"itu kuskus" sergah Mr. Fred dengan intonasi yang tenang. ' Kuskus itu mamalia berkantong. Mirip kanguru. Endemiknya memang di Papua. Bahasa latinnya Strigocuscus.
Guk... guk..guuuuuk.. lolongan anjing hutan dari kejauhan bersahutan,
"Apalah kataku sebelum berangkat, bus ini akan bermasalah " Pak lukman menggreundel di depanku seakan menelanjangiku
"Kevin, semua akan baik-baik saja" kataku sambil mencium kening bocah cerdas berwajah innocen itu.
"Karburator bocor" teriak Pak her. Hermanto nama lengkapnya sudah 25 tahun sebagai sopir. Bus yang kami tumpangi adalah hasil pembelian dari pesangon setelah  seperempat abad bekerja di Jawa. Kota Malang tepatnya.
Hutan Maruni nama hutan ini, sudah terkenal sebagai hutan angker . Belum lagi ketakutan adanya gerakan organisasi Papua Merdeka (OPM). Ibarat sebuah judul film. Maju kena mundur kena. Sama-sama jauh. Â Dan beresiko. Â Sepanjang jalan selepas pantai Maruni tidak satupun manusia yang di jumpai.
"Pa, gimana ini pesawat ke Jakarta jam 6.30"
"Tenang ma, semua akan sesuai agenda" kata Pak lukman menenangkan Bu prita.
"Dik Kaji, tolong kirim kendaraan ke KM 4, sebelum pantai Maruni. Bus mogok. Ini pulsa terakhir".
Aku putuskan untuk SMS Haji Watubun. Juragan bengkel mobil di Manokwari. Pulsa tinggal Rp. 400. SMS menjadi andalan. Fitur HP yang sudah mulai di tinggalkan. Untuk keadaan darurat ternyata berguna juga.
Mr. Fred pamit masuk ke hutan untuk BAB.