimasa lampau, coba diingat lagi secara mendalam, jangan-jangan kita pernah menyakiti hati orang dalam bentuk yang lain, sehingga hari ini kita harus merasakan sakit hati sepertinya melalui musibah berbentuk penipuan.

Namun, jika anda sudah merasa sangat sangat sangat yakin, tidak pernah menipu ataupun mengeluarkan energi negatif apapun dalam bentuk apapun dimasa lampau, ya sudah kita sepakati saja, bahwa anda bukan sedang menerima musibah, melainkan sedang menerima ujian untuk peningkatan kadar keimanan. Selamat!

*****

Setelah anda memahami catatan diatas, silahkan sekarang duduk-duduk santai sambil nyemil jajanan dan berimajinasi.

Bahwa sejatinya saat ini secara kasat mata, dihadapan kita sedang mengantri banyak sekali energi yang akan segera menimpa diri kita.

Bergantian antara yang positif dan yang negatif. Banyak. Bahkan mungkin ribuan. Dan itulah saldo – saldo hasil dari energi positif dan energi negatif yang pernah kita keluarkan dimasa lampau.

Yang positif dapat kita katakan sebagai antrian kebaikan atau kenikmatan yang akan segera kita terima, sedangkan yang negatif dapat kita katakan sebagai keburukan atau musibah yang akan kita terima pula.

Dari setiap energi yang sudah masuk menimpa pada diri kita, tentu saja membuat jumlah antriannya berkurang. Saya menyebutnya pencairan energi.

Sehingga dapat dipahami, jika saat ini anda telah menerima kembali sebagian energi positif yang cair dalam bentuk kebaikan atau kenikmatan, dimana sesungguhnya itu adalah hasil dari pengeluaran energi positif yang pernah anda lakukan dimasa lampau, maka tentu saja jumlah energi yang telah mencair tersebut membuat saldo nya berkurang. Kebaikan dan kenikmatan yang mengantri ke diri anda semakin sedikit, karena sebagian telah anda terima pencairannya.

Sehingga logikanya, jika anda ingin terus menerima pengembalian energi positif secara terus menerus dan berulang, maka anda harus secara terus menerus pula menciptakan saldo antrian energi positif dengan mengeluarkan sebanyak-banyaknya energi positif pula.

Namun sebaliknya, jika saat ini anda sudah menerima kembali sebagian energi negatif yang pernah anda lakukan dimasa lampau dalam bentuk keburukan dan musibah, saya sarankan anda tidak perlu menambah saldo antriannya lagi.

Biarkan antrian tersebut segera habis, tanpa perlu menambah antrian baru dengan kembali mengeluarkan energi negatif dalam bentuk apapaun lagi. Sekecil apapun. Biarkan dia habis, bahkan jika perlu mintalah untuk dipercepat pencairan saldonya.

Bukan apa, bagi saya pribadi, jika antrian saldo energi negatif yang saya miliki belum segera tercairkan habis, saya khawatir keburu berjumpa dengan malaikat-Nya yang bertugas mencabut nyawa saya.

So,..bagaimana?

Semoga mudah dipahami, mengapa saat kita menerima musibah (baca : pengembalian energi negatif / pencairan saldo antrian energi negatif yang kita lakukan dimasa lampau), seharusnya kita tertawa bahagia dan meresponnya penuh rasa syukur.

Dan inilah pemahaman syukur dalam menghadapi sebuah musibah yang harus mulai kita maknai. Bersyukur dan bahagia sekali kan, jika antrian saldo keburukan negatif kita segera habis sebelum kita kembali pada-Nya? Siip!

Diakhir catatan saya ingin mengingatkan, biarkan saldo antrian energi negatif kita habis, dan sudahlah stop jangan pernah membuat antrian baru lagi.

Melainkan, perbanyaklah saldo antrian energi yang bernilai positif saja dengan sebanyak mungkin mengeluarkan energi positif berupa amal kebaikan. Dari mulai pemikiran positif, ucapan positif, hingga tindakan positif.

Biarkan antrian saldo energinya hanya penuh dengan nilai positif saja, sehingga yang kembali pada diri kita hanya energi yang bernilai positif saja pula.

Bagaimana, sudah mulai merasa senang dan bahagia menerima pencairan energi negatif yang pernah kita lakukan dimasa lampau dalam bentuk musibah hari ini? Saya senang!

Tetap hindari memposting dan membagikan konten negatif dimedia sosial.

Salam Konten POSITIF!

Kang Mas Radit

Note :
Dicatatan bagian ketiga, akan saya kupas bagaimana menghentikan pencairan energi negatif yang pernah kita keluarkan, sehingga tidak diterima oleh kita dalam bentuk musibah.

Semoga berkenan, DITUNGGU!

Musibah & Bencana :
http://www.fatwatarjih.com/2012/06/musibah-dan-bencana.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun