Mohon tunggu...
Imam Maliki
Imam Maliki Mohon Tunggu... Wiraswasta - Manusia yang ingin berbuat lebih, melebihi rasa malas

Entrepreneur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menjelang Malam di Hutan Manokwari

23 November 2018   23:35 Diperbarui: 23 November 2018   23:56 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"itu kuskus" sergah Mr. Fred dengan intonasi yang tenang. ' Kuskus itu mamalia berkantong. Mirip kanguru. Endemiknya memang di Papua. Bahasa latinnya Strigocuscus.

Guk... guk..guuuuuk.. lolongan anjing hutan dari kejauhan bersahutan,

"Apalah kataku sebelum berangkat, bus ini akan bermasalah " Pak lukman menggreundel di depanku seakan menelanjangiku

"Kevin, semua akan baik-baik saja" kataku sambil mencium kening bocah cerdas berwajah innocen itu.

"Karburator bocor" teriak Pak her. Hermanto nama lengkapnya sudah 25 tahun sebagai sopir. Bus yang kami tumpangi adalah hasil pembelian dari pesangon setelah  seperempat abad bekerja di Jawa. Kota Malang tepatnya.

Hutan Maruni nama hutan ini, sudah terkenal sebagai hutan angker . Belum lagi ketakutan adanya gerakan organisasi Papua Merdeka (OPM). Ibarat sebuah judul film. Maju kena mundur kena. Sama-sama jauh.  Dan beresiko.  Sepanjang jalan selepas pantai Maruni tidak satupun manusia yang di jumpai.

"Pa, gimana ini pesawat ke Jakarta jam 6.30"

"Tenang ma, semua akan sesuai agenda" kata Pak lukman menenangkan Bu prita.

"Dik Kaji, tolong kirim kendaraan ke KM 4, sebelum pantai Maruni. Bus mogok. Ini pulsa terakhir".

Aku putuskan untuk SMS Haji Watubun. Juragan bengkel mobil di Manokwari. Pulsa tinggal Rp. 400. SMS menjadi andalan. Fitur HP yang sudah mulai di tinggalkan. Untuk keadaan darurat ternyata berguna juga.

Mr. Fred pamit masuk ke hutan untuk BAB.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun