Suatu sore saat sedang praktek, Fadlan dikejutkan dengan kedatangan sepasang suami istri yang masuk ke ruang prakteknya. Sang istri sejak beberapa bulan lalu memang menjadi pasiennya, sehingga sudah dikenalnya. Sang suami seperti pernah dia lihat sebelumnya.
Setelah perawat yang membantunya menyerahkan kartu pasien, Fadlan tidak ragu lagi. Suami pasien yang baru masuk ruang prakteknya tak lain adalah Suprapto, petugas loket Pengadilan Agama yang bikin kesal dirinya dan putrinya.
Rupanya Suprapto suami Surti, salah seorang pasiennya. Selama ini Surti kalau kontrol sendirian. Mungkin karena kandungannya sudah mulai besar, kali ini Surti diantar Suprapto.Â
"Kalau itu yang membuat siapa?" tanya Fadlan sambil menunjuk kandungan Surti, sekadar meledek Suprapto, begitu keduanya duduk di hadapannya.Â
Suprapto nyaris pingsan mendapat pertanyaan Fadlan. Terkejut bukan main, tak mengira akan langsung menghadapi pertanyaan seperti itu. Suprapto menduga dengan pertanyaannya itu, Fadlan meragukan status anak yang dikandung istrinya.
Awalnya Surti yang sudah paham Fadlan dokter humoris, hanya senyum-senyum saja. Namun melihat suaminya jadi tampak terbengong-bengong ditepuknya bahu suaminya.
"Kok jadi kayak orang linglung, Mas?" tegur Surti.
"Oh ... ya ... Emm... maksud Pak Dokter bagaimana?" Suprapto masih kebingungan.
"Nah, orang yang Pak Prapto tanya pasti juga kebingungan seperti Bapak sekarang."
Fadlan tampak menahan senyumnya. Merasa mendapat kesempatan mengingatkan Suprapto.
"Maksud Pak Dokter?"