"Mas Riyan lupa, saya suka baca novel. Satu tindakan orang bisa diapresiasi beragam oleh orang-orang di sekitarnya."
"Maksudnya?"
"Mas Riyan merasa tidak setuju tapi tidak berani mengatakan. Penilaian orang tua Mas Riyan bisa sebaliknya. Sebenarnya Mas Riyan setuju tapi malu mengatakan terus terang."
"Kok kamu begitu sih, Fit?"
"Coba lihat masalah tak hanya dari sudut kepentingan sendiri, Mas."
Riyan kehabisan kata-kata. Kelihaiannya sebagai seorang marketing peralatan dan produk pertanian dimentahkan seorang pengarsip. Sebagai seorang pengarsip, Fitri bukan hanya penyimpan dokumen, tapi juga pembaca yang teliti dari dokumen yang disimpannya. Membuatnya terbiasa mengetahui suatu masalah dari berbagai versi.
"Ya sudah aku pamit saja."
Sadar situasi sudah kurang kondusif, Riyan merasa lebih baik pulang. Meski dengan penuh perasaan gundah sekaligus heran.
Sebenarnya Fitri mencintaiku tidak ya? Pertanyaan yang menyeruak dalam benak Riyan. Semula dia berharap, setelah diceritakan masalahnya, Fitri akan memberati Riyan. Memintanya dengan sangat agar tidak pulang dan menolak pilihan orang tuanya.
Ini sepertinya Fitri malah menyuruh Riyan menerima saja pilihan orang tuanya.
Orang tuanya memberi waktu selama satu bulan agar Riyan mengurus kepindahannya. Urusan pindah pekerjaan tak masalah bagi Riyan, karena perusahaan tempatnya bekerja milik Pak De. Memutuskan hubungan dengan Fitri yang sungguh terasa berat. Tapi berat juga bagi Riyan untuk menolak permintaan orang tuanya.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!